"I'm coming home. I'm coming home. Tell the world I'm coming home. Let the rain wash away all the pain of yesterday. I know my kingdom awaits and they've forgiven my mistakes. I'm coming home, I'm coming home. Tell the world that I'm coming." Earphone yang melantunkan musik di telinga perempuan blasteran Asia-Amerika itu membuat suasana hatinya semakin bagus. Terlebih setelah melihat lingkungan perumahan yang ia rindukan setelah tiga tahun tidak pulang.
Senyumnya semakin merekah ketika bus satuan militer menurunkan dirinya di halte dekat dengan jalan setapak menuju rumahnya. Ia disambut dengan senyuman dan hormat dari para tetangga yang sama-sama memiliki anggota keluarga atau pensiunan militer.
Langkahnya begitu ringan berjalan ke arah rumah bercat coklat dan krem. Siapa disangka orang yang sudah bertubi-tubi mengirimkan pesan padanya karena tidak sabar bertemu sedang berjalan ke arah yang sama dari arah berlawanan.
"Salute to Lieutenant General Kim Bum." Perempuan itu mengangkat tangan kanan, memberikan hormat kepada laki-laki yang sudah menahan gelak tawanya.
"Salute to Sergent Mayor Clo, dismissed!" Bum, laki-laki berdarah Korea yang sudah mengabdikan hidupnya untuk Amerika, membalas salam hormat perempuan bernama Clo, "forward march!" Bum merentangkan tangannya, paham Clo sudah ingin menerjangnya dari tadi.
Secepat kilat Clo menurunkan military backpack-nya dan berlari, loncat ke gendongan kekasih kesayangannya yang sudah empat tahun tidak bertemu. Clo membuka topi di kepala Bum dan menghujani laki-lakinya dengan ciuman rindu. Sepasang kekasih yang masih lengkap menggunakan atribut satuan tentara, memadu kasih di depan mata-mata tetangga mereka yang paham bagaimana rasanya bertemu kembali dengan anggota keluarga, setelah bertahun-tahun harus bertugas di lapangan.
"How are you, my Clover?" tanya Bum sembari menurunkan Clo dan mengajak perempuannya masuk ke dalam rumah mereka di Colorado.
"Super good, I miss you." Sesaat setelah masuk ke dalam rumah, Clo kembali menarik kerah seragam Bum dan mendaratkan lagi ciuman ke bibir laki-laki yang membalas ciuman itu dengan sama intensnya. Clo membuka kancing baju Bum sampai terbuka dengan sempurna, ia menarik ke atas kaos hijau yang masih menutupi tubuh Bum.
"Sehari berapa kali kamu latihan?"
Bum tertawa, "aku juga penasaran sama bentuk tubuhmu sekarang." Bum berniat untuk menarik Clo ke kamar, bukan waktunya membuat ruang tamu berantakan.
"Hey, lepaskan dulu bootsmu!" Bum selalu ingin terlihat rapi dan sempurna tapi urusan satu ini hanya Clo yang peduli. Bum mengikik, ia lepaskan boots dan menaruhnya di rak sepatu dekat pintu masuk.
"Happy?" Bum melirik ke arah kaki Clo yang sengaja ia goyangkan. Sungguh perempuan ini kalau sudah bertemu Bum selalu menyalurkan hasrat manja padanya. Padahal di army quarter perempuan yang bertubuh lebih kecil dibandingkan bawahannya ini selalu tegas pada siapa pun termasuk ke atasan mereka berdua.
Bum lepaskan boots Clo dan menaruhnya di rak sepatu lalu menarik Clo ke dalam kamar. Bum mengangkat tubuh Clo dan mendudukkannya di atas meja. Ia lumatkan lagi bibirnya ke bibir Clo lebih dalam, sembari membuka seragam hijau Clo.
Bum menyeringai melihat dada Clo, "Ya Tuhan, empat tahun tak bertemu tapi dadamu tetap membuatku.."Bum berhenti berbicara.
"Apa? Membuatmu apa?" Clo tersenyum menggoda.
Bum diam, ada satu hal yang belum ia lihat hari ini, "lepaskan lensa kontak-mu." Bum membuka lebih lebar mata kanan Clo tapi menyuruh Clo sendiri yang mengambil kontak lens berwarna biru keabuan dengan tangan kanannya. Clo turuti dan melepas kontak lens miliknya, bukan karena matanya minus tapi ada hal lain yang ia tutupi. Ia letakkan sembarang kontak lens yang terlepas.
KAMU SEDANG MEMBACA
Blood Shot 21+
FanfictionClo perempuan berbola mata langka dengan warna iris matanya, memutuskan untuk keluar dari satuan ARMY Amerika setelah 15 tahun mengabdi. Alasannya karena hatinya mati rasa dengan asas kemanusiaan setelah melihat pasangannya sendiri yang sedang bertu...