28 - Hampir Keguguran

1.9K 131 1
                                    

Selesai makan, kini semua keluarga tengah berkumpul di ruang keluarga. Bercanda ria, tertawa dan saling berbagi cerita.

Hari ini hari jum'at, semua anggota keluarga yang kerja di cuti kan. Biasanya cuti hari minggu namun beda dengan Arva, ia lebih memutuskan untuk cuti di hari jum'at.

"Azel lucu dek, Abang suka." ucap El. Fara tersenyum,

"Iya Azel lucu, orang nya penurut dan gak pemalu. Gemesin lagi," timpal Fari.

"Alhamdulillah kalo kalian bisa nerima dia dengan baik, Fara seneng banget punya keluarga kaya kalian. Bisa nerima baik buruk nya Fara, selalu mendukung semua keputusan Fara, selalu membahagiakan Faea dan selalu membimbing Fara ke jalan yang benar." ucap Fara.

"Azel juga belsyukul bunda, Azel belsyukul bisa jadi bagian dali kelualga bunda. Kelualga bunda baik, gak kaya kelualga Azel." balas Azel dengan cedel.

Bukan cedel, namun dirinya masih belum bisa mengucap kata R dengan sempurna.

Fara mendekati anaknya, ia memeluk dan mengelus rambut anak nya itu.

"Jangan ngomong gitu lagi, keluarga Azel sekarang kita. Sekarang hanya ada bunda, ayah, Azel, dan kita semua." ucap Fara.

"Makasih bunda," balas Azel. Fara tak menjawab, ia masih mengelus rambut anaknya,

"Sayang, besok kita beli kerudung ya?," ucap Fara.

"Azel gak suka pakai keludung bunda," jawab Azel.

"Azel sayang, mau gak mau kamu harus tetap memakai kerudung. Kerudung itu wajib hukum nya buat perempuan karena perempuan itu istimewa sehingga mahkota aja sampai di lindungi dan di tutupi, jangan sampai rambut kamu terlihat oleh laki-laki yang bukan mahram kamu. Nanti yang ada kamu dapat dosa dan masuk neraka, bukan hanya kamu tapi ayah, bunda dan kita semua akan masuk neraka karena itu. Emang kamu mau kita semua masuk neraka? Gak kan, jadi ayo tutupi mahkota mu." nasehat Fara.

"Azel gak mau masuk nelaka, Azel juga gak mau bawa kalian ke nelaka. Azel mau, mau pakai keludung bunda." balas Azel.

"Bunda punya kerudung kecil, itu punya bunda dulu. Sebentar ya," pamit Fara.

Selepasnya Fara pamit dan beranjak dari ruang itu, ia pergi ke kamar untuk mengambilkan kerudung kecil miliknya dulu.

Setelah selesai mengambil, ia kembali keruang keluarga. Namun naas, saat di tangga terakhir tubuhnya sedikit bergeser yang membuat dirinya akan jatuh, namun dengan sigap Zidan memeluk tubuh berisi istrinya itu. Dirinya mendekap erat seakan tak mau kehilangan Fara,

Fara terdiam, ia masih mencoba mencerna apa yang barusan terjadi. Dirinya shock, entah apa yang terjadi jika suaminya tidak cepat menolong dia.

Zidan melepas pelukan nya, ia menatap tajam istri kecilnya.

"Kamu itu gimana sih dek? Kenapa gak hati-hati? Kamu mikirin apa sih hah?!! Kalo jalan itu liat-liat jangan asal jalan, kalo kamu jatuh gimana? Bayi kita? Kamu sendiri? Kamu itu lagi berbadan dua, kamu membawa satu nyawa. Jangan ceroboh, inget di dalam situ ada buah hati kita, kalo kamu keguguran gimana? Kamu mau kehilangan buah hati kita hah?!!," marah Zidan.

Dirinya emosi, andai saja dirinya tidak ke dapur untuk mengambil minum entah seperti apa kondisi istrinya saat ini.

Fara menangis, ia sendiri aja shock dengan kejadian ini ditambah suaminya malah memarahi dirinya. Seluruh keluarga yang awal nya berada di ruang keluarga kini mendatangi tangga dimana ada Zidan dan Fara disitu.

Zidan kelepasan, tak seharusnya dirinya memarahi Fara seperti itu. Ia memeluk Fara erat, sangat erat.

"Jangan gitu, Fara takut." ucap Fara di tengah tangis nya.

"Maaf, maafin mas. Mas khilaf, mas takut, mas khawatir." ucap Zidan.

Fara masih menangis di pelukan istrinya, Zidan menepuk-nepuk punggung istrinya pelan.

"Ayo sini," ajak Zidan sembari melepas pelukannya.

Didudukan nya sang istri di kursi meja makan, ia menghapus air mata istrinya dengan sayang.

"Ssttt, jangan nangis nanti dede bayi nya itu sedih." ucap Zidan.

"Kenapa dek?," tanya Saga.

"Fara habis jatuh dari tangga, dia terpeleset. Untung Zidan ambil minum di dapur dan ngeliat Fara kalo gak gimana nasib dia dan bayi kita sekarang?," jawab Zidan.

"Astagfirullahalladzim,"

"Tadi Zidan kelepasan marahin dia, Zidan khawatir, Zidan takut." lanjut Zidan.

Arva mendekat dan menepuk pelan pundak Zidan.

"Kamu boleh takut, boleh khawatir. Tapi jangan bentak anak papah ya, dia itu sama seperti wanita di luar sana. Orang nya gak bisa di bentak," ucap Arva.

"Maaf pah, Zidan gak gitu lagi." balas Zidan. Arva mengangguk,

Azel mendekat, ia memeluk lutut bunda nya.

"Bunda maafin Azel, mungkin kalo bukan kalena Azel bunda gak kaya gini." ucap Azel.

Fara senyum, ia mengelus pipi anaknya.

"Ini bukan salah Azel, ini musibah sayang. Jangan menyalahkan diri sendiri ya? Lebih baik kita ambil hikmah dari musibah ini," jawab Fara.

Azel menenggelamkan wajahnya di lutut sang bunda, Fara tersenyum dan mengelus rambut anaknya.

Zidan mendekat, ia mengelus kepala sang istri.

"Maafin mas ya?," ucap Zidan. Fara menatap manik mata suaminya dan mengangguk pelan,

Zidan berjongkok menyamakan wajahnya di perut istrinya, ia mengelus perut istrinya.

"Maafin ayah ya, baik-baik disana. Ayah akan selalu jagain kamu," ucap Zidan kepada sang jabang bayi. Setelah nya ia mencium perut sang istri dengan sayang,

"Yang udah nikah mah beda," celetuk El, Fari dan Aarish.

Mereka semua terkekeh, Fara bersyukur sangat karena telah hadir di keluarga seperti ini.

"Ucapan syukur tak henti-hentinya hamba ucap untuk-Mu ya rab. Terimakasih karena Engkau sudah menghadirkan hamba di tengah-tengah keluarga seperti ini," batin Fara.

°°°

Alhamdulillah, up pagi-pagi ada yang baca gak ya?

Seperti hal nya Fara, ucapan syukur tak henti-hentinya Nunu panjatkan kepada-Nya.

Terimakasih udah mau mengsupport Nunu ❤.

Follow ig
@/eknrwhyu
@/zidan_sastra
@ghifara.bintang

Follow akun wp aku juga ya >_<

Jangan lupa vote and komen yya 😙👍

Okee see u next chapter
✧⁺⸜(●˙▾˙●)⸝⁺✧.

~Gfmuuu
21 Oktober 2021

BIMANTARA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang