T i g a

4.2K 382 4
                                    

Dia Istimewa
_________________________

Menurutmu itu sederhana, tetapi bisa jadi pemberianu yang sederhana itu sangat berharga untuk orang lain

~B i p o l a r~

🌵🌵🌵

Galen menarik kerah seragam Kara menuju lapangan dan mendorongnya keras sampai Kara terjatuh dengan lutut yang bertumpu diatas cor lapangan basket.

Kedua lututnya terasa perih, akan tetapi ada yang lebih perih dari luka yang nampak ditubuhnya.

Galen menginjak punggung tangan Kara dengan menekan kakinya seperti melindas, amarah Galen terpancing saat Kara menolak perintah Elena.

Elena menyuruh Kara untuk membelikannya sop buah, akan tetapi Kara menolak karena dikantin sekolahnya tidak ada penjual sop buah.

Kara tidak bisa menuruti perintah Elena yang menginginkan hal yang tidak bisa Kara jangkau.

Karena permintaan Elena yang tidak dituruti, Elena melapor kepada Galen sambil mengeluarkan air mata dan mengatakan jika Kara tidak ingin menuruti permintaannya.

"Sa-kit."

Tidak peduli akan rintihan yang keluar dari mulut Kara, Galen terus menekan kakinya.

"Ini karena lo nggak mau nurutin permintaan cewek gue." Galen meraih kerah seragam Kara dan memukulnya kembali.

Luka lebam kemarin belum hilang, kini harus bertambah dan lebih parah lagi. Hidup Kara tidak jauh dari pukulan.

Tubuh Kara sudah sangat lelah, Kara belum makan dari tadi malam sampai sekarang, bahkan ia kekurangan tidur.

Hidung Kara mengeluarkan darah, tubuhnya juga sudah dipenuhi oleh debu hingga sampai kewajah Kara.

Darah yang keluar di hidungnya bercampur dengan debu ditengah lapangan yang panas, Kara merasakan darah yang asin di dekat bibirnya dan juga campuran debu yang kasar masuk kemulutnya.

Galen menginjak punggung Kara, tidak ada yang akan menolong Kara. Bahkan guru-guru yang melihatnya dikantor seolah-olah menganggap tidak ada sesuatu yang terjadi.

Mata kara menangkap sebuah sosok gadis yang berdiri tak jauh darinya, Kara menggerakkan tangannya seperti meminta bantuan.

"K-ak."

Gadis tersebut yang melihatnya hanya menajamkan kedua matanya, jangan sampai Kara memanggilnya dengan sebutan Kakak.

Tidak ingin berlama-lam disana, gadis tersebut pergi dari keramaian dan memisahkan diri. Ia tidak ingin orang-orang mengetahui jika Kara adalah saudara kandungnya dan merupakan adiknya.

Seorang gadis dengan membawa sebotol air mineral menyiram wajah Galen tanpa rasa takut.

"Lo udah kelewatan batas, lo mau tanggung jawab kalau dia mati?"

Galen menyapu wajahnya yang basah, menatap gadis yang sudah berani menyiram wajahnya.

Galen membaca name tag gadis tersebut. Galen tau, dia adalah murid baru yang Elena ceritakan kemarin.

𝓐𝓷𝓽𝓪𝓰𝓸𝓷𝓲𝓼 𝓕𝓪𝓶𝓲𝓵𝔂 Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang