Part 19

3.3K 261 0
                                    

Momo mulai sedikit menerima kenyataan. Tapi beberapa hari ini Momo lebih banyak diam. Hanya fokus untuk merawat papa. Tidur pun nggak mau di hotel. Ia memilih tidur di ranjang papanya sambil memeluk papanya.

Makan pun Rafael yang mengurus. Momo sama sekali gak mau meninggalkan papanya.

Rafael dan papa nggak bisa membujuk keras kepalanya Momo. Hanya bisa mengalah untuk saat ini.

Ledekan-ledekan papa dan putrinya yang hampir seminggu sebelum Momo tau penyakit papanya memenuhi ruangan rawat papanya,kini tidak lagi terdengar. Momo hanya menanggapi dengan senyum tipis saat papanya meledeknya.

Keberadaan Rafael pun gak dihiraukan Momo. Hanya tau ada sosok lain selain dirinya dan papanya di ruangan itu. Tapi Rafael mencoba mengerti. Momo masih butuh waktu menerima dengan kepala dingin.

Papa diperbolehkan pulang. Mereka memilih langsung pulang ke Jakarta. Rafael yang mengurus kepulangan mereka.

Di ruang tunggu bandara maupun di dalam pesawat,Momo gak melepaskan papanya. Dia selalu dalam pelukan papanya. Seolah menjaga papanya dari siapapun yang hendak mengambil papanya. Terlihat Momo sangat amat takut kehilangan papanya.

Sampai di rumah mereka, Sahabat-sahabat Momo menyambut mereka.

Rafael menghubungi sahabat Momo dan menceritakan keadaan Momo saat ini.

Celetukan-celetukan para sahabat pun gak ada yang ditanggapi Momo. Momo hanya menyapa sebentar lalu mengantar papanya ke kamar.

Sementara para sahabat Momo menguatkan Rafael dengan menepuk bahu Rafael. Mereka menemani Rafael di ruang tamu,sementara Momo di kamar membantu papanya.

"Mo,papa jadi seperti orang sakit beneran kalo kamu seperti ini terus. I'm okay,Mo. Papa masih bisa ngelakuin semua sendiri." Kata Papa saat Momo hendak membantu papanya berganti pakaian.

Momo terdiam. Papa duduk disebelah Momo. Membawa Momo dalam pelukannya.

"Ini yang papa nggak mau Momo tau tentang penyakit papa. Papa masih sehat,Mo. Kamu jangan seperti ini! Kemana Momo nya papa yang kuat dan bandel? Papa senang kamu mau merawat papa,tapi tolong jangan perlakukan papa seperti orang yang sekarat."

Air mata Momo menetes mendengar ucapan papanya.

"Papa tau kamu sedih. Papa juga jadi sedih kalo kamu seperti ini. Kita hadapin sama-sama,Mo. Tapi papa gak mau kamu berubah jadi lemah. Kamu itu kekuatan papa. Kalo papa lihat kamu lemah, papa jadi ikutan lemah,mo."

"Papa mau lihat Momo yang ceria lagi. Jadi buat papa semangat untuk sembuh."

Momo menangis di dada papanya sesegukan.

"Pa,jangan tinggalin Momo! Papa harus sembuh. Momo gak punya siapa-siapa lagi,pa. Momo hanya punya papa." Erang Momo.

"Papa pun hanya punya Momo. Momo itu kekuatan papa. Papa bahagia kalo melihat Momo bahagia. Melihat Momo selalu ceria membuat papa bahagia. Papa gak suka lihat Momo kayak gini. Kayak berasa punya anak cewek beneran" kata papa menghibur diselingi candaan.

"Momo kan memang anak cewek beneran papa." Isak Momo.

"Masa? Kayaknya selama ini gak pernah tuh kamu tunjukin jadi anak cewek beneran yang suka main Boneka,masak-masakan, suka pakai gaun cantik." Ledek papa.

"Iih papa..." Sungut Momo manja.

"Tapi papa bahagia dengan kamu apa adanya. Bukan hanya papa. Orang di sekeliling kamu juga bahagia dengan apa adanya kamu. Ingat, kamu masih punya Rafael dan sahabat-sahabat yang menyayangi kamu. Papa bahagia kamu dikelilingi orang-orang baik seperti mereka. Yang sayang kamu apa adanya seperti papa menyayangi kamu."

MO n ELTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang