19.Aplastik

781 100 2
                                    

Arkan, Ransa dan Lutfi sudah tiba di rumah sakit.
Suara hentakan kaki mereka jelas terdengar menyusuri koridor.
Cemas dan takut jadi satu.

"Permisi suster pasien atas nama Nizam Aryandanu di rawat di sini dimana ya..?"tanya Lutfi.

"Pasien yang baru masuk atas nama Nizam ada di ruang rawat di kamar nomor 124"Jawab suster itu.

"Kalau begitu terimakasih sus"ketiganya kemudian berlalu pergi.

"NIZAM.!"pekik Arkan.

"Shutt jangan berisik"ujar Jean.

"Nizam gapapa kan bang.?"tanya Randa penasaran.

"Bang.?"ujar Arkan.

"Nizam baik-baik aja kok"ujar Adam sambil menepuk pundak Arkan.
"Sekarang biar dulu Nizam istirahat"sambungnya.

Arkan dan Randa hanya mengangguk.

"Kita kabarin om Jian ga.?"tanya Lutfi.

"Sebaiknya iya, biar gue aja yang telfon"ujar Jean sambil mengeluarkan benda pipih dari sakunya.

Hessa sedari tadi hanya diam dan mengelus lembut surai Nizam .
Adik bungsunya itu masih terpejam.



















"Dokter Bahar gimana kondisi Nizam.?"tanya Hessa begitu dokter Baharu keluar dari UGD.

"Sakit anemia yang Nizam alami kini sudah semakin parah sebelumnya Nizam hanya mengidap anemia biasa dan sekarang sudah masuk tahap kronis..Anemia Aplastik dimana kondisi tubuh Nizam tidak bisa memproduksi sel darah merah dengan cukup ini bisa jadi karena keturunan dan juga gangguan sumsum tulang"Jelas dokter Bahari.

"Ja-jadi apa yang harus kami lakukan.?"tanya Jean karena tampaknya Hessa cukup kaget mengetahui kondisi adiknya itu.

"Untuk pengobatan Nizam bisa saja menjalani transfusi tulang sumsum tapi karena masih tergolong anak-anak operasi memiliki resiko yang cukup besar"ujar dokter Bahari lagi. "Dan untuk sementara Nizam bisa mendapat donor darah dan juga meminum obat secara teratur"

"Saya rasa Nizam tidak meminum obatnya dengan teratur dan juga kelelahan membuatnya mimisan tadi"

"Saya harap kalian bisa mengawasi Nizam dan jangan kelelahan untuk saat ini"

"Kalian bisa menjenguk Niza. setelah di pindah ke ruang rawat"dokter Bahari kemudian undur diri.

"Maaf..ini salah abang ga bisa jaga Nizam"guam Hessa.

"Ini takdir bang lo ga salah"ujar Adam.

"Kita juga salah bang"ujar Jean yang juga mencoba menguatkan.
















"Jangan sakit ya dek abang ga tega"ucap Hessa di telinga Nizam.

"Tenang aja bang Nizam adek gue pasti dia kuat"ujar Arkan  bersemangat.

"Gue harap lo bener"sahut Hessa.

Suasana di dalam ruangan itu hening tanpa ada suara sama sekali.
Nizam sekarang tengah di jaga oleh ke-6 abangnya. Jean sudah menghubungi om Jian tadi.



















Disisi lain Jian yang sedang sibuk dengan tumpukan berkas di atas mejanya.

Ribet juga sih jadi pengusaha.

Ditengah kesibukannya dia sekarang tidak jenuh lagi karena ada 7 bersaudara yang menjadi penyemangat hidup Hyunjin.

Dtrr~Drttt

"Halo.."ujar Jian saat menerima panggilan telepon.

"Halo om ini Jean ganggu ga.?"

"Iya kenapa Jean.?tumben nelfon om"

"Ini om Nizam masuk rumah sakit"

"Niki masuk rumah sakit.?kok bisa.?em yaudah om ke sana ya"

"Kalo om sibuk gapapa kok om nanti aja Nizam nya udah ditangani kok cuman kita mau ngabarin aja"

"Gak kok gapapa om lagi ga sibuk"

"Yaudah deh om hati-hati ya"

"Em makasih infonya"

Tut tut tut~

Sambungan telepon itu diputuskan.

Jian memijat pelipisnya..hari ini dia cukup sibuk tapi ya baginya sekarang Nizam dan ke-6 saudaranya itu sangat penting.
Maka dia putuskan untuk mendatangi Nizam di rumah sakit.




























Hai semuanya.!Ara Up lagi.

Maaf ya kalau kalian ga puas bacanya karena selalu pendek.

Ara kalau panjang-panjang takut menyalahi alurnya makanya sedikit-sedikit.

Ara mohon maaf ya kalo ada yang salah dari penjelasan di atas soalnya Ara tuh cuma liat dari Google.

Semoga Suka

Connect🖤

Looking for FamilyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang