Ancaman
_______________________Hazel menghadang jalan Kara, "ada apa sih Ka?"
"Nggak pa-pa Zel!"
"Nggak pa-pa gimana? Ka gue liat Pak Abraham langsung berubah setelah liat lo."
"Kapan ada yang suka ngeliat gue Zel? Cuma lo doang!"
"Ka?"
Kara menghela nafasnya, "Zel semua orang benci gue. Cuma lo yang menganggap gue ada di dunia ini."
"Tapi Ka, Pak Abraham nggak mungkin benci lo tanpa sebab?"
Kara menundukkan kepalanya, belum saatnya ia menceritakan semuanya pada Hazel.
Jika Kara berkata yang sebenarnya maka Hazel bisa saja bertindak lebih gila lagi.
"Belum saatnya gue cerita," ucap Kara lalu berlalu pergi meninggalkan Hazel.
"Kara, Karaa..."
Hazel ingin mengejar Kara, akan tetapi Elena tiba-tiba datang bersama dengan Galen.
Elena memegang tangan Hazel untuk menahannya, "apaan sih, lepasin!" ucap Hazel dan menghempaskan tangannya.
"Wih, santai."
"Gue nggak punya waktu buat ngurusin kalian sekarang!"
Galen menampilkan smirknya lalu mendorong Hazel dan menyudutkannya di dinding.
"Mungkin setelah lo liat ini, kata-kata lo bakalan berubah!" Galen memperlihatkan sebuah foto kepada Hazel.
Hazel membulatkan kedua matanya, wajahnya lalu memucat. "Dari mana lo?"
"Kalau nggak mau foto ini tersebar lo tinggal lakuin apa yang perintahin!"
"Hapus nggak!"
"Nggak semudah itu," ucap Elena.
"Sampai kapan pun gue nggak bakalan mau turutin perkataan kalian."
"Oh iya? Jadi lo mau foto ini tersebar?"
Hazel mengepalkan kedua tangannya, "kalian berdua pasangan ular medusa yang harus di enyahkan dari bumi ini."
"Lo nggak bisa ngapa-ngapain sekarang Zel, kartu As lo udah gue pegang sekarang," ucap Elena.
Ia merasa puas, mungkin dengan foto ini Hazel dapat Elena kendalikan.
"Lo perempuan, lo nggak malu buka aib teman sendiri?"
Elena tertawa, "maaf Zel, gue ngelakuin itu karena udah muak sama lo yang terus bantuin Kara terus."
Hazel lalu menatap ke arah Galen dengan mata yang memerah menahan tangis.
"Ibu lo perempuan, lo nggak malu perlakuin gue kayak gitu?"
Hazel malu, mau ditaruh dimana wajahnya saat foto itu tersebar.
Galen tertawa, "gue nggak peduli sama nyokab gue."
"Pantes didikan lo rendahan, orang tua lo aja nggak mendidik lo dengan baik."
Galen menekan bahu Hazel ke tembok, "jangan ngelunjak atau foto ini gue sebarin sekarang?!"
Hazel menangis, baru kali ini ia terlihat lemah di depan musuhnya sendiri.
Setelah Elena dan Galen pergi, Hazel melorotkan dirinya. Beruntung koridor depan perpustakaan sedang sepi sehingga tidak ada yang mendengar perdebatan antara Hazel, Elena dan Galen.
Kara menatap bangku di sampingnya, Hazel belum kembali padahal 15 menit lagi bel pulang akan berdering.
Kara ingat, terakhir ia bertemu Hazel saat di depan koridor perpustakaan. Lalu dimana Hazel? kenapa dia menghilang.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝓐𝓷𝓽𝓪𝓰𝓸𝓷𝓲𝓼 𝓕𝓪𝓶𝓲𝓵𝔂
RandomPrabakara Pandega, sosok laki-laki yang harus merasakan penderitaan setelah ia baru saja di lahirkan. Kematian sang Bunda membuat Kara selalu di salahkan oleh keluarganya. Pembunuh! Satu kata berjuta tusukan untuk Kara. Keluarga yang seharusnya mend...