48 - Sadar 2

1.1K 111 1
                                    

Hari berjalan begitu cepat, tak terasa kini sudah satu bulan lebih Fara, Zidan dan Zio belum sadarkan diri. Namun empat hari lalu dokter bilang jika mereka telah melewati masa kritisnya dan bisa dipindahkan ke ruang rawat, walaupun begitu mereka belum bisa diprediksi kapan mereka akan sadar.

Kini Saga melangkahkan kakinya kedalam salah satu ruang rawat VVIP dimana kedua adiknya dan satu keponakannya terbaring lemah dengan alat-alat Rumah Sakit yang masih setia terpasang untuk membantu mereka agar bisa bertahan hidup.

Saga berjalan dengan pelan menghampiri bangkar kedua adiknya, tak terasa air mata kembali lolos dan mengalir dipipinya. "D-dek," Panggilnya pelan. Tangannya mencekram pinggiran bangkar, berusaha menahan rasa sesak didadanya. "Ayo bangun, Abang dan kita semua kangen kalian." Lanjutnya.

"Maaf," Lirihnya. Entahlah, rasanya ia ingin sekali berbicara banyak kepada adiknya. Namun rasa sesak didadanya membuat dirinya ingin pergi menjauhi ruangan itu,

Dirinya berbalik, namun saat dirinya ingin melangkah, satu objek membuatnya menghentikan langkahnya. Dirinya berbalik dan menatap tangan sang adik perempuannya yang bergerak dengan perlahan, "D-dek," Panggilnya.

Terkejut? Sangat! Bahkan rasa tak percaya dan bahagia bercampur menjadi satu. Dirinya memencet tombol merah untuk memanggil dokter, kemudian dirinya menghampiri Fara. Memegang tangan sang adik dengan erat dan berusaha mengajak ngobrol sang adik agar adiknya bisa membuka kelopak matanya.

"Dek, ayo bangun. Buka mata kamu, lihatlah wajah tampan Abangmu." Memang pada dasarnya Saga tidak bisa serius jika sudah bersama adik perempuannya.

Bugh

Tepukan pelan dibahunya membuat ia menoleh, terlihat El sedang memandang dirinya dengan tatapan kesal. "Adiknya mau sadar itu serius, jangan bercanda mulu." Decaknya.

Saga berdecak, "Apasih bang, kan emang bener Aga ganteng." Protesnya tak terima. Saat El mau menjawab, suara Zea membuat dirinya mengurungkan niatnya. "Udah jangan berantem ini bukan saatnya, biarin dokter periksa kondisi Fara dulu." Lerainya.

Mau tak mau El dan Saga mengangguk membiarkan dokter bekerja dengan baik. Setelah beberapa menit, dokter itu memberitahukan keadaan Fara sekarang. "Alhamdulillah pasien telah sadar dari koma nya, saya sarankan pasien jangan banyak pikiran terlebih dahulu. Biarkan pasien istirahat total selama dua hari karena orang yang bangun dari koma akan mengalami daya tahan tubuh yang sangat menurun," Ujar dokter itu.

Seluruh keluarga mengangguk, "Terimakasih dok," Ucap Saga. Dokter itu mengangguk, "Sama-sama, kalau begitu saya permisi." Pamitnya.

Saat ingin melangkah, suara El membuat dokter itu mengurungkan niatnya. "Kalo Zidan dan Zio kapan sadarnya dok?," Tanyanya.

Dokter itu menghela nafas, "Seperti yang saya katakan waktu itu, saya belum bisa memprediksi kapan mereka akan sadar. Namun setelah saya periksa lagi mungkin salah satu dari mereka akan sadar dalam waktu dekat," Jawabnya.

El mengangguk, "Yaudah terimakasih dok," Jawabnya. Dokter itu mengangguk dan pamit undur diri,

Seluruh keluarga menghampiri Fara yang tengah menatap box bayi Zio dengan tatapan kosong, saat tengah fokus tiba-tiba suara El membuat fokusnya terpecah. "Dek," Panggil El.

Fara menoleh, "Gimana kondisi kamu?," Tanya El. Fara tersenyum dan mengangguk, "Fine," Jawabnya tanpa suara.

"Mereka?," Tanya Fara lirih. El tersenyum, "Mereka baik, kata dokter mereka akan bangun dalam waktu dekat." Jawabnya. Fara mengangguk,

"Kamu istirahat dulu ya, kata dokter kamu harus istirahat total." Ujar El. Fara mengangguk patuh, seluruh keluarga beranjak untuk membiarkan Fara beristirahat namun suara tangisan bayi membuat mereka terjingkat dan mengurungkan niatnya.

BIMANTARA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang