ENDING.

1K 63 8
                                    

Selamat membaca part terakhir cerita KARA.

______________________________________

Tiga hari setelah kehilangan Ragha. Dengan wajah pucat, Kaila berdiri di tepi sungai tempat di mana Ragha pergi dan menghilang. Bahkan sampai saat ini lelakinya masih belum juga kembali, ia menatap seluruh sungai tersebut berharap mata cantik itu bisa menemuka sosok yang beberapa hari ini di cari-cari keberadaan nya. Semua orang berharap Ragha akan kembali.

Pencarian telah di hentikan satu hari yang lalu, dan Kini Kaila tidak bisa berbuat apa-apa lagi. Ia hanya berharap keajaiban datang dan berharap semesta akan berpihak kepada nya agar tubuh itu kembali.

"AGHA___" teriak kaila begitu nyaring sambil menelusuri luasnya sungai itu dengan kedua bola mata nya.

"RAGHA PRAMUDYA ATMAJA, BRENGSEK."

"Hikhs__hiks__tepatin janji lo, cowok pengecut."

Kaila menangis, kedua bahu nya bergetar, nafas nya memburu dengan kedua mata yang masih menatap luasnya sungai tersebut.

Ia menundukkan kepala nya, kedua tangan nya mengepal sempurna di atas tanah. Hati nya hancur, harapan nya hilang, kenapa semesta terlalu kejam kepada nya?

"Tuhan, tolong kembalikan jasad nya agar aku bisa memeluk tubuh itu untuk yang terakhir kali nya."

"Kau boleh mengambil nyawa nya, tapi tolong kembalikan tubuh nya."

"Meski seandainya dia sudah tak bernyawa, setidaknya kami bisa mengubur tubuh itu agar dia tak lagi kedinginan di tempat yg sungguh terlihat sangat indah ini ya Tuhan."

Lutut Kaila seperti tak bertulang, tubuh nya merosot ke atas tanah dengan air mata yang terus-terusan membasahi wajah nya.

"Sayang, kita pergi dari sini ya?" Bunda mendekati Kaila kemudian memeluk nya erat.

"Kita ucapkan salam perpisahan untuk Ragha di sini."

Dengan lemah Kaila mengangguk lalu melepaskan pelukan Bunda. Memang berat, tapi semua harus Kaila lewati.
Bunda memaksakan senyum, air matanya pun tak pernah berhenti mengalir. Dengan satu hembusan nafas lemah Bunda kembali menatap luasnya sungai tersebut.

"Ragha, sayang. Di sini, di sungai yang indah dan cantik ini Bunda lepaskan kamu, nak. Semoga kelak kita bertemu lagi cepat atau lambat. Bunda janji akan hidup dengan baik bersama dengan wanita tercantik kamu, Kaila."

Bunda mengulurkan tangan nya untuk menyentuh air sungai yang mengalir di tepi sebagai salam perpisahan untuk putra satu-satunya itu.

Di atas jembatan, seluruh anggota Vanostra berdiri dengan gagah nya, menggunakan jaket Vanostra lengkap dengan kedua mata yang masih setia menatap ke bawah sungai tempat di mana Kaila dan Bunda berada sekarang.

Satupun dari mereka tidak ada yang mengeluarkan sepatah katapun, kaca mata hitam yang menutup mata mereka masing-masing berhasil menyembunyikan air mata yang terus-terusan mengalir dan membasahi wajah mereka semua.

Kehilangan seseorang yang selama ini selalu berperan penting dalam hidup mereka memang tidak mudah. Tapi sekuat apapun mereka untuk mempertahankan, semua akan kembali kepada pemilik nya yang sebenarnya.

"Pergi tanpa berpamitan itu adalah cara laki-laki pengecut untuk sengaja menghilang." bibir Raka terlihat bergetar saat mengucapkan kalimat itu.

"Lo pergi dengan cara terhormat" sahut Alvin sambil terus menatap arus sungai di bawah sana.

"Ternyata nggak cuma kita yang sayang sama lo, tapi alam pun sama. Bahkan alam sampai melakukan hal curang hanya untuk bisa milikin lo seutuh nya, sampai alam itu sendiri rela ngerebut lo dari kita." setetes air mata berhasil lolos dari kedua mata Veno.

K A R A Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang