Pengganti Bunda
_________________________________Hari sudah gelap, Kara baru pulang dari Makam sang Bunda tepat jam 8 malam. Saat hendak menaiki tangga, Bu Sri yang merupakan pembantu di rumah ini baru saja keluar dari dapur.
"Nak Kara baru pulang?"
Kara tersenyum kearah Bu Sri dan menjabat tangannya. Setelah Kara dilahirkan, Bu Sri lah yang merawatnya hingga tumbuh menjadi remaja seperti sekarang.
Ibu Sri merupakan seorang pembantu yang sudah bekerja dirumah ini selama 20 tahun. Pembantu yang menjadi saksi akan keluarga Abaraham dan Cahaya yang merupakan orang tua dari Sachi dan Kara.
Abraham sama sekali tidak memperhatikan Kara sewaktu ia bayi, Kara ditelantarkan begitu saja. Bahkan Kara hendak di buang oleh Abaraham, akan tetapi mendiang nenek Kara yang merupakan Ayah dari Bundanya melarang keras Abraham untuk membuang Kara.
Jadilah Kara diasuh oleh Bu Sri, untuk permasalahan makanan dan susu Abraham lah yang membiayainya akan tetapi dalam segi mengurus Kara Abraham angkat tangan.
Abraham lebih memilih mengurus Sachi yang pada saat itu masih berumur 1 tahun 3 bulan.
Abraham hanya fokus merawat Sachi, Kara dianggap tiada dan tidak ada di keluarga ini.
Kara mengetahui banyak cerita dari Bu Sri mengenai Bundanya, tentang sifat Cahaya yang lemah lembut serta rambut yang panjang dan lurus berwarna hitam serta bulu mata lentik.
Kara tidak pernah mendengar Abraham bercerita mengenai Bundanya, karena melihat Kara saja Abraham tidak sudi.
"Kamu dari mana?" tanya Bu Sri.
"Kara dari makam Bunda."
Bu Sri tersenyum, "Cahaya pasti bangga punya anak seganteng kamu. Dia dulu sangat menginginkan anak laki-laki akan tetapi Tuhan memberinya anak pertama perempuan. Cahaya ingin seorang jagoan, katanya anak laki-laki bisa melindunginya."
"Tapi belum sempat Kara melindungi Bunda,Tuhan sudah memanggilnya."
Ibu Sri merutuki dirinya yang salah bicara, ia sudah membuat luka Kara menjadi terkuak lagi.
"Kamu sudah makan?"
"Belum, Bu."
"Kara makan dulu yuk! Di ruang makan aja, Tuan Abraham sama Nyonya Moza belum pulang dari kondangan."
Kara menggeleng, "Bu Sri antar aja ke kamar. Kara nggak punya hak duduk diruang makan."
Hati Bu Sri seperti ditusuk mendengar perkataan Kara. Abraham memang melarang keras Kara makan diruang makan.
Ibu Sri ingat betul, pada saat itu usia Kara masih 5 tahun. Bu Sri memberikan Kata makan dan mendudukkannya dikursi ruang makan lalu menyuapinya.
Tidak lama Abraham datang dan langsung merebut piring ditangan Bu Sri dan membuangnya.
Prangg
"Sudah saya katakan jangan biarkan anak sialan ini makan di ruang makan!" ucap Abraham emosi.
Kara yang masih kecil pada saat itu langsung berlindung dibelakang tubuh Bu Sri.
"Maaf Tuan," ucap Bu Sri ketakutan.
"Jika saya melihat anak ini diruang makan lagi, maka saya tidak akan segan-segan untuk memecat kamu."
Setelah mengatakan itu, Abraham berjalan keluar meninggalkan Bu Sri dan juga Kara.
Ibu Sri lalu berbalik dan berjongkok menyamakan tinggi badannya dengan Kara.
"Kara takut, Bu."
KAMU SEDANG MEMBACA
𝓐𝓷𝓽𝓪𝓰𝓸𝓷𝓲𝓼 𝓕𝓪𝓶𝓲𝓵𝔂
RandomPrabakara Pandega, sosok laki-laki yang harus merasakan penderitaan setelah ia baru saja di lahirkan. Kematian sang Bunda membuat Kara selalu di salahkan oleh keluarganya. Pembunuh! Satu kata berjuta tusukan untuk Kara. Keluarga yang seharusnya mend...