Semuanya Hanya Membenci
____________________________________"Ka, lo nggak pa-pa?" tanya Cloriz khawatir saat Kara memasuki kelas.
Terlihat Kara sudah memakai seragam baru yang Alta belikan untuknya di koperasi sekolah.
"Maafin gue ya Ka, gue nggak bisa bantu lo."
"Nggak pa-pa Clo."
"Tadi Galen apain lo?"
Kara hanya menggeleng dan kembali berjalan menuju bangkunya.
Cloriz menghela nafasnya gusar, kemudian menatap Hazel dan Kara bergantian.
Apa yang terjadi pada Hazel?
Kenapa gadis itu tidak memperdulikan Kara lagi.
Sebelum duduk, Kara menatap ke arah Hazel yang juga menatapnya. Akan tetapi setelah beberapa detik kedua matanya bertemu Hazel kembali memalingkan wajahnya.
Kara duduk dan menatap papan tulis, tidak lama Bu Anne datang dan memulai pelajaran di jam terakhir.
Kara meremas pulpen di tangannya sampai pulpen itu terjatuh. Kara mengambil pulpennya tetapi sebelum itu Kara menoleh ke belakang menatap Hazel.
Kara tersenyum, akan tetapi Hazel tidak menghiraukannya. Kara mengambil pulpen dan menuliskan sesuatu di kertas lalu di remas.
Kara menggelindingkan kertas itu sehingga tepat mengenai kaki Hazel.
Hazel menatap kertas tersebut, tidak berniat mengambilnya. Hazel menginjak remasan kertas itu dan Kara melihatnya dengan jelas.
Setelah kelas di bubarkan, Kara terburu-buru mengejar Hazel.
"Zel?"
Hazel tidak menghiraukan panggilan Kara dan tetap berjalan.
Kara tidak menyerah, ia mengejar Hazel dengan sedikit berlari.
"Zel?"
Kara meraih tangan Hazel dan membuat Hazel berhenti berjalan.
"Lepas!"
Hazel menghempaskan tangannya sehingga membuat pegangan tangan Kara terlepas.
"Zel, gue salah apa?"
"Banyak!"
"Gue minta maaf kalau lo marah soal yang kemarin."
Hazel menghela nafasnya gusar dan bersedekap dada. "Kesalahan lo bukan hanya yang kemarin."
"Kalau gitu jelasin Zel, gue bingung kenapa lo tiba-tiba ngejauhin gue?!"
"Gue benci sama lo Kara, lo sumber permasalahan dalam hidup gue sekarang. Gue ingin lo pergi jauh-jauh dari hidup gue."
Kara tersentak saat mendengar perkataan Hazel. Rasanya lebih sakit daripada ribuan hinaan yang pernah orang-orang lontarkan padanya.
"Zel, kenapa?"
"Lo masih nanya kenapa, ha? benar kata orang-orang. Lo sampah, parasit. Lo nggak pantes buat hidup, lo hidup cuma buat menambah beban di hidup orang lain."
Rasanya Kara ingin menangis akan tetapi sekuat apapun ia akan mencoba untuk menahannya.
"Jadi selama ini lo nganggep gue beban di hidup lo Zel?"
"Iya, lo beban. Lo cuma ngerepotin gue, sekarang lo jauh-jah dari hidup gue karena gue nggak mau ngeliat lo lagi. Gue benci sama lo Kara, benci!"
Kara memeluk Hazel, beruntung koridor sudah sepi karena semua murid sudah pulang.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝓐𝓷𝓽𝓪𝓰𝓸𝓷𝓲𝓼 𝓕𝓪𝓶𝓲𝓵𝔂
RandomPrabakara Pandega, sosok laki-laki yang harus merasakan penderitaan setelah ia baru saja di lahirkan. Kematian sang Bunda membuat Kara selalu di salahkan oleh keluarganya. Pembunuh! Satu kata berjuta tusukan untuk Kara. Keluarga yang seharusnya mend...