T i g a p u l u h e m p a t

2.3K 220 4
                                    

Mendengar
___________________

Suasana rumah yang sepi, seperti tidak berpenghuni. Itulah yang setiap hari menyambut Galen ketika pulang ke rumah.

Tidak ada sosok orang tua yang akan menyambutnya, Galen meratapi nasibnya sendiri.

Apa yang harus di banggakan olehnya?

Ia sudah gagal merasakan bagaimana rasanya menjadi seorang anak. Galen terduduk di meja makan sendirian.

Hanya ada pembantu di rumah ini, Galen menatap makanan di hadapannya.

Lengkap, akan tetapi tuannya yang kurang.

Galen menggebrak meja dan berjalan keluar dari rumah, rumah mewah tersebut sama seperti kuburan.

Sunyi.

Saat hendak menaiki motornya, Mayang datang dan turun dari mobil.

"Kamu mau kemana Galen?"

"Mau mati!"

"Galen!" Tegur Mayang.

"Kenapa? apa kalian baru akan peduli kalau Galen mati?"

Mayang menghela nafasnya, "Galen, Mama capek baru pulang kerja. Jangan membuat pertanyaan bodoh."

Galen tertawa, "apa peduli Galen? apa Mama pernah bertanya tentang keluhan Galen?"

Mayang terdiam, memang benar. Ia terlalu sibuk akan pekerjaannya dan tidak memiliki waktu untuk mengurus putranya.

"Galen ini untuk kebaikan kamu."

"Kebaikan apa Ma? Hidup Galen sudah lama mati saat kalian semua hanya sibuk urusin bisnis. Galen nggak cuma butuh harta tapi Galen butuh kasih sayang dari kalian."

"Tolong mengerti sayang."

"Mengerti tentang apa? Tentang kalian yang sibuk dengan urusan masing-masing dan melupakan Galen disini?"

Mayang berniat menyentuh Galen akan tetapi langsung ditepisnya.

"Jangan sentuh Galen," ucap Galen.

"Mama sayang sama kamu."

"Kalau Mama sayang seharusnya setiap Galen pulang ada Mama yang tersenyum menyambut Galen. Tapi apa? setiap Galen pulang hanya akan ada kesunyian."

Setelah mengatakan itu, Galen menaiki motornya dan meninggalkan Mayang.

"Maafkan Mama Galen."

🌵🌵🌵

Sekarang bukan hanya Hazel yang menjauh, tetapi Kara juga ikut menjauh.

Sudah seminggu, Kara dan Hazel tidak saling bertukar sapa lagi.

Keduanya sama-sama merasa kehilangan akan tetapi merasa gengsi untuk mengakuinya.

Hazel yang masih selalu memperhatikan Kara begitu juga sebaliknya.

Walaupun kedua jaraknya saling menjauh, akan tetapi rasa mereka tidak akan pernah ikut menjauh.

"Ke kantin yuk Ka?!" ajak Cloriz.

"Nggak Clo, lo duluan aja."

"Nggak mau nitip?" Kara hanya menggelengkan kepalanya.

Kara membuka buku paket di hadapannya lalu membaca isinya.

𝓐𝓷𝓽𝓪𝓰𝓸𝓷𝓲𝓼 𝓕𝓪𝓶𝓲𝓵𝔂 Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang