49 - Maaf Chaca

1.1K 92 2
                                    

Pagi ini Fara, Zidan, Rico dan Zio berjalan-jalan keliling Rumah Sakit dengan Zidan yang duduk dikursi roda yang didorong oleh Zaidan dan jangan lupakan Zio dipangkuannya. Fara juga menggendong Rico dengan posisi disamping Zidan, sebenarnya bukan Zidan yang mau namun Fara yang maksa menyuruhnya untuk memakai kursi roda.

Disinilah mereka berada, setelah puas berkeliling, mereka memutuskan untuk menghirup udara taman yang tersedia di Rumah Sakit yang mereka tempati.

"Makasih ya Zai," Ucap Fara setelah sampai ditaman. Zaidan mengangguk dan tersenyum, "Sama-sama Mbak," Jawabnya. "Yaudah aku pamit nyusul Wilda ya mbak," Pamitnya.

Fara mengangguk, "Iya sekali lagi makasih ya," Jawabnya. Zaidan mengangguk, dirinya menatap Zidan dan menepuk pelan punggung Zidan. "Aku pamit bang," Pamitnya kepada Zidan. Zidan menoleh dan mengangguk, "Iya, thanks ya." Jawabnya. Zaidan mengangguk, selepasnya ia beranjak dari tempat itu.

Wilda memang sudah melahirkan di Rumah Sakit yang sama, tepatnya kemarin setelah sadarnya Zidan. Hadirnya bayi perempuan mungil itu menambah kebahagiaan seluruh keluarga setelah sadarnya Zidan, setelah kesedihan berturut-turun kini kebahagiaan berturut-turut menghampiri mereka.

"Gak nyangka ya mas," Ujar Fara. Zidan yang tengah menepuk paha Zio menoleh, "Gak nyangka kenapa?," Tanyanya.

Fara mendekat dan duduk disebelah Zidan, "Gak nyangka kita udah sampai dititik ini," Jedanya. Fara dan Zidan saling pandang, "Fara kira masa depan eh maksudnya Fara ngerasain rasanya punya keluarga kecil kaya gini itu masih lama, dulu Fara yang ngerasain jadi Azel yang dirawat, dimanja dan diurus 24 jam sama bunda. Tapi sekarang malah Fara yang ngerasain rasanya jadi bunda," Lanjutnya.

Zidan mengernyit, "Kamu nyesel punya keluarga kecil dan jadi ibu diusia muda?," Tanyanya. Fara menggeleng keras, "Bukan gitu, Fara malah sangat bersyukur. Maksud Fara jadi istri sekaligus ibu diusia muda itu gak ada terselip sebutir debu pun dipikiran Fara, Fara ngerasa kalo ini itu hal yang harus Fara syukuri. Fara mempunyai suami yang benar-benar suami-able kaya mas, punya anak yang lucu dan gemes seperti Azel dan twins, punya keluarga yang sangat menyayangi Fara seperti keluarga mas dan keluarga Fara, dan dikelilingi oleh orang yang benar-benar menyayangi Fara itu benar-benar hal yang harus Fara syukuri. Entahlah kalo mas gak hadir gimana jadinya hidup Fara sekarang, monokrom kali ya." Jawabnya diakhiri kekehan.

Fara tersenyum sembari menatap awan, "Fara benar-benar bersyukur mas, mungkin diluar sana gak ada yang mempunyai nasib seberuntung Fara. Walaupun bunda udah gak ada, walaupun Aunty Queen, Mbak Chaca dan Mas Rafa membenci Fara setidaknya Fara bersyukur masih punya kalian yang selalu ngelindungi Fara. Terutama sama Mas, Fara benar-benar bersyukur punya suami kaya mas." Lanjutnya.

Fara menatap Zidan, Zidan tersenyum dan memeluk Fara dari samping. "I lucky have u too wife," Jawabnya. Zidan mengecup sekilas puncak kepala Fara, "Mas jauh lebih beruntung punya kamu sayang, istri yang benar-benar Mas cintai, kamu yang Mas inginkan menjadi teman sehidup semati Mas dan hanya kamu yang Mas mau untuk jadi bidadari dunia akhirat Mas." Lanjutnya. Fara menitikkan air matanya dan memeluk suaminya dengan erat.

>><<

Setelah hampir setengah jam berada ditaman, kini Zidan, Fara dan kedua anaknya memutuskan untuk kembali keruang rawat Zidan. Namun langkah mereka memelan ketika melihat beberapa polisi didepan ruang rawatnya,

"Permisi pak, ada apa ya?," Tanya Fara. Salah satu polisi itu menoleh, "Saya hanya mengantarkan Mbak Chaca untuk diantarkan keruangan ini Mbak," Jawab polisi itu.

Fara dan Zidan saling pandang, "Chaca balik ada urusan apa ya Pak?," Tanya Zidan. Polisi itu menggeleng, "Saya tidak tahu Mas," Jawab polisi itu. Zidan mengangguk, "Yaudah Pak, saya permisi izin masuk." Pamitnya. Polisi itu mengangguk, "Silahkan Mas," Ucap polisi itu.

Zidan dan Fara mulai berjalan masuk, saat membuka pintu ruangan, kini seluruh pandangan menuju kearah mereka. "Fara, Zidan." Lirih Chaca.

Chaca menghampiri mereka, ia berlutut dikaki Fara dan Zidan. "Eh?," Kaget Fara. Chaca menunduk, "Maafin saya," Lirihnya.

Chaca menitikkan air matanya, "Maaf, saya tau saya salah jadi tolong maafkan saya. Jujur saya tidak mau melakukan ini, tapi...tapi rasa iri saya memenangkan semuanya. Saya tau harusnya saya tidak melakukan ini semua, tapi...saya tidak punya pilihan lain." Lanjutnya.

Chaca mendekat dan memeluk kaki Fara, "Fara saya minta maaf sama kamu, saya tau saya hampir membunuh tiga nyawa. Saya akan bertanggung jawab atas semua perbuatan saya tapi saya mohon tolong maafkan saya," Ujarnya.

Fara tak tega, dirinya memegang pundak Chaca dan membimbingnya berdiri. "Mbak, Mbak berdiri dulu." Ujarnya. Chaca menggeleng keras, "Saya gak akan berdiri sebelum kamu maafin saya Fara," Jawabnya.

Fara menggeleng dan memaksa membangunkan Chaca, "Mbak berdiri dulu nanti saya jawab," Ucapnya. Chaca mau tidak mau berdiri, dirinya menatap Fara dengan tatapan memohon dan Fara tau tatapan itu penuh dengan ketulusan dan penyesalan.

"Saya sudah memaafkan semua kesalahan Mbak sebelum Mbak minta maaf ke saya, saya sudah melupakan semua Mbak. Mbak gak perlu khawatir, kekecewaan memang ada dihati saya tapi saya tidak pernah menaruh dendam sedikitpun sama Mbak." Ujar Fara. Chaca memeluk Fara dengan erat, "Mbak itu sepupu yang sudah saya anggap seperti saudara kandung saya sendiri, mana mungkin saya dendam sama saudara saya sendiri? Saya sangat menyayangi Mbak Aca," Lanjutnya.

Tangis Chaca semakin menjadi, rasa bersalah dan penyesalannya semakin membesar. "Makasih," Lirihnya. Fara melepas pelukannya, ia menghapus jejak air mata Chaca serasa mengangguk.

Tatapan Chaca kini beralih ke Zidan, "Mas," Panggil Fara. Zidan menghela nafas, "Saya sudah memaafkan kamu, kalopun saya dendam juga gak ada gunanya." Jawabnya. Chaca tersenyum lega, "Terimakasih," Jawabnya.

"Maaf Pak Bu tapi Mbak Chaca harus segera dibawa ke sel," Ucap salah satu polisi. Fara mengangguk, "Baik Pak," Jawabnya.

Fara menatap Chaca, "Mbak baik-baik disana, Fara tunggu Mbak pulang biar bisa main sama kita lagi." Ujarnya. Chaca mengangguk, "Terimakasih," Jawabnya.

Zea menghampiri sang anak dan memeluknya erat, "Baik-baik disana, jaga kesehatan sampai kamu pulang. Kita bakal nunggu kamu sampai kamu bisa berkumpul kembali sama kita," Bisiknya. Chaca mengangguk, "Terimakasih Ummah," Lirihnya.

Kedua Polwan masuk dan membawa Chaca untuk kembali ke tempat dia sekarang, Fara memandang Chaca dengan sendu membuat Zidan menggenggam tangan Fara erat. "Cuma lima bulan," Ujarnya.

Fara mengangguk, iya Chaca memang dihukum lima bulan penjara karena ia cuma menjadi perantara saja. Selain itu dirinya juga mendapat keringanan dari pihak keluarganya,

"Ayo duduk," Ajak Zidan. Mereka duduk dan melanjutkan aktivitas mereka selanjutnya,

>><<

Akhirnya bisa up,

SELAMAT HARI PAHLAWAN ❤.

Ekhem ayo dong kak kasih semangat buat aku up terus, caranya gampang kok.

⬇ Vote aja disini, jangan cuma baca doang kak.

Spam next or lanjut dan kasih semangat aku disini ➡.

Typo tandai ya,

Okee see u next chapter
🌹🌹🌹.

~SilsilahCinta
10 November 2021

BIMANTARA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang