56 - Panti Asuhan

1K 82 3
                                    

Setelah pernikahan Chaca dan Faizal yang berlangsung tiga hari lalu, kini Fara dan Zidan disibukkan dengan urusan masing-masing. Zidan yang sibuk ngajar -dosen- dan Fara yang sibuk dengan kerjaan sebagai psikolog nya.

Si kembar dan Azel sementara mereka tinggal di rumah Arva, kalo sudah saatnya pulang baru mereka mengambilnya. Selama enam tahun ini, banyak sekali perubahan di keluarga Fara ataupun keluarga Zidan.

Seperti Zaira yang telah menikah dengan Fahmi -santriwan di ponpes Ayah Zergan-, Zaidan dan Wilda yang telah memiliki dua anak, Saga yang telah menikah dengan Diara, Fari yang telah menikah dengan Aliya, Aarish yang masih kuliah, dan Aarizh yang telah bertuangan dengan Cila. Satu persatu dari mereka telah menempuh kehidupan yang baru dan berjalan maju ke jenjang yang jauh lebih serius dari pada berpacaran.

Kini hanya Fara dan Zidan lah yang memiliki anak banyak, entahlah mereka sangat ingin menambah anak namun Allah belum mengizinkan mereka untuk mengemban amanah dari Allah berupa janin. Harus ektra sabar,

Dan kini, kedua pasutri muda itu tengah berada di panti asuhan, Zidan sangat menginginkan melihat bayi-bayi mungil yang berada di panti asuhan tersebut. Rasa sangat ingin memiliki bayi yang tinggi membuat Fara merasa sangat bersalah kepada sang suami, karena dirinya belum bisa memberikan apa yang suaminya inginkan. Namun itu dulu, kalo sekarang mah...entahlah hanya dirinya dan Allah yang tau, tunggu aja.

"Assalamu'alaikum," Ucap Zidan sekeluarga serentak. Iya mereka pergi bersama, setiap sebulan sekali mereka mengunjungi tempat ini. Azel, Rico, dan Zio tak masalah toh juga mereka senang bisa mempunyai teman yang banyak.

"Wa'alaikumsalam Warahmatullahi Wabarokatuh," Jawab seseorang didalam sana.

Ceklek

Pintu terbuka, menampilkan wanita paruh baya berusia sekitar 47 tahun tengah tersenyum ke arah mereka.

"Eh ada Mbak Ara sama Mas Ata," Ucap Bu Tiya -Ibu pengurus panti-. Ya, di panti mereka dipanggil dengan sebutan Ara dan Ata, katanya sih biar serasi gitu. Fara dan Zidan tak mempermasalahkan, mereka justru sangat senang. "Mari Mas Mbak silahkan duduk," Suruh nya.

Fara dan Zidan masuk, oiya nama Ata di ambil dari nama tengah Zidan yaitu Sastra yang diambil Ata nya saja.

Bu Tiya berpamitan untuk membuatkan minum, Fara dan Zidan sempat menolak namun Bu Tiya memaksa mereka. Selang beberapa menit, Bu Tiya kembali dengan membawa beberapa minuman dan camilan ringan.

"Bu, bisa saya pergi jengukin bayi disini?," Tanya Zidan. Bu Tiya mengangguk, "Boleh Mas, ayo sini saya antar." Jawabnya.

Zidan dan Fara serta anak-anak mereka mengikuti langkah Bu Tiya, hingga mereka sampai ditempat dimana didalamnya terisi dua bayi mungil yang sangat amat lucu yang tengah tertidur didalam box bayi.

"MasyaAllah gemesnya," Puji Fara. Bu Tiya tersenyum, "Yang itu namanya Raisya dan yang itu namanya Reano, mereka kembar." Ucap Bu Tiya sembari menunjuk ke arah bayi yang berbedong Hijau -Reano- dan berbedong Abu-abu -Raisya-.

Fara berjalan menggendong Reano, anak itu sangat lucu dengan badan berisi, kulit lembut berwarna putih susu sedikit kemerahan, pipi gembul, mata sedikit sipit, bibir merah muda yang mungil, bulu mata lentik, alis tipis, hidung mancung, dan rambut hitam lurus. Wajahnya lebih mendominasi cewek,

Begitupun dengan Zidan, dirinya menggendong Raisya. Bayi itu juga tak kalah lucu, badan mungil namun berisi, kulit lembut berwarna putih pucat kemerahan, pipi tembem, mata sipit, bibir merah jambu yang mungil, bulu mata agak lentik, hidung mancung, dan rambut berwarna coklat tua yang lurus. Perpaduan yang pas,

Fara berjalan ke arah sofa, begitupun dengan Zidan. Azel dan Twins pun mendekat ke arah Ayah dan Bundanya. Mereka mengamati lamat-lamat wajah damai dari kedua bayi mungil itu,

BIMANTARA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang