Tidak Mau Membantu
___________________________Sekolah SMA Cendrawasih di hebohkan dengan kedatangan Abraham.
Para guru-guru tengah berkumpul di ruang kepala sekolah, sehingga mengakibatkan kegiatan mengajar kosong dan siswa menikmatinya karena semua free class.
"Saya mendapatkan sebuah laporan jika salah satu murid SMA Cendrawasih tidak mendapatkan hak sepenuhnya sebagai siswa disini."
Para guru mengerutkan dahinya, Pak Bambang selaku kepala sekolah berdiri dan menepuk bahu Abraham.
"Tetapi kami para tenaga pendidik semua mengajar dan memperlakukan siswa sama."
"Saya mendapatkan laporan dari salah satu siswa di sini. Tindak pembullyan tidak boleh di perlakukan disini!"
"Tapi pak-"
Abraham mengangkat tangannya, "bagaimana jika orang tua siswa keberatan dan melapor atas tindakan penganiayaan yang anaknya dapatkan? Reputasi saya bisa hancur Pak!"
Pak Bambang menghela nafasnya, "siapa anak itu?" tanya Pak Bambang.
"Panggil anak saya Sachi dan juga siswi bernama Hazel. Jangan lupa panggil siswa yang menerima penganiayaan."
Pak Bambang menatap Bu Delvika dan mengerti akan tatapan dari Pak Bambang, Bu Delvika menganggukkan kepalanya dan keluar dai ruangan.
Bu Delvika memanggil seorang siswa dengan rambut yang di kuncir, "tolong kamu panggil Sachi anak kelas 12 IPA 1 dan suruh ke ruangan kepala sekolah sekarang!" perintah Bu Delvika.
"Baik Bu," ucap siswi tersebut dan berlalu.
Bu Delvika berjalan ke koridor kelas 11 dan berhenti tepat di kelas IPA 4. Bu Delvika masuk secara tiba-tiba dan seketika semua murid langsung terdiam.
Bukan hanya itu, beberapa murid yang tertidur di sudut belakang kelas langsung terbangun dengan kaget saat temannya mengatakan Bu Delvika berada di kelas.
"Hazel?"
Hazel yang sedang bercanda dengan Kara langsung menatap Bu Delvika.
"Ikut ibu!"
Hazel menganggukkan kepalanya, "Ka gue ikut Ibu Delvika dulu."
Kara menganggukkan kepalanya, entah ada apa sampai Hazel di panggil oleh Bu Delvika.
Hazel memasuki ruangan kepala sekolah dan saat masuk para guru sedang berkumpul dan ada Pak Abraham serta Sachi juga di sana.
"Hazel Ravindra, boleh kamu ceritakan terkait kasus penganiayaan yang terjadi di sekolah ini?" tanya Pak Bambang.
Hazel menganggukkan kepalanya, "saya akui saya adalah seorang murid baru di sekolah ini! Akan tetapi ada satu hal yang menarik perhatian saya dan membuat saya memiliki penilaian mines atas sekolah ini. Seorang siswa tidak diberikan haknya sepenuhnya, ia dihina dan di caci bahkan beberapa murid menganiayanya akan tetapi tidak ada satupun yang pernah membantunya. Bahkan para guru-guru pun enggan membantunya dan seakan-akan tutup mata atas apa yang menimpanya."
"Bisa kamu kasih tau siapa anak itu?"
Hazel menganggukkan kepalanya, "saya akan bawa di kesini, biar dia sendiri yang menceritakan semuanya. Biar semua tau apa yang telah meimpanya."
Bu Delvika lalu mempersilahkan Hazel untuk keluar.
"Ka, bisa ikut gue sebentar?!" tanya Hazel kepada Kara yang sibuk mencoret-coret kertas.
Selepas kepergian Hazel bersama Bu Delvika, Kara seperti terasingkan di kelas sehingga untuk mengusir rasa bosan Kara mencoret kertas tugasnya.
"Kemana?"
KAMU SEDANG MEMBACA
𝓐𝓷𝓽𝓪𝓰𝓸𝓷𝓲𝓼 𝓕𝓪𝓶𝓲𝓵𝔂
RandomPrabakara Pandega, sosok laki-laki yang harus merasakan penderitaan setelah ia baru saja di lahirkan. Kematian sang Bunda membuat Kara selalu di salahkan oleh keluarganya. Pembunuh! Satu kata berjuta tusukan untuk Kara. Keluarga yang seharusnya mend...