33.Kebenaran

824 84 14
                                    

Kini jam dinding telah menunjukan pukul 18:00 semua minus Nizam dan Randa tengah berkumpul di depan laboratorium rumah sakit untuk mengambil Sempel sumsum tulang sesuai arahan dokter Bahar tadi.

Di dalam sana giliran Yasmin yang pertama kemudian di susul oleh Hessa, Jean, Adam, Lutfi, Arkan dan Jiandra.

Seperti yang kalian ketahui bahwa pengambilan sumsum tulang sangatlah menyakitkan apalagi prosedur itu di lakukan tanpa ada bantuan dari obat bius.

"Selanjutnya.."panggil seorang suster dari depan pintu.

Hessa melangkahkan kakinya dengan sigap memasuki ruangan itu.
Yasmin juga di bawa keluar dengan bantuan kursi roda.

"Gimana ma.?"tanya Adam.

"Hanya sakit sedikit kok, kalian pasti kuat"ujar Yasmin di ikuti senyuman.

Selang beberapa lama suster yang berjaga di sana terus memanggil nama Meraka secara bergantian.

Yasmin, Hessa, Jean, Adam, Lutfi dan Arkan sudah melakukan pengambilan Sempel sekarang tinggal Jian yang belum.

"Saya masuk dulu ya"ujar Jian sebelum memasuki ruangan.

Di dalam ruangan itu ada Bahar dan juga seorang perawat yang bertugas mengambil Sempel.

"Shtt"ringis Jian begitu jarum yang cukup besar itu menusuk punggungnya.

"Tahan sebentar Ji"ujar Bahar.

Setelah selesai semua prosedur yang di sarankan oleh sang dokter kini mereka hanya menunggu hasilnya saja.

"Ma ayo ke ruangan Nizam dia pasti nyariin kalo kita kelamaan"ajak Jean.

"Kalian ingat ini rahasia"peringat yang sulung.

Semua mengangguk paham.

Tiba di ruangan Nizam tampak Randa yang tertidur dengan posisi kepala bersandar di sisi ranjang Nizam.
Sementara si empunya kamar masih terjaga.

"Mama, Om, Abang darimana sih kok lama.?liat bang Randa sampe ketiduran"yang termuda ngedumel.

"Maaf ya Zam tadi kita makan dulu"bohong Yasmin.

"Yaudah deh mending lo tidur juga udah malem"titah Adam.

"Belum ngantuk"sahut Nizam.

"Bobok ya Zam om temenin sampe tidur"ujar Jian yang mengelus lembut surai hitam Nizam.

"Kenapa harus bohong.?"

"Jangan pergi ya om"pinta Nizam.

"Iya om di sini terus di samping Nixam"ujar Jian sambil mengecup singkat dahi Nizam.

"Mama juga di sini aja ya"pinta Nizam beralih pada sang Ibu.

Yasmin hanya diam dan tidak bisa banyak bicara saat ini pasalnya hatinya serasa di remat sangking takutnya terjadi apa-apa pada putra bungsunya itu.

Malam itu semua tertidur di dalam ruang rawat yang sudah seperti kamar ke-3 bagi Nizam.















Sinar matahari membawa kehangatan mengantikan sejuknya Susana malam.

Di rumah sakit yang sibuk beberapa orang dalam satu ruangan tampak baru saja selesai menjelajahi dunia mimpi.

Yasmin yang pertama bangun menatap anak-anaknya dengan sendu.

Banyak sekali moment yang telah dia lewatkan bersama anak-anaknya itu.

Andai waktu bisa berulang Yasmin pasti akan menjaga anak-anak titipan Tuhan itu dengan baik.

Benar kata pepatah penyesalan memang selalu datang di akhirnya,kalau yang datang di awal itu namanya pendaftaran.

Looking for FamilyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang