23. Sakit.

606 57 0
                                    

Gatau kalian bakal suka bab ini apa nggak, but staytune yah.

Jangan lupa vote.
Lebih bagus lagi kalau kalian budayakan Vote sebelum membaca.
.


.
.
.
.

23. Sakit.
______________________________________

"jangan sentuh gue"

"kaila tolongin gue"

"AKHHH"

"Glen, jangan. gue mohon"

"pakai dia sepuas lo"

"nggak, gue nggak mau"

"Kaila gue mohon, bantuin gue"

"kaila pembunuh"

"gue sahabat lo, tolongin gue."

"KAILAAA"

"NAURAAA"

Gadis itu terbangun dari mimpi buruk nya. Teriakan nya terdengar cukup keras, mimpi itu datang lagi, mimpi yang selalu menghantui kaila hampir setiap saat, mimpi yang selalu membuat kaila merasa bersalah atas kematian Naura. Setelah kematian Naura, kadang kaila tidak pernah bisa tidur dengan nyenyak. Ingatan tentang peristiwa traumatis itu selalu muncul secara berulang dan mendadak.

"Raa"

"Hiks__maafin gue Ra" gumam kaila, gadis itu kembali terisak sambil terus memegang kepalanya yang terasa sakit.

Cklekk!

pintu kamar kaila tiba-tiba di buka, pandangan kaila kemudian teralih ke arah laki-laki paruh baya yang sedang berjalan menghampirinya dengan langkah tergesa-gesa.

"Kaila. ada apa nak?" ucap Burhan lalu duduk di dekat kaila yang terlihat sangat pucat.

"papa" ucap kaila lalu memeluk tubuh papa nya dengan erat.

"kenapa sayang?" tanya Burhan sambil terus membelai rambut Kaila.

"Naura pah" gumam Kaila di sela-sela tangisan nya. Burhan akhir nya paham mengapa Kaila seperti itu, gadis itu pasti memimpikan kembali kejadian beberapa tahun silam.

Tentu saja Kaila masih trauma dengan kematian Naura yang secara tidak wajar waktu itu, apalagi kejadian nya tepat di depan mata Kaila. hal itu kadang membuat kaila tidak bisa tidur nyenyak jika sudah di ungkit kan kembali tentang masa lalu tersebut. Bahkan setelah kejadian itu, sekedar mendengar suara petir saja kaila selalu merasa gelisah, dan setelah itu memori lama itu pasti akan berputar kembali pada ingatan nya.

karena itu Varrel atau papa nya tidak pernah meninggalkan Kaila sendirian di rumah ketika hujan deras. jika sudah mendengar bunyi petir, Kaila tidak lagi bisa menepis ingatan nya tentang kejadian mengerikan itu, dimana malam itu juga terdapat hujan lebat dengan bunyi petir yang menggema di dalam ruangan tempat Kaila dan Naura di kurung.

"Badan kamu panas banget" ucap papa Burhan sambil menempelkan tangan nya pada kening dan leher kaila.

"kenapa pah?" Varrel tiba-tiba masuk menghampiri Burhan dan kaila.

"Bang Varrel" gumam kaila dengan pelan namun masih bisa di dengar oleh varrel.

"iya sayang" sahut varrel.

"papa istirahat aja, biar Varrel yang temenin kaila di sini" ucap Varrel lalu meraih tubuh kaila dan mendekapnya dengan erat.

Burhan menghela napas pelan, lalu mengangguk. sebenarnya dia masih khawatir dengan keadaan kaila sekarang, tapi kaila juga perlu istirahat.

K A R A Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang