Pagi ini Jean sangat bersemangat untuk pergi menemui ayahnya-tentu kalian masih ingat bahwa Jean adalah yang paling beruntung dari 7 bersaudara itu.Jean adalah seorang anak yang baik dia juga tidak pernah hitung-hitungan pada semua saudaranya.
Meski dia memiliki ayah kandung yang jelas sudah mengakuinya secara sepihak namun tetap saja Jean hanya anak dari wanita malam yang dibayar dengan harga yang cukup mahal.
Dan juga ayah Jean sudah menikah bahkan memiliki 2 anak selain Jean dari istrinya.
Menginginkan pengakuan sang ayah tentu saja bukan hal egois yang memang sudah sepantasnya Jean dapatkan.
Tapi daripada membuat kerenggangan antara dia dan sang Ayah Jean lebih baik mensyukuri segalanya.
"Bang gue pergi dulu ya"pamit Jean pada Hessa.
"Tumben bener lo udah rapi aja padahal masih jam 07:00 gini biasanya juga masih koloran"ujar Adam setelah melihat keajaiban dunia yang terjadi pada Jean.
"Biasalah di panggil ayah"jawab Jean.
"Iya deh yang janjian sama ayahnya mah kita bisa apa"cibir Arkan.
"Sekarang tuh ada om Jian ngapain kalian harus ngiri sama gue coba"ujar Jean.
"Siapa juga yang iri sama makhluk setengah setan kaya lo"ujar Randa dalam mode julid on.
"Kalo gue setan lo juga setan"ujar Jean sambil menoyor kepala Sunoo.
"Ih apaan lo aja kali"ujar Randa tidak terima.
"Lo mah kebiasaan deh Ran kalo salah malah marah"sahut Lutfi karena bagi Lutfi kesopanan dalam berbicara itu wajib hukumnya.
Hessa tertawa kecil melihat interaksi antara adik-adiknya itu.
"Udah-udah..Jean mau berangkatkan.?sarapan dulu ya"ujar Hessa."Iya bang"sahut Jean.
"Pagi semuanya.!"sapa Nizam.
Pagi ini Nizam sudah rapi dengan seragam lengkap."Pagi juga Zam"ujar Hessa sambil menuangkan susu ke gelas.
"Nizam ikut bang Jean ya sekalian"pinta si bungsu.
"Oke kali ini gue yang anter"ujar Jean menyetujui.
"Kan gue sama bang Randa bawa motor bang bareng aja"ajak Arkan.
"Iya juga Zam ngapain sama bang Jean"heran Adam.
"Adek mau minta di beliin kuota sama bang Jean"Si bungsu mengeluarkan ekspresi memelasnya.
"Oh jadi udang di balik batu nih"ujar Lutfi.
"Hehehe"sahut Nizam.
"Yaudah yok dek"ajak Jean.
Nizam yang merasa terpanggil dengan sigap langsung menghabiskan susu coklat favoritnya.
"Nizam berangkat ya bang"pamit Nizam.
"Iya hati-hati"sahut Hessa.
"Assalamualaikum.!"ujar Nizam dan Jean secara bersamaan.
"Waaikumussalam"sahut saudara-saudarnya yang lain.
Di perjalan menuju sekolah Jean dan Nizam banyak berbincang mulai dari bagaimana sekolah Nizam sampai bagaimana rasanya jadi mahasiswa seperti Jean.
"Adek masuk dulu ya bang makasih kuotanya"ujar Nizam.
"Iya sama-sama yang bener belajarnya ya"sahut Jean.
"Iya bang hati-hati jangan ngebut"ujar Nizam memperingati.
Jean setia menatap punggung lebar adiknya itu sampai sudah tidak terlihat lagi dari depan gerbang sekolah.
Sedangkan di dalam sekolah Nizam berjalan menyusuri koridor sambil memainkan ponselnya.
Sekolah masih terbilang cukup ramai karena ini sudah hampir saatnya bel masuk biasanya Nizam datang lebih pagi lagi tapi karena Nizam bangun sedikit terlambat pagi ini.
"Pagi Nizam"sapa Rei pada Nizam.
"Pagi juga"dibalasnya sapaan itu.
Rei sedikit kaget karena biasanya Nizam tidak tersenyum saat dia ajak bicara.
"Wah Zam lo lagi bahagia ya.?senyum-senyum masih pagi"ujar Rei.
"Lo aneh ya Reu gue jutek lo sebel gue senyum gini lo malah heran"ujar Nizam yang merasa paginya sudah diganggu oleh micin yang diberi nyawa ini.
"Ya kan ga kaya biasanya"sahut Rei.
"Woy.!!"pekik Leon.
"Soak dah kuping gue pagi-pagi udah denger suara toa"cibir Rei
"Zam kemaren dua hari lo kemana kok ga masuk.?"tanya Leon tanpa memperdulikan cibiran Rei.
"Ada urusan penting"jawab Nizam.
"Lagak lo ada urusan penting udah kaya pengusaha aja"ujar Leon.
"Ya kan kesehatan itu penting"
"Tau ah gini amat punya temen"ujar Nizam lalu meninggalkan ke-2 temannya itu.
"Rei kenapa dia.?"tanya Leon bingung pasalnya tadi Nizam terlihat senang dan tiba-tiba anak itu terlihat kesal.
"Tau PMS kali"ujar Rei acuh.
"Dia cowok Rei astaga pantes Nizam gedek ngomong sama lo"ujar Leon yang juga meninggalkan Rei.
"Woy kalian kenapa sih baperan"
Meninggalkan urusan persekolahan Nizam dan juga hubungan Jean dan ayahnya kini kita kembali ke rumah Danu family.
"Bang Arkan mau ikut kompetisi taekwondo minggu ini"ujar Arkan.
"Loh kok baru bilang sekarang sih dek.?"tanya Adam.
"Iyakan lombanya juga masih nunggu hari minggu"sahut Arkan
"Tapikan harus siap-siap"ujar Adam.
"Arkan udah latihan hampir tiap hari kali"ujar Arkan.
"Yaudah nanti abang ikut ya pengen liat"ujar Hessa yang mendudukkan tubuhnya di samping Arkan.
Arkan mengangguk mengiyakan.
"Yaudah yok berangkat"ajak Randa.
"Hati-hati ya dek"ujar Hessa.
"IYA BANG"pekik Randa dan Arkan dari luar rumah.
"Bang ini hasil gaji gue bulan ini"ujar Lutfi memberikan sebuah amplop kepada Hessa.
"Em,makasih ya Fhi udah mau bantu"ujar Hessa yang mau tak mau harus menerima amplop itu.
"Seharusnya gue bang yang makasih"ujar Lutfi.
"Gue nunggu bentar lagi ya bang belum gajian"ujar Adam.
"Gapapa kali Dam santai aja"sahut Hessa.
"Makasih ya dek kalian udah mau bantu abang"batin Hessa.
Hai semuanya.!Ara Up lagi Nih.
Hehe ngelantur ya.
Maaf ya kalo ga sesuai ekspetasi kalian.
Semoga suka
Connect🖤
KAMU SEDANG MEMBACA
Looking for Family
FanfictionKeluarga yang utuh dan harmonis adalah idaman setiap orang begitu juga dengan Nizam dan ke-6 saudaranya yang lain. Bagaimana perjalanan Nizam dalam membangun keutuhan dalam keluarganya.? Akankah usahanya berhasil atau malah hanya jadi sia-sia.? "Niz...