34.Rencana

712 82 8
                                    

Pagi menjelang siang itu Hessa hendak mengatakan perihal keinginan Nizam pada Yasmin dan Jian.

Bisakah keinginannya itu terwujud.?

Hessa harap ucapan Nizam hanya mecarau semata sebab bukan apa sejak pagi tadi sikap Nizam berbuah.

Nizam yang bisanya hanya bicara jika perlu saja sekarang dia malah sedang sibuk bicara dengan Yasmin dan Jian.

Di sana hanya ada Hessa, Nizam, Yasmin dan Jian.
Sementara Randa sedang terapi di temani Jean dan Adam.
Arkan sedang sekolah dan Sunghoon ada pemotretan hari ini.

Ruangan bernuansa putih itu di isi dengan obrolan hangat dari Nizam dan ke-2 orang tuanya.

Ya,orang tuanya.

"Om adek mau dong liat om nikah"pinta Nizam pada Jian.

"Nikah.?jangan sekarang ya Zam, calonnya belum ada"sahut Jian.

"Sama mama Nizam aja"ujar Nizam antusias.

Yasmin dan Jian saling melempar pandangan kemudian keduanya tertawa kecil.

"Ada-ada aja sih Zam masa om Jian disuruh nikah sama Mama kan ga lucu"ujar Yasmin menanggapi.

"Tapi kalian cocok lho mama singel dan om Jian juga singel terus kalian juga sama-sama udah tua lagi"ujar Nizam.

"Emang boleh om nikahin mama kamu.?"tanya Jian.

"Boleh asalkan om jangan jahat sama mama Nizam"ujar Nizam.

"Ah jangan aneh-aneh deh Zam mama udah berumur, sekarang mama fokus urus kalian aja"sahut Yasmin.

"Mama ih ga peka.!adek tuh minta mama nikah sama om Jian karena adek pengen punya ayah"ujar Nizam.

"Iya ma abang juga setuju"celetuk Hessa yang sedari tadi hanya menyimak.

"Tuh kan ma abang aja setuju"ujar Nizam yang senang sekali mendapat pembelaan.

"Jadi.?kamu mau Yas.?"tanya Jian.

"Jangan sekarang aku belum siap"jawab Yasmin.

"Yah mama mah lama,nanti kalo adek ga sempat punya ayah gimana.?"ceplos Nizam.

"Eh mulutnya minta di cabein nih"ujar Yasmin sebetulnya merasa sakit dengan penuturan Nizam tapi apa daya anaknya itu sangat polos.

"Nizam boleh kok panggil om dengan sebutan Ayah"tutur Jian membuat mata Nizam berbinar.

"Serius.?Wah makasih om"ujar Nizam lalu memeluk Jian dengan erat.

"Iya sama-sama sayang-dan udah memang seharusnya kamu panggil saya ayah Zam"sambung Jian dalam hati.

"Kenapa Ji.?kenapa.?Kenapa kamu ga jujur sekarang.?"guam Yasy di hatinya.

"Ayah.."panggil Nizam.

"Iya, anak ayah kenapa.?"tanya Jian.

"Jangan jauh ya ayah Nizam takut"bisik Nizam.

"Ayah di sini dan ga akan pernah pergi dari kamu"ujar Jian mengecup singkat pucuk kepala Nizam.

"Makasih ayah"sahut Nizam.

Hessa menatap sendu adiknya itu, kenapa seberat ini yang harus Nizam jalani.?jika bisa mari bertukar agar Nizam bisa bahagia.

"Abang sini"ajak Nizam.

"Ayo bikin foto keluarga"ujar Nizam mengutarakan keinginannya.

"Foto keluarga.?"beo Yasmin.

"Iya ma, foto yang ada Ayah, Mama, Nizam sama abang-abang semua"jelas Nizam.

"Yaudah ayo biar ayah yang siapin semuanya"ujar Jian menyetujui keinginan anaknya itu.

"Hessa bantu apa.?"tanya Hessa.

"Hessa liat Randa udah selesai terapinya belum.?"titah Yasmin.

Hessa mengangguk sebagai jawaban.

"Nizam ikut.!"pekik si bungsu.

"Yaudah ayok"ajak Hessa.

Nizam jujur sangat bosan dengan nuansa kamarnya yang berbau obat itu.




















Di sisi lain Randa yang di temani Jean dan Adam baru saja selesai terapi untuk memulihkan syaraf motorik pada kakinya.

Awalnya sangat sulit bagi Randa jangankan untuk berjalan menggerakkan jari kakinya saja sudah sangat susah.

Hasil terapinya kali ini belum terlalu memuaskan tapi itu suatu kewajaran pasalnya kaki Randa dalam mode lumpuh saat ini.

Berdoa saja semoga terapi berikutnya bisa membuahkan hasil.

"Capek juga ya bang"keluh Randa.

"Semangat Ran besok pasti bisa.!"ujar Adam sambil mengepalkan tangannya.

"Fighting.!"seru Jean juga.

"BANG RANDA!"pekik Nizam dengan suara melengkingnya.

"Gimana Ran lancar terapinya.?"tanya Hessa pada adiknya yang terduduk di kursi roda itu.

"Lumayan deh bang"sahut Randa.

"Jangan di pikirin ya, semua pasti kembali seperti semula"ujar Hessa.

"Bang tau ga kita mau bikin foto keluarga lho nanti.."ujar Nizam.

"Wah serius.?kapan.?"tanya Randa antusias.

"Hari ini mungkin, kata Ayah panggil abang buat siap-siap"ujar Nizam.

"Nizam beneran nih bang.?"tanya Jean.

"Iya kita bakal bikin foto keluarga jadi ayo balik sekalian jemput Arkan biar abang kabarin Lutfi"titah yang tertua.

"Yeay.!"pekik yang bungsu.

"Sini biar adek yang dorong"di ambil alihnya kursi roda Randa dari tangan Jean.

"Zam jangan deh entar capek"tolak Randa.

"Ga mau..pokoknya harus Nizam yang dorong sampai kamar Nizam"ujar Nizam lalu muali mendorong kursi roda itu.

"Biarin aja deh Ran"ujar Adam
Dan pada akhirnya Randa hanya bisa pasrah.






















Hai semuanya.!Ara Up lagi.

Semakin ke sini Ara semakin pusing gimana lanjutnya.

Jadi maaf ya kalau semua ga sesuai sama ekspetasi kalian.

Connect🖤

Looking for FamilyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang