44 - Mulai Terungkap

957 88 11
                                    

Setelah accident hilangnya Azel kemarin, kini seluruh keluarga semakin menjaga satu sama lain.

Arva, Celvin, Zidan, El dan yang lainnya berencana untuk menguak lebih dalam siapa orang yang telah merencanakan ini semua.

"Ummah yakin ini ada hubungannya sama Queen," Celetuk Zea yang diangguki Fio.

"Iya pasti itu, siapa lagi yang punya dendam sama bunda kalian di masa lalu kalo bukan dia." Sambung Fio.

"Sayang, jangan langsung memutuskan dulu. Kita selidiki terlebih dahulu baru menyimpulkan, kalo gak ada bukti nanti jatuhnya suudzon." Timpal Arva.

"Ihh mas kan udah jelas yang punya dendam di masa lalu cuma Queen, kalo bukan dia terus siapa lagi?," Sewot Fio.

"Orang lain kan bisa aja. Dek, zaman sekarang itu manusia bisa kapan pun berubah. Manusia bisa kapan aja membuat orang terdekatnya kecewa dalam sekejap, di dunia ini banyak musuh di balik selimut. Bisa aja kan Queen udah tobat terus muncul musuh lain? Saingan bisnis keluarga kita, saingan bisnis Azev juga contohnya." Jawab Arva dengan lembut agar istrinya tak salah mengartikan.

Ucapan Arva membuat mereka mengangguk, mereka menyetujui apa yang Arva ucapankan.

"Tak semua musuh dimasa lalu menjadi musuh dimasa depan Teh, kadang ada musuh dimasa lalu justru menjadi patner dimasa depan. Bisa juga yang menjadi patner dimasa lalu justru dia yang menjadi musuh dimasa depan, apa yang dikatakan Abang ada benarnya. Zaman sekarang manusia bisa berubah kapanpun, dimanapun dan tidak memandang siapapun." Timpal Celvin.

Kata demi kata mulai terlontarkan, perdebatan dan pemikiran tetap masih berlangsung. Semua ucapan mereka membuat Zidan, Fara dan El berfikir dua kali untuk mencurigai seseorang.

"Dia yang menjadi musuhmu, akan tetap menjadi musuhmu." Ucap Ratu. Kemudian dirinya beranjak meninggalkan mereka semua.

Ting

Semua pandangan yang awalnya menuju ke Ratu kini kembali mencari suara notifikasi yang baru saja terdengar.

Zidan mengambil ponselnya, seluruh pandangan berpusat kearahnya. Dirinya mengernyit ketika mendapatkan sebuah pesan dari nomor tidak dikenal lagi,

+6285*********
Nomor tidak dikenal

+6285********* :
Dia yang menjadi musuhmu, akan tetap menjadi musuhmu.

Kira-kira seperti itulah pesan yang didapat oleh Zidan, Zidan mengernyit ketika membaca dan tidak mengerti dari arti pesan itu.

"Kenapa Dan? Siapa yang kirim pesan?," Tanya Arva.

"Nomor tidak dikenal," Jawab Zidan.

"Again?," Tanya El. Zidan mengangguk,

"Again? Maksudnya?," Tanya Fari.

"Coba bacain pesannya," Titah Saga. Zidan mengangguk,

"Dia yang menjadi musuhmu, akan tetap menjadi musuhmu." Ucap Zidan sembari memandang layar ponsel untuk membaca pesan yang ia dapat tadi.

"Loh? Itukan sama kaya yang diucap Oma tadi," Celetuk Fari heran. Mereka mengangguk,

"Sebenernya siapa sih yang ganggu," Tanya Aarish frustasi.

"Ekhem," Dehem Zidan.

"Sebenarnya beberapa hari lalu Zidan udah cari tau," Lanjutnya. Tetiba seluruh pandangan mengarah kepadanya,

Zidan pamit pergi kekamar sebentar, namun sebelum itu dirinya menanyakan dimana letak laptop nya kepada sang istri yang tengah memangku Zio sembari menimang-nimang.

BIMANTARA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang