S e m b i l a n

2.9K 312 2
                                    

Menjauh Untuk Menjaga
_________________________________

Hazel meletakkan tas Kara diatas meja samping brangkas Kara tertidur. Kedua mata yang sayu itu terpejam, ketika Kara tertidur wajahnya terlihat sangat damai sangat besar beda jika Kara membuka mata, seperti ada pancaran lelah dikedua matanya.

Hazel mendudukkan dirinya, ia mengamati setiap inchi tubuh Kara gang terbaring. Sebuah goresan panjang di pergelangan tangan Kara membuat  Hazel membelalakkan matanya.

Apakah Kara pernah ingin membunuh dirinya sendiri?

Sebuah goresan sepanjang jari telunjuk dipergelangan nadi Kara walaupun samar-samar karena sudah menyatu dengan kulit akan tetapi masih bisa terlihat jelas jika diamati dengan seksama.

Hazel meraih tangan Kara dan menggenggamnya, Hazel tau Kara berada dititik terlemahnya. Untuk melawan saja Kara tidak mampu.

Kara membutuhkan seseorang yang membantunya melawan dunia yang tidak adil kepadanya.

Perlahan-lahan Kara terbangun dari tidurnya, Hazel yang menyadari itu langsung menjatuhkan tangan Kara kembali.

"Lo udah sadar?"

Pertanyaan bodoh, sudah jelas Kara sudah membuka mata.

"Hazel."

Kara bangun dari tidurnya dan duduk, ia mengamati sekelilingnya dan menyadari jika Kara berada di UKS.

"Lo ngapain disini?" tanya Kara.

"Disuruh Bu Retno jagain lo," ucap Hazel berbohong.

Kara tertawa, "Hazel pandai berbohong ternyata."

Hazel membulatkan matanya, bagaimana bisa Kara tau jika ia mengatakan sebuah kebohongan.

"Tidak ada satupun yang pernah peduli tentang gue di sekolah ini, kecuali lo."

Hazel bungkam lalu memalingkan wajahnya kesamping dan menggaruk tengkuknya. Kebiasaan yang dilakukan Hazel jika ketahuan berbohong.

"Sekarang jam berapa?" tanya Kara.

"Jam tiga."

Kara menghela nafasnya, berarti bel sekolah sudah berbunyi 30 menit yang lalu dan Hazel masih setia menunggu Kara di klinik sampai ia sadar.

"Kenapa lo nggak pulang?"

"Suka-suka gue lah."

"Jagain gue, ya?" goda Kara.

Hazel membulatkan matanya, "idih, sok tau. Kepedean," ucap Hazel.

Kara tertawa, "lo bisa pulang sekarang!"

"Terus ninggalin lo sendirian dengan kondisi seperti ini?"

"Gue sehat, Hazel."

"Sehat darimana, Kara. Ada dua luka didunia ini, luka nyata dan luka yang tak kasat mata. Orang-orang cuma bisa menilai orang terluka jika ia melihat sebuah goresan ditubuh lo, tapi orang nggak tau ada luka yang tak kasat mata yang disembunyikan secara apik di dalam tubuh lo."

Kara terdiam, selama ini tidak ada yang peduli akan lukanya. Kara terluka sendiri dan berusaha menyembuhkannya sendirian.

Bukannya orang akan peduli kepada Kara, melainkan orang-orang hanya bisa menambah luka di dalam dirinya.

"Makasih Zel, lo orang pertama yang peduli akan gue. Gue bersyukur Tuhan ngirim lo di hidup gue sekarang."

Kedua pipi Hazel memerah, "ngomong apaan sih lo. Gue dikirim kesini karena emang udah takdir."

𝓐𝓷𝓽𝓪𝓰𝓸𝓷𝓲𝓼 𝓕𝓪𝓶𝓲𝓵𝔂 Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang