MN||37. Pamer

23 1 2
                                    

Hay guys😇apa kabar kalian? Udah lama nunggu MN up lagi? Mw ehh🤣🤣jangan lupa vote dulu sebelum baca, gratis kok guys, gak usah bayar 😌🤣

Happy Reading 💚

🌳
🌳
🌳
🌳
🌳

Jangan pernah sombong dengan apa yang kamu punya sekarang. Bisa saja apa yang baru saja kamu sombong kan itu hilang dalam sekejap.

—Queenza Rafelia

🌳🌳🌳🌳🌳🌳🌳🌳🌳🌳🌳🌳🌳

Farel mengaruk tengkungnya yang tidak gatal saat ketiga gadis menatapnya dengan tajam. Ralat! Hanya dua saja yang satu malah menatapnya dengan dtar dan juga dingin. Jujur saja Farel sangat bingung ingin berbicara apa.

"Gimana girl? Kalah cakep sama Moka gak?"tanya Queen kepada sahabtanya.

Ya, Queen memang mengajak Farel untuk bertemu dengn para sahabtanya. Queen memang menerima Farel waktu itu dengan perasaan ragu yang membuncah hatinya karena perkataan Moka waktu itu.

"Ck, mata lo emang bener-bener ya, Queen! Gak salah gue punya sahabat kayak lo,"ucap Grey.

Grey sangat mengagumi ketampanan Farel,"ekhem, ingat mas ekhem lah. Yakali lihat yang bening langsung pindah haluan,"sindir Queen.

Grey menyengir kuda,"hehe, maaf atuh. Mata gue kebiasaan kalo liat yang cakep susah dikontrol,"ucap Grey.

Queen memutar kedua matanya malas. Ia sedikit menyesal mengajak Farel bertemu dengan sahabtnya ini. Farel mendekatkan wajahnya ketelingan Queen.

"Cemburu, hm?"tanya Farel berbisik.

"Gak!"bantah Queen.

"Hilih, nga—"

"Jadi cowok jangan sok pede,"cibir Agatha.

Boleh jujur kah? Jika boleh maka Agatha akan jujur bahwa dirinya sangat tidak menyukai Farel. Entah kenapa, tapi, ia merasa ada yang tidak beres dengan pacar baru sahabatnya itu. Agatha berpendapat seperti itu karena melihat gerak-gerik Farel sedari tadi yang sedikit mencurigagakn dimatanya.

"Jangan lo masukkin hati ucapan si kulkas. Masukin kejantung aja kalo enggak lambung biar kenyang,"canda Alice.

Farel tersenyu kecil menatap Agatha. Ia juga bingung kenapa gadis itu berkata demikian, apakah gadis itu tidak suka dengan dirinya? Bagaiaman mungkin?

"Sans aja kali,"ucap Farel.

"Oh ya, kita belum kenalan kan? Nama gue Farel Dirgantara, panggil aja Farel atau saya—"

Bugh

"Berani lo macam-macam habir lo ditangan gue!"ancam Queen sambil mengarahkan kepalan tanganya ke Farel.

Farel bergidik ngeri,"gue Cuma becanda, Queen,"ucap Farel pelan.

Queen mendengkus sebal,"awas aja kalo sampe gue lihat lo kayak gini ke cewek lain! Gue bantai juga lo,"ketus Queen.

"Pacar gue galak banget,"gumam Farel.

"NGOMONG APA LO BARUSAN?"

++++++++++++++++++

Senin pagi ini mungkin akan berbeda dengan Senin-Senin biasanya. Jika biasanya Moka akan menjemputkan di hari Senin, maka kali ini Farel lah yang akan menjemputnya. Queen sebenarnya sedikit aneh dengan sikap Moka yang tidak seperti biasanya. Cowok seperti menjauh dari Queen.

Queen menggelengkan kepalanya. Kenapa dirinya jadi memikirkan Moka sepeerti ini? Bukannya malah makin baik jika cowok itu sudah tidak peduli lagi dengan Queen? Dengan begitu misi move on nya akan segera berakhir.

"Agh, kenapa lo gak bisa minggat dari kepala gue sih?"kesal Queen.

Dengan cepat Queen memasukkan buku pelajan untuk hari ini kedalam tas. Setelah selesai memakai sepatu Queen turun kebawah untuk menyantap sarapan. Jam masih menunjukkan pukul setengah enam, jadi masih ada waktu untuk dirinya sarapan.

Langkah Queen terhenti ditangga terakhir saat sebuah suara yang sangat ia kenal menyapa indra pendengarannya.

"Masih hidup ternyata kamu? Saya kira sudah mati setelah saya benturkan kepala kamu,"ucap Riski.

Setelah kejadian itu kedua orang tuannya tidak pulang sama sekali. Entah kemana hilangnya mereka saat itu Queen juga tidak tahu. Dan dengan tidak terduga juga mereka berua kembali kerumah setelah hampir dua minggu menghilang.

Queen mengigit bibir bawahnya, matanya entah kenapa memanas. Perkataan papahnya kali ini berhasil membuaat hati Queen hancur berkeping-keping. Sebenci itukah papahnya?

"Saya tidak selemah yang anda kira,"ucap Queen dingin.

Ia tidak boleh lemah dihadapan Riski jika tidak ingin laki-laki paruh baya itu besar kepala. Ia harus kuat dan tgar seolah tidak apa-apa.

"Oh, tidak lemah tapi pingsan,"cibir Riski.

Queen mencengkram kuat roknya,matanya kembali memanas. Queen menhela napas kasar, dari pada ia akan menanagis disini dan akan membuat Riaski senang lebih baik Queen segera pergi saja dari sana.

"Terserah anda ingin berkata apa. Saya masih bisa bernapas sekarang karena Tuhan masih sayang sama saya. Tidak seperti klain yang malah ingin saya tiada,"ucap Queen.

Tanpa menunggu balasan dari Riski mau pun Sinta segera pergi dari sana dengan perasaan hancur dihatinya. Bagaimana tidak hancur jika orang tua kalian malah menginginkan kalian tiada di muka bumi ini? Apakah itu pantas disebut sebagai orang tua? Tentu saja tidak, mereka lebih pantas disebut iblis dari opada manusia.

Queen menyerka air matanya yang entah sejak kapan mengalir dipipinya.

"Nangis aja, jangan ditahan lagi. Gue tahu kalo lo lagi rapuh sekarang,"

"Nangis sepuas lo, gue akan nunggu lo disini,"lanjutnya.

Seketika air mata yang sedari tadi ia tahan luruh juga membasahi pipinya. Inilah Queen yang sebenarnya, gadis rapuh dengan segala luka yang selalu gadis itu pendam sendiri. Gadis yang selalu berlagak sok kuat dihadapan semua orang. Gadis yang sangat baik memakai topeng sehingga banyak orang yang tertipu jika dirinya adalh sosok yang kuat. Tapi nyatanya Queen hanyalah gadis lemah dan rapuh tapi ia sangat pandai menyembunyika itu semua.

"Hiks ... g-gu capek, hiks ... gue pengen akhiri semua ini, Rel,"

++++++++++++++++++++++

Queen dan juga Farel sudah sampai di halama SMA Cendarwasi. Untung saja mereka tadi tidak telah. Kedua mata Quenn masih merah dan sedikit sebam karena menangis tadi. Senyum di bibir gadis itu setia terukir di bibir gadis itu.

Queen tidak mau semua orang menatapnya iba karena ia sangat benci itu. Queen hanya ingin semua orang tahu jika dirinya baik-baiks saja. Semua kesedihan yang ia alami ckup diriny saja yang tahu.

"Lo gak capek—"

"Jangan bahas itu, gue gak mau orang lagi tahu dan iba sama gue,"ucap Queen datar.

Farel mengatupkan bibirnya, ia tidak akan berbicara lagi jika kondiri hati Queen masih buruk seperti ini. Ia lebih suka Queen yang galak dan ketus dari pada Queen yang lemah dan rapuh seperti ini.

"Eh, selamat pagi, Mantan,"sapa Queen terhadap Moka yang tidak saja berpapasan dengan dirinya dan Farel.

Moka hanya melirik Queen sekilas lalu menATAP Farel dengan pandangan yang sult diartikan. Tanpa membalas sapaan Queen, Moka melanjutkan langkanya menuju kelasnya. Queen mendengkus sebal.

"Ck, punya mantan kok songong banget dah,"kesal Queen.

"Kan niat gue mau pamer kalo udah punya pcar baru jadi gagal,"lanjut Queen.

"Hahaha, sabar, Queen. Kan lain kali kalo mau pamer bisa. Mungkin dia masih mau nenangin diri,"ucap Farel.

Queen membenarkan ucapan Farel. Mungkin saja Moka masih kesal karena kalah cepat dengan dirinya yang sudah penganti.

"Oke, lain kali kita harus pamer kemesraan sama dia sampe dia kesel!"

About QueenzaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang