D u a p u l u h s e m b i l a n

2K 224 22
                                    

Menjenguk
_________________________

Kara merasa dunianya kosong tanpa adanya Hazel. Hari ini Hazel izin karena sakit.

Dunia Kara suram tanpa adanya Hazel sebagai lenteranya.

Dari tadi Kara tidak pernah fokus dan tetap memikirkan Hazel.

Hazel sakit apa?

Kenapa Hazel bisa sakit?

Apa itu karena dirinya?

Apa Hazel marah padanya?

Kara menghela nafasnya, lalu tiba-tiba mejanya di gebrak dan menampilkan sosok Galen dan Miko.

"Kerjain tugas gue!"

Kara menatap buku tugas Galen dan tidak berniat mengambilnya.

Karena tak kunjung mendapat respon dari Kara, Galen menampar Kara menggunakan buku tugasnya.

"Ngelawan ya lo sekarang?"

"Maaf Gal, sekarang gue nggak bisa fokus kerja tugas."

Galen tertawa dan duduk di atas meja dan menghadap ke arah Kara. "Berani ya sekarang lo nolak permintaan gue?"

"Hajar aja ngga sih Gal," ucap Miko.

Kara menatap ke arah Miko dengan tatapan takut. Jika Galen memukulnya maka cowok itu akan melakukannya dengan puas karena tidak ada Hazel di sini.

"Bener juga kata lo, lagian pelindung dia juga nggak masuk hari ini katanya lagi sakit."

Galen sudah bersiap memukul Kara, akan tetapi Kara langsung mengangkat tangannya menahan Galen.

"Jangan, baiklah gue akan ngerjain tugas lo."

Kara mengambil buku tugas Galen dan juga Miko.

"Lo harus serahin sebelum jam istirahat selesai."

Kara mengangguk, setidaknya masih ada satu mapel sebelum istirahat dan sekarang kelasnya sedang free karena Bu Dita tidak masuk.

Galen menepuk-nepuk kepala Kara kasar, "bagus, gitu dong nurut kayak anjing."

Galen lalu berjalan keluar bersama Miko meninggalkan Kara yang hanya bisa menerima apa yang Galen lakukan.

"Hazel, gue rindu lo. Galen nyuruh gue kerjain tugasnya lagi."

Kara menghela nafasnya, ia lalu mengerjakan tugas Galen dan juga Miko.

Hazel menatap Bundanya yang baru saja membawakannya makanan. Kepala Hazel masih terasa pusing dan badannya memanas.

"Makan dan minum obat ya sayang," ucap Hanna.

Hazel hanya menganggukkan kepalanya. Untuk berbicara saja Hazel sangat lemah.

"Atau mau Bunda suapin?"

Hazel menggeleng, "yasudah Bunda keluar dulu soalnya Husain sudah pulang dari sekolah, Bunda mau siapin makanan dulu buat Husain."

Lagi-lagi Hazel hanya mengangguk, lalu Hanna mencium kening Hazel.

Setelah Bundanya keluar, Hazel bangkit dan bersandar di kepala ranjang.

Mengambil bubur di mangkok dan menyuapkannya ke dalam mulutnya.

Terasa pahit, semua makanan terasa sama di lidah Hazel.

Hazel lalu meletakkan bubur itu kembali dan meminum air. Tidak lupa Hazel juga meminum obatnya.

Sedari tadi Hazel memikirkan Kara, apa jadinya anak itu tanpanya?

Apa Galen dan Elena akan mengganggu Kara lebih parah saat Hazel tidak ke sekolah?

Di sinilah Kara dan Cloriz sekarang, berdiri di depan pintu rumah Hazel. Setelah mengetuk pintu rumah berwarna cokelat tersebut, Husain membukakannya pintu.

"Kak Kara, ayo masuk!" ajak Husain.

"Gue nggak di tawarin buat masuk?" tanya Cloriz.

