Pintu UGD itu terbuka menampakkan dokter Bahar yang baru saja menangani Nizam di dalam sana.
Peluh keringat tampak membasahi wajah tampan sang dokter."Bang keadaan Nizam gimana.?"tanya Jian.
"Nizam sempat henti jantung sebentar dan sekarang keadaanya sudah cukup stabil dan saya sarankan agar Nizam tetap di rawat di rumah sakit sampai selesai operasinya nanti"
"T-tapi Nizam ga mau dok di operasi"sahut Yasmin.
"Sumsum tulang Nizam sudah hampir rusak semuanya dan Nizam harus segera melakukan transfusi secepatnya jika tidak kita hanya bisa berharap saja pada Tuhan"ujar
dokter Bahar.Berharap Pada Tuhan.?maksudnya Nizam tidak akan bisa bertahan jika tidak menjalani operasi transfusi.?
Ah bagaimana ini.?
"Saya harap kalian bisa membujuknya sebab ini bersangkutan dengan nyawa"ujar dokter Bahar.
"Kami akan usahakan dok"ujar Hessa.
"Kalian bisa menjenguk Nizam setelah di pindah ke ruang rawat, saya permisi"ujar dokter Bahari.
Sepeninggalan dokter itu tangis Yasmin pecah, sungguh dia tidak tau harus berbuat apa sekarang.
Pasalnya anaknya itu tidak mau mengikuti saran dokter dan bersikeras menolak padahal pendonor yaitu Jian sudah siap sejak awal bahkan sudah mengisi surat pernyataan untuk melakukan donor.
Jika memang begini jalannya dari Tuhan Yasmin hanya bisa pasrah dan tabah.
Selama manusia hidup di dunia yang keras dan kejam ini tentu saja memiliki banyak keinginan yang ingin mereka capai.
Sama hal nya dengan Nizam-remaja kelahiran 09-12-2005 itu juga punya beberapa keinginan.
Seperti yang sudah kalian baca dari awal sampai hari ini Nizam hanya ingin punya keluarga yang lengkap dan utuh.
Seperti teman-teman sebayanya Nizam juga ingin pergi sekolah di antar dengan senyuman dan pulang di sambut dengan hangat.
Hampir semua keinginan Nizam sudah terwujud seperti dia yang ingin mendapat pelukan dari Ayah dan Ibunya yang kini sudah jadi rutinitas sehari-hari.
Foto keluarga yang merupakan hal sederhana yang dianggap tidak terlalu penting bagi beberapa orang di luar sana tapi bagi Nizam itu sangat berharga.
Saat ini Nizam hanya ingin kebahagiaan untuk orang-orang yang dia sayangi sedangkan mereka yang di sayangi oleh Nizam hanya ingin kesembuhan agar Nizam bisa bahagia.
Seperti saat ini seluruh anggota keluarga tengah berkumpul tanpa suara di dalam sebuah kamar bernuansa serba putih itu.
Menatap ke arah yang termuda yang masih terlelap dama tidurnya,pahatan wajah tampannya kini berona pucat begitu juga ke dua tangannya yang memutih.
Yasmin sedari tadi tidak henti-hentinya mengeluarkan air mata dari sudut matanya.
"Nizam harus segera melakukan transfusi secepatnya jika tidak kita hanya bisa berharap saja pada Tuhan"
Ucapan dokter Bahar masih sangat jelas memutar di kepala Yasmin dan juga semua orang di sana.
Jiandra yang duduk di samping Yasmin hanya bisa mengusap lembut bahu Yeji yang gemetar.
Jujur saja Jian juga merasa sangat hancur sekarang,putranya yang sangat berharga baginya itu tengah menahan sakit dengan sekuat tenaga.
Hessa si sulung merasa kesal karena adiknya itu cukup keras kepala untuk menolak melakukan operasi.
"Jangan sekarang ya bang adek masih kuat"
Sedikit tapi cukup dalam sampai membuat Hessa tidak tenang.
Jean yang bisa di bilang anak yang paling tegar dan jarang sekali menangis kali ini tampak air mata sesekali keluar dari matanya.
"Bang gimana rasanya punya ayah.?"
Dulu sebelum ada Jian Nizam sering kali bertanya tentang bagaiman hubungan Jean dan ayahnya tapi semenjak ada Jian Jean rasa adiknya dan semua saudaranya bahkan dirinya sendiri juga mendapatkan sosok ayah yang selama ini Meraka cari.
Adam si pintar hanya diam dan berkuat dengan pikirannya sendiri. Bagaimana kalau Nizam menyerah sekarang.?Apa jika operasi akan membawa hasil yang baik bagi adiknya itu.?Ah ini terlalu berat baginya.
"Bang bantuin ngerjain pr fisika dong"
Hampir setiap minggu Adam mendengar adik bungsunya itu meminta tolong untuk dibantu mengerjakan tugas sekolah dan jujur Adam tidak ingin hal itu berhenti.
Lutfi-si tampan itu dengan susah payah menahan air matanya sudah sejak 2 jam Nizam tidak juga bangun.
Ah ku mohon jangan sekarang.
"Adek ikut bang Lutfi aja"
Dulu hampir setiap pagi dia mengantar Nizam ke sekolah dan dia harap hal itu bisa terus berlanjut sampai nanti.
Randa sedikit kecewa pada dirinya sendiri sebab entah kenapa rasanya tidak terima melihat Nizam menjadi pusat perhatian dalam keluarga tapi sejak mengalami kelumpuhan terlibat sisi lain dari Randa.
Randa yang awalnya suka bicara ketus dan julid kini sudah tidak begitu lagi apalagi pada Nizam sekarang Randa bahkan tidak mau Nizam jauh darinya.
"Maafin adek ya bang"
"Gue benci sama lo gue benci.!"
Andai waktu bisa di ulang maka Randa tidak akan menyakiti Nizam saat itu tapi sudahlah jangan membuka luka yang lama.
Arkan yang menjadi kepercayaan Nizam pun sangat kesal karena tidak bisa berbuat apapun untuk adiknya itu, sering kali Nizam menceritakan semua keluh kesahnya pada Arkan.
"Jangan bilang bang Hessa ya bang"
Arkan selalu mengikuti keinginan Nizam dan merahasiakan banyak hal dari abang-abangnya tapi Arkan lega karena setidaknya Nizam mau bercerita padanya.
Nizam memiliki kesan yang berbeda bagi setiap anggota keluarga begitu juga sebaliknya Nizam menangkap kesan yang berbeda dari semua anggota keluarga.
"Nizam..Sayang ini mama di sini cepat bangun ya jangan nyerah dulu"ujar Yasmin memecah keheningan.
"Nizam kuat dia pasti bangun"ujar Jiandra.
"Nanti kalau Nizam bangun mama bakal lakuin apa aja biar Nizam seneng"ujar Yasmin sambil memaksakan senyumnya.
"Tuhan jika boleh tolong biar aku saja yang sakit jangan Nizam"guam Yasmin dalam hati.
Hai semuanya.!Ara Up lagi nih.
Kalo boleh tanya ni ya
Kalian itu nemu book ini dimana.?
Lewat pencarian,daftar bacaan tau lewat tag.Connect🖤
KAMU SEDANG MEMBACA
Looking for Family
FanfictionKeluarga yang utuh dan harmonis adalah idaman setiap orang begitu juga dengan Nizam dan ke-6 saudaranya yang lain. Bagaimana perjalanan Nizam dalam membangun keutuhan dalam keluarganya.? Akankah usahanya berhasil atau malah hanya jadi sia-sia.? "Niz...