24 - Kumpul

1.4K 113 0
                                    

Masih di tempat pernikahan Darren dan Kinaya, kini di tempat yang di di tempati El, Fara dan Zidan sudah rame dengan keluarga Fara.

Arva, Fio, Zea, Celvin, Dika, El, Saga, Fari, Aarish, Aarizh, Kio, Jeff dan jangan lupakan Chaca kini tengah berkumpul dimeja yang tadi ditempati El, Fara dan Zidan.

"Gimana kabar kamu? Baby nya juga gimana hm?," tanya Arva.

"Alhamdulillah Fara sehat, baby nya juga sehat masih sering mual sih sebenernya tapi kata dokter itu wajar katanya juga baby nya aktif." jawab Fara. Arva mengangguk pelan,

"Dek? Mbak boleh pegang?," tanya Chaca kepada Fara. Fara menoleh, tersenyum dan mengangguk,

"Boleh banget dong mbak," jawab Fara.

Chaca mendekat, ia berjongkok dan mengelus perut Fara yang sedikit membuncit.

"Assalamualaikum ponakan Tante, gimana kabarnya hm? Sehat-sehat ya, jangan nakal didalam sana, jagain bunda kamu ya." ucap Chaca.

"Tante tunggu kehadiran kamu disini, kamu tau? Bukan cuma Tante yang nunggu kamu, tapi kita semua yang ada disini nungguin kamu hadir. Kamu pasti cantik ya? Eh kalo cowok pasti ganteng ya? Kan yang bikin bening-bening, pasti ini lahirnya bibit unggul. Ah jadi gak sabar kamu lahir, cepat-cepat lahir ya sayang," lanjut Chaca.

Mereka semua tersenyum terkadang terkekeh melihat ke antusias an Chaca. Selain Chaca, Fara juga cucu perempuan satu-satunya.

"Iya Tante Aca," jawab Fara dengan nada seperti anak kecil. Semua terkekeh,

El tersenyum, ia bahagia jika bisa berkumpul seperti ini. Hatinya menghangat melihat keharmonisan keluarga nya, tak khayal juga ia membayangkan sosok bunda nya disini.

"Andai bunda masih disini, pasti bunda bahagia dan mungkin pasti ini tingkat kebahagian bunda paling tinggi. Dan lihatlah bun, Fara kini tengah mengandung cucu bunda. Cucu yang bunda idam-idamkan dari dulu, bunda El kangen." batin El.

Tak terasa air mata El turun membasahi pipi nya, ia sesegera mungkin menghapus air matanya. Fara yang tak sengaja menatap El kini mengernyit heran, ia menghampiri Abang sulung nya itu.

"Abang kenapa?," tanya Fara. El kaget, namun ia berusaha untuk tersenyum.

"Jangan berikan senyum palsu itu sama Fara ya, Abang kenapa hm?," tanya Fara.

"Abang gapapa dek," jawab El sambil tersenyum.

"Abang kenapa? Jujur sama Fara," desak Fara. El menunduk, ia tak berani menatap mata adik nya.

"Abang,, Abang kangen bunda." lirih El yang masih di dengar mereka semua termasuk Fara.

Tak terasa bulir-bulir air mata menetes di pipi mereka masing-masing. Tak bisa di pungkiri, mereka juga sangat merindukan Azev seperti hal nya El.

Azev adalah sosok yang sangat berperan penting di hidup mereka, tanpa Azev kini hidup mereka seperti ada yang kurang. Azev bisa menjadi sosok adik, kakak, ayah dan bunda sekaligus, Azev adalah sosok wanita yang sangat kuat dan berjasa buat mereka.

"Andai bunda disini, pasti kita sekarang sedang melihat senyum bunda. Senyum manis yang selalu bunda tampil kan, andai aja bunda masih di beri umur pasti sekarang kita bisa melihat wajah cantik bunda dengan senyum yang merekah. Momen ini lah yang bunda impikan, bunda dari dulu ingin semua anak dan keluarganya berkumpul kaya gini. Dan,, dan yang paling bunda impikan adalah," jeda El. Ia menarik tangan Fara, ia mengelus perut Fara.

"Ini,, bunda sangat memimpikan ini. Bunda dari dulu sangat menginginkan cucu, bunda ingin sekali menggendong cucu nya. Tapi sekarang? Bahkan sebelum cucu nya hadir, bunda sudah pergi duluan." ucap El diakhiri dengan lirihan.

Mereka semua menangis mendengar penuturan El, bahkan Darren dan Kinaya yang selalu mempelai di tempat ini pun ikut menangis.

Hening

Setelah El mengucap itu, kini semua terdiam. Yang terdengar hanya lah tangis-tangis dari mereka. Fio yang menangis di pelukan Arva, Zea yang menangis di pelukan Celvin, Chaca yang menangis di pelukan Kio, Fara yang menangis di pelukan El, Jeff yang menangis dengan terdiam, Saga yang menangis dengan menutupi wajahnya dengan tangannya, Fari yang menangis di pelukan Zidan, Aarish yang menangis di pelukan Dika dan Aarizh yang menangis dengan terdiam seperti halnya Jeff.

Kini, disini tak ada satupun yang tak merasa kehilangan sosok seorang Azev. Kepergian Azev adalah luka dan kesedihan yang paling mendalam.

"Bunda," ucap Fara di tengah tangisnya.

"Abang Fara kangen bunda," ucap Fara lagi.

Dengan tangis yang masih tersisa, El mengelus kepala Fara. Ia tau bahwa disini Fara lah yang paling merasa kehilangan.

"Ssttt, jangan nangis lagi ya. Udah cukup kasian baby nya kalo kamu nangis terus, jangan nangis lagi nanti bunda gak tenang." ucap El.

"Udah ya, sekarang kita bersama-sama mendoakan bunda biar beliau tenang di sana." ucap El dengan suara serak.

"Karena disini ada yang mon maaf non muslim jadi El gak bisa memimpin doa nya. Jadi berdoa dengan kepercayaan masing-masing ya, berdoa mulai." ucap El.

Mereka semua mulai mendoakan, ditengah doa mereka. Mereka kembali menangis, mereka berfikir dulu bingkisan adalah kado terindah untuk Azev. Tapi sekarang, hanya memberikan doa saja sudah menjadi kado terindah untuk wanita kuat satu itu.

Setelah beberapa menit, doa diakhiri. Kini mereka saling memeluk satu sama lain, saling menguatkan dan saling memberi semangat satu sama lain.

"Demi bunda, kita harus semangat. Anak-anak bunda gak ada yang lemah, ayo semangat, ayo bangkit. Ayo buktikan pada bunda kalo kita bisa wujud in impian yang bunda impikan, ayo bangun dan semangat." tegas El kepada adik-adik nya.

Mereka semua memeluk El, lagi dan lagi menangis di pelukan sang Abang.

"Kita lemah kalo soal bunda bang," lirih Fari.

"Gak boleh lemah ya, ayo bangkit, ayo semangat. Bunda gak suka anak nya nangis, kata bunda anak cengeng bukan anak nya bunda. Ayo bangkit, ayo semangat, jangan nangis." balas El dengan tegas. Tak bisa di pungkiri tersirat kesedihan di manik matanya.

Setelah tenang, mereka melepas pelukannya dan perlahan bangkit dari kesedihan mereka.

"Fara boleh gak minta sesuatu?," tanya Fara dengan nada lirih, namun mereka bisa mendengar nya.

"Boleh, apa?," tanya El mewakili semua.

"Fara mau ke makam bunda, ayo kita kesana." pinta Fara.

Hening

Tak ada yang menjawab keinginan Fara.

"Gak boleh ya? Yaudah nan--"

"Boleh," potong Arva.

Fara tersenyum dan membuat mereka tersenyum. Kini mereka harus menguatkan mental demi Fara, iya benar semenjak kepergian Azev tak ada satu pun dari mereka yang berani menginjakan kaki di makam wanita itu. Mereka belum siap membuka luka yang sudah mereka obati, namun sekarang mereka harus siap melihat gundukan tanah yang merupakan makam dari sosok wanita yang paling berjasa itu.

Tak ada yang paling besar jasanya di dunia ini kecuali jasa bunda.

Adziel Baraska Alexander.

°°°

Sedih gak sih? Aku ngetik nya sambil nangis tau,

Oiya nanti aku double up ya karena biar berlanjut sedih nya hahaha.

Jangan lupa bintang nya ya 😙👍

Okee see u next part
✧⁺⸜(●˙▾˙●)⸝⁺✧.

~Gfmuuu
19 Oktober 2021

BIMANTARA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang