Jangan lupa komen di setiap paragraph ya><
Love you buat yang baca, aww><
"Ya udah deh,Mama sama Papa jaga kesehatan ya di sana, kalau gitu Jeane tutup dulu telepon nya, bye Ma Pa," Jeane pun mengakhiri teleponan tersebut, dan ia mengembalikan telepon tersebut ke pembantu nya.
"Gimana jelasinnya nanti sama Papa sama Mama?" lirih nya, raut wajah gadis tersebut terlihat Khawatir.
"Jeane harus gimana?" lirihnya lagi.
Jeane menatap lurus kedepan dengan tatapan kosong ia mengingat-ingat kejadian semalam yang menimpa dirinya, ia tidak menyangka laki-laki yang di cintainya tega melakukan itu kepada dirinya, jika ia tahu kalau lelaki itu membawanya ke apartementnya, ia tidak akan mau menerima ajakan laki-laki tersebut yang katanya akan membawanya ke pantai.
Sungguh hari itu hari terburuk bagi Jeane, ia mencoba sekuat hatinya untuk menguburkan cintanya dalam-dalam untuk Ryan, apakah pantas hatinya menerima Ryan kembali seandainya Ryan meminta maaf dan memohon agar memaafkan kesalahannya? Tapi itu mustahil bagi seorang Jeane kalau seorang Ryan akan meminta maaf kepada dirinya.Selama ini ia sangat menganggumi seorang Ryan, namun gadis tersebut selalu sabar untuk menunggu Ryan agar menerima cintanya,dengan segala sikap Ryan yang selalu mengabaikannya namun ia masih tetap kokoh dalam pendiriannya yang akan setia menunggu Ryan walaupun ia tidak pernah di respon oleh lelaki tersebut.
Kilas balik cerita.
Dan hari itu ketika Jeane sedang berjalan menuju ke parkiran yang ingin pulang dari sekolahan,namun seketika tangannya di tarik oleh seseorang yang membuat gadis tersebut terlonjak kaget setengah mati,wajah nya terbentur di dada bidang laki-laki tersebut yang membuat nya membulatkan matanya sempurna, kemudian ia pun mendongakkan kepala nya perlahan-lahan melihat siapa yang berani-beraninya menarik tangannya secara tiba-tiba.
"Ka-kak Ryan," cicit Jeane menatap wajah tampan Ryan.
"Ikut gue," ajak Ryan dengan dingin, yang membuat jantung gadis tersebut tidak karuan, ia gugup setengah mati, ia tidak menyangka seorang pria yang ia kagumi selama ini berada didepan nya saat ini.
"Ke-kemana?" tanya Jeane, astaga bisakah jantung nya diganti sama jantung pisang? Kenapa ia begitu terlihat gugup, padahal lelaki di depannya ini hanya memegang tangannya dengan menampilkan wajah datarnya kenapa jantung nya menjadi tidak karuan begini?
"Ke pantai," sahut Ryan dan menarik tangan Jeane dengan kasar, yang membuat gadis tersebut meringis kesakitan, ada apa dengan lelaki ini? Pikirnya.
Selama perjalanan tidak ada yang berani membuka percakapan baik Ryan maupun Jeane, dua-duanya sama-sama terdiam dengan pikiran mereka masing-masing.
Jeane yang melihat arah jalan tersebut sepi, mengernyitkan kening nya, ini mau kepantai atau mau ke hutan? Jeane yang tidak mau ambil pusing hanya diam sembari mencuri-curi pandangan ke Ryan.
"Tampan," batin Jeane mengulum senyumnya.
Akhirnya mobil Suport milik Ryan terhenti di sebuah gedung yang menjulang tinggi, gadis tersebut mengernyitkan keningnya.
"Loh kok kesini? Bukannya tadi mau kepantai ya? Mungkin maksud kak Ryan pantai buatan kali ya, yang ada di sini," batin Jeane. Lelaki tersebut melihat wajah cantik Jeane dengan senyuman mautnya.
"Gue hancurin hidup lo Edgar Stevenson Goldwin seperti lo hancurin hidup adek gue," batin Ryan mengepal kan kedua tangannya.
"Turun!" Jeane yang mendengar ucapan Ryan pun Rifleks menatap wajah datar Ryan, tidak lama kemudian ia menganggukkan kepala nya dan melepaskan Seatbelt dan mengikuti langkah Ryan dari belakang.
"Dasar gadis bodoh!" gumam Ryan dengan suara pelan namun tidak di dengar oleh Jeane.
Tanpa Jeane sadari ia sudah mengikuti langkah kaki Ryan sejauh ini, kemudian ia tersadar dimana dirinya berada di saat ini, ia melihat disekeliling nya dimana banyak foto-foto Ryan dengan seorang gadis yang membuat hatinya hancur seketika, ingin rasanya ia menangis disini juga, namun sebisa mungkin ia menahan air matanya, kemudian ia melihat Ryan membaringkan tubuhnya diranjang, yang membuat gadis tersebut mengerjapkan matanya beberapa kali.
"Mmm Kak kita ngapain disini?" tanya Jeane dengan ragu, refleks Ryan menatap gadis tersebut dengan tertawa yang sangat menakutkan di telinga Jeane yang membuat gadis dihadapannya ini gemeter ketakutan.
"Jeane..... Jeane... Lo bodoh atau pura-pura bodoh sih?" tanya Ryan yang masih dengan tawanya, melempar baju nya ke sembarang arah yang hanya meninggalkan baju kaos polos berwarna putih yang masih melekat di tubuh nya.
Jeane menelan salivannya dengan susah payah, tidak lama ia menelaah ucapan Ryan tersebut, ia tidak mengerti apa maksud Ryan.
"Ma-maksud kakak apa ya?" tanya Jeane dengan air mata membendung di pelupuk matanya, menatap wajah laki-laki tersebut dengan serius, Ryan menghentikan tawanya berganti dengan menyunggingkan senyumnya, yang membuat bulu kudu gadis tersebut berdiri.
"Lo pikir gue mau ajak lo kepantai? Dan lo berkhayal gue akan melakukan hal romantis sama lo? Hahha nggak usah mimpi!!!!! Dasar bodoh!!!" ucap Ryan yang cukup membuat hati Jeane sakit, air matanya mengalir begitu sana tanpa seizinnya.
"Ke-kenapa kakak tega lakuin ini semua sama Jeane? Itu sama aja kakak PHP in Jeane " lirih Jeane menatap laki-laki didepan nya ini dengan mata teduhnya.
Ryan berdiri menghampiri Jeane yang membuat gadis tersebut semakin ketakutan, dan mencengkam lengan gadis tersebut dengan kuat, yang membuat gadis tersebut tidak kuasa menahan tangisan nya.
"KARENA GUE DENDAM SAMA KAKAK LO EDGAR!!!!!" bentak Ryan , yang membuat gadis tersebut bagaikan disambar petir disiang hari, ada urusan apa kakaknya sama Ryan? Kenapa ia yang harus menanggung semua ini? Pikirnya.
"Tapi-" belum sempat Jeane melanjutkan ucapan nya, Ryan terlebih dahulu menghempaskan gadis tersebut di kasur milik nya dengan kasar, yang membuat Jeane semakin ketakutan, ingin rasanya ia menghilang dari muka bumi ini. Ia sangat takut ketika melihat wajah lelaki tersebut yang sangat amat menyeramkan.
Jeane terlonjak kaget ketika Ryan menindih tubuhnya, yang membuat nya sudah berpikiran yang aneh-aneh, apa jangan-jangan?
Dan yah ternyata pikiran Jeane benar, terjadilah sesuatu yang tak dinginkan oleh gadis tersebut,ia terisak sembari memungut pakaian nya dengan air mata yang membanjiri pipinya, namun berbeda dengan Laki-laki tersebut yang menyunggingkan senyumnya, ia merasa cukup puas menghancurkan hidup seorang Jeane Anderson Goldwin adik kesayangan seorang Edgar.
Tidak lama lelaki tersebutpun tertidur pulas, Jeane dengan cepat keluar dari Apartement tersebut, dan meninggalkan tempat tersebut dengan air mata yang tidak henti henti nya mengalir.
Jeane berjalan dengan tangan yang menahan bagian di area kewanitaannya dengan meringis, sakit sekali rasanya, namun gadis tersebut sebisa mungkin menahan rasa sakit tersebut, dan menunggu ojol pesanannya datang.
Flashback off.
Gimana? Nggak sedihkan part ini?
Hayoo vote dong>< biar semangat up nya nih.Jan lupa follow IG autor
KAMU SEDANG MEMBACA
Nikah Saat SMA
Fiksi RemajaRayna Jelita Cassandra Argawijaya.Adalah seorang gadis yang masih berumur 17 tahun, ia memiliki dua orang sahabat yang selalu menemaninya dikala susah maupun senang. Novea Valencia adalah sahabat Rayna yang memiliki sifat humoris, periang, baik hat...