E n a m

3.3K 312 0
                                    

Pembelaan
______________________

Kara berjalan melewati ruang makan dimana ada Ayah, Bunda Moza dan juga Sachi sedang menikmati sarapan pagi.

Andai mereka tau betapa ingin Kara duduk bergabung bersama mereka menikmati makan bersama.

"Kara, ayo ikut sarapan!" Ajak Moza.

Moza hendak berjalan menghampiri Kara, akan tetapi lebih dulu di cegat oleh Abraham.

"Jangan pedulikan dia, duduk dan makanlah. Jangan rusak pagi ini Moza," ucap Abraham.

"Tapi dia harus sarapan."

"Aku tidak sudi hasil kerja kerasku ikut masuk di dalam tubuhnya. Cukup aku memberikan uang dan membiayai sekolahnya."

"Pa, Kara adalah anakmu. Darah dagingmu sendiri!"

"Moza, harus berapa kali aku katakan padamu. Dia bukanlah anakku dia lahir dengan merenggut nyawa orang yang kucintai."

Prangg

Sachi menghentakkan sendok kepiring dan berdiri dari duduknya. Nafsu makannya seolah hilang begitu saja setelah melihat Kara dan ditambah perdebatan antara Ayahnya dan Moza.

Sachi berjalan melewati Kara yang masih diam mematung, "puas lo hancurin sarapan pagi gue? Benalu!"

Sachi berjalan sambil menginjak kuat kaki Kara, sedikitpun tidak pernah ada rasa iba yang Sachi berikan seperti layaknya seorang Kakak kepada adik.

Kara menatap sambil tersenyum kearah Moza yang menampilkan tatapan iba. Kara menggelengkan kepalanya dan seperti mengirimkan telepati bahwa ia baik-baik saja dan Moza bisa melanjutkan sarapan paginya bersama Ayahnya.

🌵🌵🌵

Suasana pagi yang cerah di SMA Cendrawasih, lalu lalang siswa dan siswi yang berjalan kaki di pinggir trotoar dan juga kendaraan para siswa dan siswi serta angkutan umum yang mengangkut para siswa untuk menuntut ilmu.

Kara turun dari angkot sambil memakai topi hitam kesayangannya. Setelah membayar uang Rp. 5.000 kepada sang supir Kara melanjutkan langkahnya menuju kelas.

Sampai dijarak yang tidak begitu jauh, Kara dapat melihat Hazel yang berjalan sendirian.

Dengan berlari, Kara berhasil menyamai langkahnya dengan Hazel

"Selamat pagi Hazel," sapa Kara dengan tersenyum

Hazel hanya melirik Kara sekilas tanpa berniat membalas sapaan cowok tersebut.

"Hari ini lo semakin cantik," ucap Kara.

Hazel menghentikan langkahnya, "jangan karena gue pernah bantuin lo, lo jadi sok akrab sama gue."

"Nggak boleh ya?"

"Nggak!" ucap Hazel lalu kembali berjalan. Kali ini langkah Hazel semakin panjang dan cepat. Ia tidka ingin Kara berjalan seiringan dengannya

Kara menarik kedua sudut bibirnya, "suatu saat nanti lo yang akan cari gue terus."

"Gue saranin lo tidur supaya mimpi lo jadi kenyataan!"

Kara terkikik geli mendengarnya. "Hazel lucu juga."

Hazel menghentikan langkahnya kembali, "ngapain sih lo ngikutin gue terus?"

𝓐𝓷𝓽𝓪𝓰𝓸𝓷𝓲𝓼 𝓕𝓪𝓶𝓲𝓵𝔂 Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang