17 - Nikah Lagi

2.8K 153 8
                                    

Setelah perdebatan waktu itu dan setelah menjalani adat-adat yang sudah menjadi tradisi selama seminggu, kini adalah hari yang Zidan Fara dan keluarga besar juga sahabat-sahabat Zidan Fara tunggu-tunggu.

Hari dimana mereka semua menyaksikan ulang pernikahan dari pasutri muda, hari yang sangat mereka nanti-nanti.

Kini di sebuah kamar terdapat wanita yang tengah di rias dengan kebaya putih yang melekat dengan sempurna di tubuh ramping nya.

"Mbak make up nya jangan ketebelan ya saya gak suka," pinta Fara.

Iya wanita tersebut adalah Fara, wanita cantik yang akan menjadi mempelai di pernikahan hari ini.

"Mbak ini bajunya kekecilan gak sih? Kok saya liat perutnya mbak gak enak ya," ucap tukang rias.

"Gak kok mbak, ini nyaman di badan saya. Baby nya juga kayanya suka bunda nya pakai baju seperti ini," jawab Fara dengan tersenyum.

Tukang rias itu tersenyum dan melanjutkan make up nya.

Setelah 30 menit akhirnya riasan tersebut selesai, kini tinggal tatanan hijab yang akan di bentuk.

"Mbak nanti dada saya tutupin ya saya gak pede soal nya kalau harus terbuka," pinta Fara. Tukang rias tersebut tersenyum dan mengangguk.

Setengah jam berlalu, kini Fara sudah siap dengan kebaya, riasan, dan aksesoris lainnya yang melekat sempurna di tubuh nya.

"Sayang," panggil Zea.

Fara menoleh dan mendapati Zea, Fio juga Ratu tengah berdiri di ambang pintu dengan wajah tersenyum. Fara tersenyum dan mendekati mereka, ia menyalimi satu persatu tangan mereka.

"Assalamualaikum ummah, mamah, oma." sapa Fara.

"Waalaikumsalam warahmatullahi wabarakatuh," jawab mereka.

"Masyaallah cucu oma cantik banget," puji Ratu.

"Alhamdulillahirabbillalamin oma, makasih." jawab Fara.

"Kalian sudah sah kan? Cuma nikah ulang kan?," tanya Fio.

"Iya mah," jawab Fara.

Mereka asik berbincang, namun tidak dengan Zea, ia asik melihat wajah Fara sampai tak terasa air mata menetes di pipi nya.

Fara menoleh, ia mendapati ummah nya tengah menangis. Dia menghampiri ummah nya, di pegang nya tangan sang ummah.

"Ummah kenapa nangis? Fara ada salah ya sama ummah?," tanya Fara. Ia menghapus pelan air mata yang mengalir di pipi sang ummah.

"Kamu cantik, cantik banget. Mirip seperti almarhumah bunda kamu," puji Zea.

Mendengar kata 'bunda' membuat Fara ingin menitikkan air matanya. Ia menyangkal air matanya dan menatap ummah dengan senyum.

"Alhamdulillahirabbillalamin," gumam Fara

"Bunda kamu pasti bangga punya anak seperti kamu sayang, kamu tumbuh jadi anak yang cantik, manis, dan baik. Beliau pasti bangga berhasil mendidik kamu jadi anak sholehah, di tambah ada si kecil yang sangat bunda kamu inginkan dari dulu. Beliau pasti sangat senang sayang," lanjut Zea.

Runtuh sudah pertahanan Fara, ia memeluk Zea dan menangis di pelukan sang ummah. Zea menepuk pelan kepala Fara, ia tak tega mendengar tangis keponakan ralat anaknya itu.

"Shuttt, udah jangan nangis. Masa manten nangis sih hm? Nanti make up nya luntur dek. Udah ya, masa hari bahagia kamu kamu nya nangis? Cup cup sayang," ucap Zea. Fara tak mendengar, ia semakin memeluk Zea erat dan menangis sejadi-jadinya.

BIMANTARA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang