40.Jangan Sekarang

820 80 3
                                    

Hai semuanya.!
Awalnya Ara mau bikin 2 chapter lagi tapi kayanya bakal nambah satu chapter lagi deh.

Yuk putar lagu yang santai buat baca.

Happy Reading

Hari ini tepat nya tanggal 15 Oktober adalah hari kelahiran Hwang Heeseung tepat pada pukul 00:00 hari ini Hessa berusia 20 tahun.

Wah ternyata abang kita sudah dewasa rupanya.

Hari ini Hessa harap Tuhan agar memberinya kesempatan untuk menghabiskan banyak waktu lagi bersama adik bungsunya.

Hessa tidak meminta banyak tapi dia sangat berharap.

Sudah 2 hari Nizam tidak memberi respon sama sekali terhadap obat maupun interaksi yang coba di lakukan oleh abang-abangnya atau Ibu dan ayahnya.

Capek banget ya sampai ga mau bangun.?

Semuanya sudah berulang kali menjenguk Nizam secara bergantian.

"Tuhan tolong biarkan Nizam tetap di sini sebentar lagi"

Jari jemari Hessa mengutak-atik beberapa buku yang terletak di atas meja belajar Nizam.

Dia mencari apa.?

Ah tidak ada yang spesial hanya mencari buku kosong yang bisa dia pakai.

"Ini dia"

Tangan Hessa mengambil sebuah buku bersampul putih bersih dari atas meja belajar Nizam.

Di baliknya beberapa halaman di dalam buku itu.

Tidak ada tulisan apapun.

Tapi, di setiap lembarnya ada se kelopak bunga mawar putih yang sudah mengering.

"Ini buat apa ya.?Apa buat iseng aja.?Ah udahlah nanti aja"

Hessa beranjak dari kamar Nizam dan menuruni anak tangga menuju lantai bawah. Sambil membawa buku itu Hessa bergegas pergi kembali ke rumah sakit.























Sementara di sisi lain Jean sedang ada di dalam ICU menemani tidur adilnya itu.

"Ga bosen apa Ki tidur mulu.?"tanya Jean.

"Ga laper.?lo belum makan Zam sejak 3 hari yang lalu"guam Jean sendiri.

"Sebenernya lo denger ga sih.?"bingung Jean.

"Ah tau deh yang penting lo harus tau gue ada di sini"ujar Jean sambil menggenggam tangan Nizam.

"Tangan lo dingin"guam Jean lagi.

Selama beberapa menit Jean diam saja dan memfokuskan pandangannya pada adiknya yang sedang terpejam itu.

Cup~

Jean mengecup singkat tangan adik bungsunya itu.

"Cepet bangun ya gue kangen"

Tiitttt~

Tubuh Nizam yang sebelumnya diam tak bergerak kini menegang kuat saat alat Bedside Monitor itu berbunyi dengan keras.

Tubuh Nizam yang sebelumnya diam tak bergerak kini menegang kuat saat alat Bedside Monitor itu berbunyi dengan keras

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

*gambaran alatnya ya.

Jean sontak kaget bukan kepalang melihat apa yang terjadi pada adiknya itu. Dengan cepat Jean memencet tombol darurat di sebelah ranjang Niki. Jean kelabakan dia merasa takut dan juga cemas.

Jean  berusaha sebisa mungkin menenangkan Nizam, di usapnya tangan sang adik dengan lembut.

"Lo kenapa.?Gue mohon jangan sekarang lo harus kuat"ujar Jean dengan air mata jatuh begitu saja.

Bahar dan tiga orang perawat datang dalam hitungan menit setalah mendapat sinyal dari Jean.

"Mas nya silahkan tunggu di luar"Titah salah satu perawat itu.

Jean tak pikir panjang lagi langsung keluar dan berusaha menetralkan air matanya agar tidak membuat yang lain khawatir.

Namun nihil begitu Jean sampai di luar Jean sudah melihat Yasmin menangis di dekapan Adam.
Sementara ke-3 adiknya yang lain tampak cemas.
Jian juga tak jauh berbeda, ayahnya itu tampak frustasi.

"Jean Nizam kenapa.?"tanya Jian begitu melihat Jean keluar.

"A-adek gapapa yah dia kuat"ujar Jean  tidak mau terlalu jujur.

"Nizam gapapa kan Jean.?kamu ga bohongin kita.?"tanya Jian lagi.

Jean hanya mengangguk dan menarik Ayah Jiandra dalam pelukannya.
"Adek kuat yah dia pasti baik-baik aja"bisik Jean pada Jian.

Waktu terasa berjalan begitu lama saat Niki masih di tangani di dalam.

"Ma Hessa-Ini kenapa kok Mama nangis gini.?"Hessa yang awalnya hendak menyapa mengurungkan niatnya dan merubahnya menjadi tanya.

Adam tidak bisa menjawab.

"Lutfi ini kenapa.?"tanyanya itu dia alihkan.

"Kita masih nunggu dokter keluar bang"Jawab Lutfi.

"Nunggu dokter keluar.?maksudnya.?"batin Hessa.

"Adek masih ditangani bang kita tunggu aja"ujar Jean menjawab kebingungan Hessa.
Hessa mengangkat sebelah alisnya sebagai tanda tanya.

"T-tadi Nizam drop bang"jawab Jean ragu.

Deg

"Drop.?tidak ini tidak boleh terjadi aku baru berdoa dan kenapa ini yang ku dapat Tuhan"racau Hessa dalam hatinya.

Jean menepuk bahu Hessa sebagi bentuk dukungan.
"Tenang aja bang adek kita kuat"ujar Jean.

Hessa sungguh tidak sanggup lagi jika sesuatu hal buruk terjadi pada adik kecilnya yang sudah sejak kecil dia rawat dengan tangannya sendiri.

"Kenapa harus adikku.?tolong biarkan dia bahagia sebentar lagi"














Ara Up lagi Nih.

Semoga Suka

Connect🖤

Looking for FamilyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang