Jeane Anderson Goldwin

655 18 1
                                    

Haii guys jangan lupa komen di setiap  Paragraph ya💕

Semoga suka.

Pak Bondan yang melihat Arventa yang mengacungkan jari tengahnya, menepuk pundak Arventa dengan pelan, namun gadis tersebut malah menepiskan tangan Pak Bondan dengan kasar, yang membuat seisi kelas tersebut terdiam sembari menepuk jidat mereka masing-masing, namun tidak dengan Angelica, ia malah rasanya ingin tertawa.

"Ekhem....." Pak Bondan berdehem, yang membuat Arventa terdiam mematung, namun tidak dengan kedua sahabatnya itu yang melihat Arventa dengan meringis.

"Ehh Pak Botak," ucap Arventa dengan menampilkan deretan gigi Putih nya, sembari menggaruk tengkuk kepalanya yang tidak gatal sama sekali.

"Ngapain disini Pak?" tanya Arventa dengan tersenyum canggung.

"Tadi jari nya bagus banget, gimana tadi jarinya?" tanya Pak Bondan dengan tersenyum paksa.

"Ahhh Bapak bisa aja, jari Arventa kan memang bagus, Bapak mau liat?" tanya Arventa dengan melihatkan jari-jarinya di depan wajah Pak Bondan, yang membuat lelaki kepala botak tersebut menarik nafasnya dalam-dalam, kemudian ia menghembuskan nya dengan perlahan, ia menatap Arventa dengan berkacak pinggang, yang membuat gadis tersebut menurun kan jari-jarinya dengan cepat.

"Duh Ver berpikir dong, Pak Bondan kalau marah nyeremin tau!!!" omel Auberta dengan suara pelan.

"Iya sabar dong!!!" bisik Arventa.

Sebuah ide muncul di otak Vernanda, yang membuat gadis tersebut mengembangkan senyumnya.

"Ehhh Pak Bondan pakai minyak Rambut apa Pak, kinclong bener kepala nya?" pertanyaan Arventa sontak membuat seisi kelas tertawa terbahak-bahak, apa ada yang salah dengan ucapannya? Pikir nya.

Pak Bondan yang mendengarkan pertanyaan dari Arventa pun, tersenyum menahan kekesalan nya terhadap gadis di depannya ini.

"Ooo Bapak pakai cuka tadi pagi," jawab Pak Bondan asal, yang membuat mereka semua tertawa.

"Kamu duduk di tempat duduk kamu, atau mau Bapak suruh berkibar di tiang bendera?" ancam Pak Bondan, yang membuat Arventa membulatkan matanya, ia dan kedua sahabatnya pun kocar kacir duduk di bangku mereka masing-masing.

"Si Arventa kenapa nurut ya sama Pak Bonbon?" tanya Angelica yang memanggil Pak Bondan dengan panggilan Pak Bonbon.

"Tau tuh anak," sahut Rayna mengangkat kedua bahunya acuh tak acuh, namun tidak dengan Novea ia tidak merespon pertanyaan dari Angelica, ia hanya pokus kedepan dengan tatapan kosong.

"Nov lo kenapa sih dari tadi diam mulu, kesambet lo?" tanya Angelica yang membuat Rayna refleks menatap Novea yang sedang melamun.

"Nov lo kalau ada masalah jangan diemin kita dong," rengek Angelica yang membuat Novea hanya tersenyum tipis.

"Gue nggak pa-pa kok guys," ucap Novea sembari mengambil pulpen nya dan mulai  kebiasaan nya, ketika ia sedang galau atau pun banyak pikiran ia pasti akan mencoret-coret bukunya tidak jelas.

"Ya udah deh kalau gitu," ucap Angelica ketus, namun Novea tidak menghiraukannya.

***

Nikah Saat SMATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang