D u a p u l u h

2.6K 290 16
                                    

Dia Sosok Yang Kuat
__________________________________

"Tempat kosong di samping Bunda adalah tempat pemakaman gue"

~Prabakara Pandega~

••••

Hazel terdiam mematung, menatap makam yang begitu terawat dengan rerumputan hijau dengan potongan rata diatasnya.

Nisan yang bertuliskan nama Cahaya Anggraini dan yang paling membuat Hazel terkejut adalah tanggal kematiannya tepat hari ini.

"Ka, katanya lo mau ngajak gue ke rumah lo. Rumah lo mana, terus Bunda?"

Kara mengusap nisan, menunduk dan menumpukan tangan kanannya diatas tanah yang ditumbuhi rerumputan.

"Orang bilang tempat ternyaman untuk pulang adalah rumah."

"Ka?"

"Hazel, ini rumah gue. Gue merasa nyaman di sini."

Hazel menumpukan kedua lututnya mensejajarkan nya dengan Kara.

"Ka, maaf."

"Kenapa?"

"Gue buat lo sedih."

Kara tertawa, "justru lo obat kesedihan gue Hazel."

"Apaan sih lo."

"Tanah kosong di samping Bunda itu tempat pemakaman gue."

"Ka, jangan ngomong gitu."

Hazel sangat tidak suka Kara mengatakan hal seperti tadi, Hazel tidak mau kehilangan Kara.

Jangan sampai hal itu terjadi, Hazel tidak dapat membayangkan adanya gundukan tanah dengan bertuliskan nama Kara di batu nisan.

"Gue belum pernah ngerasain tidur di samping Bunda, makanya gue sisain satu tempat khusus buat gue disamping Bunda supaya nanti bisa tidur di sisi Bunda sambil memeluknya."

Ingin rasanya Hazel menyumpal mulut Kara, perkataan Kara seperti mengiris sesuatu di dalam tubuhnya.

"Gue nggak sabar nunggu hari itu tiba."

"Kara!"

Karena sudah muak mendengar perkataan konyol Kara, Hazel membentaknya agar terdiam.

Kara menggenggam tangan Hazel dan menuntunnya untuk menyentuh nisan Bundanya.

Untuk pertama kalinya Kara membawa orang lain untuk bertemu sang Bunda.

Biasanya Kara datang sendirian dan terlelap di atas makam Bundanya.

Tidak ada rasa takut di diri Kara, melainkan ia merasa nyaman dan tenang ketika berada di makam daripada rumah sendiri.

"Bunda, ini Hazel. Teman pertama Kara, dia cantik tapi galak."

"Ih, Kara..."

"Kan memang lo galak, Galen aja lo lawan."

"Itu karena lo yang terlalu lemah."

"Gue emang lemah Hazel."

"Ka, maksud gue-"

"Nggak usah diperjelas, gue tau gue lemah. Gampang di injak-injak, gue nggak punya keberanian buat ngelawan. Gue terlalu takut."

Hazel menatap makam Bunda Kara, entah ada berapa banyak luka yang Kara tutupi dari orang-orang.

"Lo orang pertama yang gue ajak ketemu sama Bunda."

𝓐𝓷𝓽𝓪𝓰𝓸𝓷𝓲𝓼 𝓕𝓪𝓶𝓲𝓵𝔂 Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang