T u j u h b e l a s

2.4K 254 3
                                    

Akan Selalu Ada
__________________________

Matahari sudah berada di penghujung barat, siap untuk tenggelam. Malam akan segera tiba, Kara baru sampai di rumah Ayahnya dan membuka pintu itu perlahan.

Suasana tampak hening, di pertengahan tangga ada Sachi yang berdiri sambil bersedekap dada.

Dengan menunduk, Kara melewati Sachi. "Parasit," ucap Sachi dan masih dapat di dengar oleh Kara sehingga langkahnya terhenti.

"Sampai kapan lo menjadi perusak hubungan gue dengan Alta, tadi pagi lo bisa nolak kan?"

"Kak Sachi-"

"Jangan panggil gue Kakak, ngerti?!"

Kara menganggukkan kepalanya, "tadi pagi Kara sudah menolak, tetapi Kak Alta yang mendesak Kara untuk naik."

Sachi menggeram kesal, "gara-gara lo gue sama Alta bertengkar. Kapan sih lo mati Ka? lo juga hidup nggak ada gunanya, semua orang benci lo kenapa lo nggak bunuh diri aja supaya cepat ketemu Tuhan. Nggak ada yang harapin lo di dunia ini."

Kara menatap kedua mata Sachi. Kakak yang seharusnya menyayangi dan melindungi adiknya sangat berbanding terbalik dengan Sachi yang sangat menginginkan kematian Kara.

"Sachi?"

Kara dan Sachi menoleh ke bawah dimana ada Moza yang menatap keduanya dengan mata yang berkaca-kaca.

"Kara adalah adikmu, ingat itu!"

Sachi tertawa, "sampai kapan pun, Sachi nggak bakalan terima fakta kalau dia adik aku!"

"Apa kamu tidak ada rasa iba padanya? Dia tidak mendapat kasih sayang Bundamu sedikitpun."

"Lalu bagaimana dengan aku? karena kelahiran dia Bunda pergi. Ini karena dia, penyebab kematian Bunda adalah Kara!"

"Sachi-"

"Dia pembunuh!"

Setelah mengatakan itu, Sachi berlari menaiki tangga dan meninggalkan Kara yang diliputi luka karena perkataan Sachi.

"Kara naik ke kamar ya istirahat, nanti Kak Sachi pasti bakalan sayang sama Kara."

Kara menganggukkan kepalanya, akan tetapi sampai kapan ia harus menunggu. Kata nanti sudah sering Kara dengar, kapan kata itu berubah menjadi kenyataan.

Kara ingin kasih sayang Ayahnya, dia juga ingin mendapatkan cinta dari sang Kakak. Akan tetapi kapan dia bisa mendapatkan itu?

Apakah jika Kara mati nanti akan ada yang menangisinya? Apakah ada yang merasa kehilangan?

Bodoh, semua orang bukannya berduka akan tetapi merayakannya. Kematian Kara adalah hal yang ditunggu semua orang.

Kara menutup pintu kamarnya dan langsung merosotkan dirinya dibalik pintu. Topi hitamnya ia lepas dan diremas kuat.

Kara menunduk dan menangis. Walaupun kadang kala luka menghampiri Kara ia akan tetap tersenyum, akan tetapi hari ini begitu berat untuknya.

"Kenapa harus Kara..."

"Kara juga kehilangan Bunda..."

"Tetapi kenapa Kara yang disalahkan...?"

"Bukan kemauan Kara untuk dilahirkan, apa salah Kara...?"

🌵🌵🌵

Sebuah keluarga yang selalu diliputi canda tawa, keharmonisan dalam keluarga tersebut jangan diragukan lagi.

𝓐𝓷𝓽𝓪𝓰𝓸𝓷𝓲𝓼 𝓕𝓪𝓶𝓲𝓵𝔂 Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang