Bab 2
.
quaint
.
"Fatal Rega!"
Suara bentakan keras memenuhi ruangan petak kecil dengan ukuran tidak lebih dari 4×4 meter, adalah milik Yunita, guru BK di sekolah Brawijaya yang sudah mulai lelah menghadapi muridnya ini.
"Bagaimana bisa kamu bilang kalo mukulin anak orang di sekolah sampe sekarat itu bukan kesalahan fatal?!"
Sedangkan objek yang tengah di marahi hanya diam sesekali mengusap wajahnya.
'sialan, muncrat anjing.'
Yunita menghela nafas, benar-benar tidak tau lagi bagaimana caranya menghadapi siswa yang bahkan tetap santai setelah hampir menewaskan temannya disekolah dengan tangan kosong.
"Kamu pasti tau peraturan penting sekolah kita."
"Nggak tau, Bu." Rega berucap cuek, yang lagi-lagi menuai pelototan Yunita.
"Astaga Rega, kamu sekolah itu ngapain sih," kali ini Yunita bahkan sudah tidak tahan untuk tidak mengusap wajahnya hingga turun ke dada, berucap sabar berkali-kali.
"Ibu hubungi Waka Kesiswaan sama kepsek dulu, kamu diem disini."
Rega hanya mengangguk malas, masih tetap santai menguap.
Namanya Aldebaran Regatta, siswa yang namanya tertulis pertama kali di buku hitam BK dalam tahun ajaran baru pertama masuk, sejarah yang tidak akan dilupakan oleh 3 angkatan ketika siswa baru, yang bahkan masih mengenakan seragam SMP acak-acakan itu memukuli salah satu OSIS yang bertugas sebagai jalannya acara pengenalan lingkungan sekolah.
Peraturan terpenting sekolah Brawijaya adalah dilarang melakukan kekerasan ketika tengah mengenakan almamater sekolah, baik itu dalam sekolah maupun di luar sekolah, jika kedapatan melakukan kekerasan maka akan langsung di keluarkan saat itu juga dengan tanpa hormat, karena posisinya Rega yang waktu itu bahkan belum resmi secara sah masuk ke dalam bagian SMA Brawijaya, juga yang belum mengenakan almamater, maka tentu saja dengan mudah berkelit, mengatakan bahwa dia bahkan belum resmi menjadi siswa sekolah ini, jadi peraturan tidak berlaku untuknya.
Dan benar saja, Regatta hanya mendapat surat peringatan pertama dari sekolah.
Satu tahun hanya membuat keributan yang tidak dengan melibatkan kelihaiannya dalam adu jotos membuat guru-guru lega meskipun tetap kesal lantaran pekerjaan Rega yang jika tidak tidur maka bolos, atau menjahili murid lain.
Lalu ketika bulan ke empat dalam tahun ajaran baru ke dua nya Rega, entah apa yang bisa membuatnya semarah itu karena dia memukuli seorang siswa, bahkan sampai babak belur dan jatuh pingsan, jika saja guru tidak memisahkan, maka entah apa yang akan terjadi dengan hidup siswa mengenaskan tadi.
"Dengan berat hati, saya dan waka kesiswaan memutuskan untuk mengeluarkan kamu dari sekolah ini Rega."
Kalimat yang diucapkan oleh kepala sekolah itu hanya ditanggapi dengan anggukan malas dari Regatta.
Kepala sekolah kemudian mengulurkan sebuah surat, ditaruh di meja dihadapan Rega.
"Berikan surat ini ke orang tua mu."
Sebenarnya pihak sekolah ingin memanggil orang tua Rega secara langsung tetapi, entah siapa sebenarnya orang tua Rega karena setiap pengambilan raport atau memenuhi panggilan surat peringatan pasti dihadiri oleh orang yang berbeda, membuat pihak sekolah yakin bahwa itu bukan orang tua Rega.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kalopsia
Teen FictionDeluna tidak mengerti arti sempurna, tetapi dunia memaksanya untuk menjadi yang paling sempurna. Angelia juga tidak pernah mengerti makna keluarga. Bagaimana dia bisa mengerti jika frasa keluarga bahkan menyakitinya? Lalu ada Aldebaran Regatta, fras...