"Kakak juga, ayo masuk!"

Cloriz menyengir dan masuk ke dalam rumah Hazel.

Kara menganggukkan kepalanya, "Bunda ada?" tanya Kara.

"Ada, tunggu Husain pergi panggil Bunda di dapur."

Tidak lama setelah kepergian Husain, Hanna datang dan tersenyum menyambut Kara.

Kara lalu mencium punggung tangan Hanna lalu duduk kembali di sofa. Lalu di ikuti oleh Cloriz.

"Saya Cloriz Tante, temannya Hazel."

"Mau jenguk Hazel ya?"

"Iya Bunda."

"Bunda panggil Hazel dulu ya," ucap Hanna lalu berlalu menaiki tangga.

Terlihat Hazel yang sedang meringkuk menghadap ke arah Kanan membelakangi Hanna sambil menyelimuti dirinya.

"Sayang, ada teman kamu dibawah."

"Siapa?"

"Kara dan Cloriz," ucap Hanna.

"Suruh mereka pergi!"

"Tidak baik mengusir temanmu yang datang menjengukmu Hazel, mereka sudah rela datang untukmu."

"Hazel nggak mau ketemu sama siapapun," ucap Hazel.

Hazel tidak ingin menunjukkan kondisinya yang buruk sekarang. Hazel tidak mau melihat wajah Kara.

Hanna hanya menghela nafasnya kasar, "yasudah, Hazel istirahat ya biar Bunda kasih tau ke Kara."

Setelah kepergian Hanna, air mata Hazel jatuh membasahi bantal.

"Maaf Kara," gumam Hazel.

Hanna duduk dan menghela nafasnya, "Hazel sedang istirahat, Tante tidak tega membangunkannya karena semalaman dia tidak bisa tidur karena menggigil."

Senyum Kara memudar, waktu kedatangannya tidaklah tepat.

"Hazel tidur ya Tan?" tanya Cloriz dan dibalas anggukan oleh Hanna.

Kara lalu menyerahkan sebuah kue yang dibawanya, "kalau begitu berikan ini saja kepada Hazel ya Bun, Kara sama Cloriz pulang dulu."

Hanna menganggukkan kepalanya, sebenarnya Hanna tidak tega berbohong kepada Kara dan juga Cloriz.

Akan tetapi ini permintaan dari Hazel sendiri, Hanna tidak mau kondisi Hazel menurun.

"Kara pamit Bunda."

"Clo juga pamit Tan," ucap Cloriz.

Di luar rumah Hazel, Kara menatap ke atas rumah Hazel. Kara memicingkan kedua matanya dan menguceknya.

Itu Hazel?

Kara tidak salah lihat, ia melihat Hazel yang beridiri di dekat jendela.

Jika Hazel sedang tidur lalu kenapa Kara melihat Hazel tadi berdiri di dekat jendela.

Apa Hazel tidak mau menemui Kara?

Padahal ada banyak yang ingin Kara ceritakan kepada Hazel tentang hari ini.

Dimana ia merasa kesepian.

Galen yang menyuruhnya mengerjakan tugas.

Bu Dita yang tidak masuk mengajar.

Dan juga Kara yang mendapat jitakan spidol dari Bu Retno karena melamun memikirkan Hazel.

Kara mendongak ke atas lagi, ia masih melihat Hazel berdiri di sana. Kara lalu melambaikan tangan kanannya akan tetapi Hazel langsung menutup jendela menggunakan gorden berwarna putih.

Kara menghela nafasnya, lalu Cloriz menarik Kara. "Ayo Ka, jangan sampai kemaleman."

Hazel merosotkan dirinya dan kembali menangis, "Maafin gue Kara."

🌵🌵🌵

Follow Instagram
@litadwipp_

𝓐𝓷𝓽𝓪𝓰𝓸𝓷𝓲𝓼 𝓕𝓪𝓶𝓲𝓵𝔂 Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang