5.Lepas

1.2K 144 2
                                    


Pagi ini hari minggu libur.?Tentu saja..4 dari 7 bersaudara itu datang ke rumah sakit menjenguk adik bungsu mereka.

"Nizam.!"Seru Arkan dari depan pintu kamar rawat Nizam.

"Lu apaan sih berisik banget Nizam masih tidur"ujar Jean yang baru terbangun dari tidurnya.

"Ye maaf Bang"sahut Arkan denhan santai dan duduk di dekat Jean.

"Gimana kata Dokter Bang.?"Tanya Lutfhi pada kedua abangnya.

"Ya gitu Dokter masih pantau kondisi Nizam"Jawab Hessa.

"Bang Lo berdua mandi gih"Titah Randa sebab Randa tidak suka kalau ada yang malas mandi pagi.

"Iye ini juga mau mandi"sahut Jean.

"Lo juga Bang jangan terlalu dipikirkan Gue yakin Nizam pasti baik-baik aja"ujar Adam sambil menepuk bahu Hessa.

"Gue harap Lo bener"guam Hessa.

Jean dan Hessa sudah selesai mandi pun pergi ke kantin rumah sakit untuk sarapan bersama Randa dan Arkan.

Kini hanya tinggal Adam dan Lutfhi yang menunggu Nizam yang belum sadar di ruangan putih itu.

"Bang..menurut Lo Mama bakal datang kesini gak.?"Tanya Lutfhi.

"Gue rasa sih kagak..Lagian Mama gak tau Nizam masuk rumah sakit"Jawab Adam tanpa mengalihkan pandangannya dari Nizam.

"Iya sih Lo bener"

"Ma-ma"Guam Nizam pelan ternyata anak itu sudah bangun.

Kedua Abangnya yang ada di sana pun kaget dan mendekat kearah Nizam.

"Nizam..Ini abang Adam"Ucap Adam sambil menggenggam tangan Nizam yang terpasang jarum infus.

"Mama-mana bang.?"Tanya Nizam sambil menoleh.

"Mama belum dateng dek mungkin nanti"Jawab Lutfhi.

Mendengar hal itu Nizam tersenyum kecut dia kecewa padahal saat ini harusnya Mama ada di sini merawat Nizam bukannya malah membuat anaknya terluka.

"Udah gak usah di pikirin ya"ujar Adam sembari mengelus rambut Nizam yang lepek.

"Gue panggil Dokter ya"ujar Lutfhi lalu meninggalkan mereka.

"Bang ini boleh di buka.?"Tanya Nizam sambil menunjuk masker oksigen yang menempel di wajahnya.

"Kita tanya Dokter dulu ya"sahut Adam.





























Mendengar bahwa Nizam sudah bangun Hessa, Jean, Randa dan Arkan bergegas menuju kamar rawat Nizam.

Saat mereka di sana Dokter tampak baru saja selesai memeriksa keadaan Nizam. Semoga saja semuanya baik.

"Jadi gimana Dok.?"Tanya Hessa.

"Syukurlah Nizam sudah membaik besok sudah boleh pulang"Jawab sang Dokter diiringi senyuman.

"Syukurlah"ujar the Danu tanpa terkecuali.

"Saya permisi kalau begitu"Pamit Dokter.

"Terimakasih Pak Dokter"ujar Arkan dengan semangat.

"Nizam semuanya baik kan gak ada yang sakit kan.?"Tanya Hessa.

"Gak ada Bang"sahut Nizam.

Akhirnya Nizam bisa bernafas sendiri tanpa bantuan masker oksigen. Sungguh benda medis itu sangat mengganggu Nizam tapi Nizam tak akan menolak untuk ditangani.

"Bagus deh, lo tau gue kangen banget sama lo"ujar Arkan sambil duduk di tepi ranjang.

Nizam hanya tersenyum mendengar penuturan Arkan yang blak-blakan.

"Nizam Gue marah sama Lo"ujar Randa pada adik bungsunya itu.

"Lo kenape marah Ran.?"Heran Jean.

"Gue marah kalian  perhatiannya sekarang sama Nizam aja Gue udah gak di perdulikan"ujar Randa dengan wajah imutnya.

"Siapa yang bilang gitu sih Ran"ujar Adam lalu mencubit pipi Randa.

"Ihhh Abang"kesal Randa.

"Makanya jangan aneh-aneh"ujar Lutfhi, Ice Prince ini tau apa sebenarnya maksud Randa.

Nizam sangat bahagia melihat saudara-saudaranya bercanda ria..Seperti tidak ada beban yang mereka pikul.

Padahal Hessa sedang pusing dengan kelakuan Mama Sedangkan Jean sedang pusing dengan Ayahnya yang sampai sekarang tidak mau mengakuinya di depan umum.
Bang Adam juga sedang pusing dengan organisasi kampus dan Bang Lutfhi entahlah pekerjaan paruh waktunya sangat padat belakangan ini. Bukan hanya mereka Randa juga sedang banyak-banyaknya tugas dan Arkan tentu saja dengan urusan Karate nya.
Tapi saat berkumpul seperti ini semua hilang dan bahkan seperti tidak pernah terjadi apapun.



































Hai semuanya..!Ara mau tanya apa yang buat kalian mau baca cerita ini dan apa kalian bakal terus baca sampe ending.?

Looking for FamilyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang