E n a m b e l a s

2.5K 248 2
                                    

Rasa?
_______________________

Uang bisa membungkam mulut, membutakan kedua mata dan menulikan telinga

~B i p o l a r~

Apa jadinya jika kau hidup di dunia ini tanpa dukungan dari siapapun, tidak ada yang menginginkanmu untuk hidup. Bahkan semua orang menunggu berita kematian mu.

Seperti berjalan diatas serpihan kaca, setiap langkah kakimu hanyalah luka. Butuh dorongan orang-orang untuk bangkit akan tetapi mereka menjatuhkan mu dengan perkataan yang menurutnya biasa saja.

Ingin mengeluh tapi kepada siapa? Bukannya mereka mendengar keluhanmu malahan mereka mengejekmu.

Kamu ingin keadilan tetapi siapa yang akan menegakkannya untukmu? Siapa yang peduli akan hidupmu.

Itulah yang Kara rasakan sekarang. Dijauhkan, dikucilkan, dicaci serta tidak di inginkan.

Sebotol minuman dingin menyentuh pipi Kara. Dengan memegang tangan yang menyentuhkannya air mineral dingin, Kara melihat ke arah Hazel yang baru saja.

Kara dan Hazel membolos pelajaran hari ini. Hazel malas bertemu orang-orang munafik dan tidak punya hati di sekolah ini.

"Minuman dingin," ucap Hazel.

Kara menerimanya dan meminum air dingin yang Hazel beri. Setelah beristirahat di klinik, Hazel membawa Kara kebelakang sekolah yang jarang dilalui oleh para siswa dan siswi.

Dibawah pohon Ketapang dan rumput yang tinggi, Kara menatap lurus kearah rumput yang bergoyang di terpa angin.

"Gue nggak punya keberanian buat ngelawan," ucap Kara tiba-tiba.

Hazel menatap kearah Kara, anak itu perlu dukungan. "Gue yang bakalan ngebela lo terus."

"Kenapa Hazel?"

Hazel mengangkat alisnya, tidak tau maksud perkataan Kara.

"Kenapa lo selalu ngedukung gue, lo orang satu-satunya yang peduli ke gue. Kenapa?"

Hazel juga tidak tau kenapa, hati kecilnya sendiri yang bergerak untuk selalu membantu Kara.

"Peduli itu gratis, Kara."

"Tapi lo peduli ke orang yang salah, orang-orang bakalan ngejauhin lo karena selalu dekat dengan gue. Zel, cukup gue aja yang merasakan rasanya dikucilkan, gue nggak mau lo juga ikut ngerasain apa yang gue rasain."

Hazel berdiri sambil menepuk rok belakangnya untuk membersihkannya dari dedaunan yang menempel pada roknya.

"Ini hidup gue, terserah diri gue mau peduli sama siapapun. Gue udah bilang kalau gue bakalan ada di samping lo dan dukung terus. Keputusan gue final!"

Kara ikut berdiri dan membalikkan badan Hazel lalu memeluknya.

Hazel terkejut dan membulatkan kedua matanya. Tubuhnya serasa kaku serta jantungnya berdetak dua kali lebih cepat.

Hening.

Hanya ada suara hembusan angin yang menerbangkan dedaunan dan menggoyangkan rumput disekitar Hazel dan Kara yang menjadi saksi pelukan mereka.

"Sebentar saja Hazel."

Hazel menelan ludahnya kasar, kenapa ia merasa nyaman Kara memeluknya seperti ini. Hazel seperti tidak ingin Kara melepaskan pelukannya.

"Gue nyaman," ucap Kara.

Kara menutup kedua matanya, "gue bukan cuma butuh sandaran dan dorongan. Tapi gue butuh pelukan Hazel."

𝓐𝓷𝓽𝓪𝓰𝓸𝓷𝓲𝓼 𝓕𝓪𝓶𝓲𝓵𝔂 Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang