18.Titik Kebahagiaan

746 100 15
                                    

Pagi ini suasana rumah 7 bersaudara itu tampak sangat berbeda.
Pemuda tampan yang tinggal di sana biasanya pagi-pagi sudah sibuk untuk kuliah dan kerja tapi kali ini mereka semua sibuk membereskan barang-barang mereka.

Tebak mereka kenapa.?
Asal kalian tau hari ini mereka sangat bahagia.
Om Jian mengajak mereka tinggal di salah satu rumahnya yang tidak dihuni.

Baik sekali bukan.?tidak hanya itu om Jian juga mengajak Hessa untuk bekerja di perusahaannya ya walau hanya sebagai OB tapi itu sudah cukup bagi Hessa.

Adam bahkan di promosikan untuk mengajar di salah satu tempat les yang cukup favorit di kalangan menengah atas.

Sedangkan Lutfi juga dia kenalkan dengan teman lamanya Haris untuk mengambil Job modelling.
Lutfi juga mendapat pelatihan untuk bakat ice skating nya.

Jean sepertinya senang sekali mendapat perhatian dari Jian sama seperti yang kita tahu bersama bahwa ayah kandung Jean memang ada tapi tidak mengakuinya secara resmi.

Arkan yang jago bela diri mendapat pelatihan dan peluang yang cukup besar untuk mengikuti kompetensi.

Randa juga di ajari om Jian bawa motor supaya bisa gampang kalau mau kemana-mana di tambah lagi jiwa fake maknae Randa membuatnya cepat akrab dengan om Jian.

Nizam.?Ah si bungsu sangat senang dengan semua ini dia bahagia dan juga sangat berterima kasih pada Jian.
Pekerjaannya lancar saja walau baru satu minggu.
Penyakit anemia nya juga jarang sekali kambuh belakangan ini.
Bahagia.?jangan ditanya semua sangat senang.

"Bang ini udah semua.?"tanya Jean untuk memastikan barang bawaan mereka.

"Udah sih kayanya"sahut Hessa.

"Bang sepatu gue yang putih liat ga.?"tanya Lutfi yang kehilangan sepatutnya.

"Udah abang masukin tadi ke tas"ujar Hessa–menggantikan peran orang tua memang tak mudah–
"Udah siap semuanya.?"sambungnya.

"Udah bang"jawab Randa dengan antusias.

"Nizam mana.?"tanya Adam yang tak melihat batang hidung Nizam sama sekali.

"Mana ya kamar mungkin"ujar Arkan yang mengira adiknya itu ada di kamar.

"Yaudah deh gue liat"ujar Arkan.























Tes tes

Darah keluar dari hidung Nizam dengan spontan dia mengusap darah yang keluar itu.

Ah pusing lagi.

Kenapa ya sejak dua hari ini sudah 5 kali mimisan begini.

Di sekolah, kafe dan di rumah.

Nizam tidak bilang pada abang-abangnya karena takut membuat mereka khawatir.

Baik sekali bukan.

"Zam..udah siap dek"tanya Arkan dari luar kamar.

"Nizam.."

"Gue masuk ni ya"karena tak ada sahutan Arkan memutuskan untuk masuk saja.

Arkan yang melihat Nizam mengusap darah yang mengalir dari hidungnya itu terlihat panik.

"Eh dek kenapa.?Sakit kah.?Duduk deh biar ga pusing"titah Arkan.

"BANG..BANG HESSA"pekik Arkan.

"Kenapa-Eh Nizam.!!"pekik Hessa yang ikut panik.

"Ini nih bang tisu"ujar Adam sambil menyodorkan tisu dari atas meja.

"Tenang jangan panik"ujar Lutfi yang duduk dk dekat Nizam.

"Udah.?masih keluar darahnya.?"tanya Hessa memastikan.

Nizam hanya mengangguk.

"Banyak juga darahnya bang"ujar Randa yang memandang ngeri darah yang menetes di lantai.

"Zam.."

"Nizam.."

Kepala Niki bersandar di bahu Hessa
Anak itu tidak sadar.

"Nizam.!"

"Bang bawa ke rumah sakit aja bang"usul Jean.

Hessa dan Adam membopong tubuh Nizam yang sudah lemas menuju mobil.

"Yang kuat ya dek"bisik Arkan.

"Randa, Arkan sama Lutfi nyusul aja ya"titah Adam.

"Iya bang"Jawab ke-3nya serempak.





"Cobaan apa lagi ini Tuhan..jangan lagi jangan sakiti Nizam, sudah cukup selama ini yang dia rasakan sejak kecil"batin Hessa.



















"Suster tolong sus.!"pekik Jean.

Suster dan perawat yang ada di sana dengan sigap mendorong tubuh Nizam di atas bangsal.

"Nizam dengar abang ya harus kuat"Guam Adam.

"Mas-nya silahkan tunggu di luar"ucap suster itu.

"Nizam pasti kuat kan bang.?"tanya Jean pada Hessa.

"Pasti..pasti"ujar Hessa berusaha meyakinkan.



























Hai semuanya.!Ara Up lagi nih.

Hehe feel-nya kurang ya.?

Maaf ya kalo Ara kejam sama Nizam.

Connect🖤

Looking for FamilyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang