Part 5

5.2K 405 0
                                    

Rafael membuktikan keinginannya mencoba kenal Momo lebih dekat.

Rafael mulai aktif menelfon dan mengirim pesan ke Momo. Hampir setiap hari mereka ngobrol di telpon sebelum tidur. Sudah lebih dari sebulan ini mereka intens komunikasi.

Semua kegiatan mereka,mereka ceritakan. Dari meeting Rafael,kerjaan Momo di bengkel sedang garap proyek motor Binter yang mesinnya diperbarui,sampai kelakuan sahabat-sahabatnya.

Tapi karena kerjaan Rafael,sehingga Rafael belum sempat menemui Momo. Rafael kerja dari kota lain ke kota lain. Bahkan ke beberapa negara lain.

Kadang Rafael menelfonnya saat sedang di luar kota. Atau mengirim pesan saat sedang di luar negeri.

Momo sudah terbiasa ngobrol dan bercanda dengan Rafael. Momo merasa kehilangan saat Rafael tidak menghubunginya.

Seperti malam ini Momo kembali gelisah di kamarnya. Seminggu ini Rafael tidak menghubunginya. Pesannya pun nggak di balas sejak kemarin.

Terakhir Rafael menelfonnya,Rafael sedang di Ujung Pandang.

"Apa dia baik-baik aja?" Tanya Momo dalam hati.

Baru kali ini Momo mengkhawatirkan orang lain selain papa dan para sahabatnya.

Sosok Rafael sudah menempel di hati Momo. Walau sebenarnya Momo sadar diri,seorang Rafael nggak mungkin menganggapnya lebih dari teman.

Dari cerita Rafael selama ini,Momo tau Rafael itu bos perusahaan besar. Kerjaannya bukan main-main.
Mungkin Rafael hanya suka ngobrol dengannya,untuk berbagi keluh kesah kerjaannya.

Ternyata jadi bos perusahaan besar itu berat. Uang mungkin mengalir,tapi setiap hari harus memeras otak,gak punya waktu untuk kehidupan pribadi.

Momo merasa sedikit beruntung. Memang uang yang di dapat gak sebanding dengan Rafael,tapi paling nggak Momo masih bisa menikmati waktu bersenang-senang dengan para sahabat.

Kadang ada rasa iba di hati Momo mendengar cerita Rafael yang kelelahan duduk mendengarkan rapat setiap hari. Kadang bisa sampai malam. Kadang harus ke berbagai daerah,bahkan luar negeri.

Rafael harus mengembangkan bisnis papanya seorang diri. Rafael penerus tunggal usaha keluarganya itu.

Ada ribuan kepala yang mencari makan di perusahaannya. Makanya Rafael harus bekerja keras untuk itu.

Rafael juga pernah cerita, perusahaannya hampir goyang dulu,karena salah satu keluarganya yang kerja disana menggelapkan uang perusahaan. Rafael yang membangun kembali sehingga bisa seperti sekarang.

Tapi ya itu. Ada harga yang harus di bayar. Rafael gak punya waktu. Bahkan untuk dirinya sendiri.

Itulah yang Rafael sempat ceritakan ke Momo. Dan selama ini Momo menjadi pendengar yang baik untuk Rafael.

***
Jam sudah menunjukan jam 8 malam. Papa sedang ada kerjaan ke Surabaya. Baru tadi siang berangkat.

Kiki dan Abdi baru saja pulang setelah menemaninya di rumah. Mereka nongkrong dirumah Momo karena tau Momo sendiri.

Momo duduk di depan TV sendirian. Dirinya belum juga ngantuk.
Sesekali dilihatnya Hp nya. Sudah hari ke delapan tidak ada kabar dari Rafael.

Momo memutuskan untuk kembali ke kamar.

"Udah Mo! Jangan ngarep! Siapa sih elo sampai tiap hari harus ditelpon dia? Mungkin saat ini lagi gak ada yang mau di ceritain." Batin Momo untuk menyadarkan diri.

Momo memejamkan mata. Tapi sulit mendapat kantuk.
Momo memberanikan diri menekan nomor Rafael.

Berdering. Sampai dering kelima tak juga dijawab. Momo mematikan telpnya. Hilang sudah keberaniannya.
Momo meletakkan kembali HPnya di meja samping tempat tidur.
Baru saja di taro,HP nya berdering. Rafael. Segera Momo menjawabnya.

MO n ELTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang