18

649 138 24
                                    

Bab 18
.

rooftop

.

Sudah empat hari terlewati, empat hari sejak Angelia menyaksikan Deluna yang menangis seraya berbicara sepihak dengan ibunya, empat hari sejak Deluna menyaksikan Angelia yang tersiksa.

Empat hari terlewati begitu saja, dan besok adalah waktu lomba dilaksanakan, lalu besoknya...

Deluna menghela nafas, mencoret kertas dengan pena yang dia tekan kuat, Ayahnya sampai sekarang belum pulang lagi, entah dimana Braja berada sekarang.

Saat ini dia tengah mengerjakan soal fisika, sialnya membahas tentang sistem tata surya, membuatnya seketika teringat Rega.

Deluna suka tata surya, suka ketika dia memandang bintang lewat mikroskop yang berada di balkon kamarnya, satu yang paling Deluna sukai, aldebaran, bintang paling terang dalam rasi taurus, salah satu bintang paling terang di langit, bahkan sebelum dia bertemu dengan Aldebaran berwujud manusia.

Gambaran hidup seperti Rega itu.. adalah gambaran hidup yang ingin Deluna miliki, dimana dia mempunyai ibu yang menyayanginya sepenuh hati, ayah yang berhati hangat juga Kakak perempuan yang juga menyayangi.

Membayangkan hidup menjadi Rega, rasanya sangat sempurna, Rega seolah sudah bercahaya bahkan tanpa usaha sekalipun, frasa Aldebaran yang melekat di awal namanya seolah benar-benar mengeluarkan cahayanya membuat orang-orang tertarik, ingin dekat dengannya meskipun tabiat Rega yang katanya cuek bebek.

Saat tengah melamun dengan mata yang tanpa sengaja menatap lampu belajar, membuatnya seketika berkunang-kunang, ponselnya berdenting, menandakan ada pesan masuk.

Reganteng

Lun

Deluna mengernyit kemudian mendelik kecil, dia tidak tau jika Rega bisa senarsis itu sehingga menamai kontaknya sendiri dengan menyelipkan kata ganteng.

Apa?

Deluna sudah melupakan buku tebal yang terbuka itu sekarang, fokusnya beralih ke ponsel, menunggu balasan dari Rega.

Reganteng

Ini baru jam 7

Deluna lagi-lagi mengernyit, memangnya kenapa jika jam 7?

Dia mengetuk bolpoin yang masih berada di genggaman, menunggu waktu dua menit agar terlewati.

terus?

Tetapi dia tidak sadar sudah mengirimkan pesan itu bahkan belum sampai satu menit.

Dia memandang ponsel, centang dua abu-abu, sudah lewat dua menit, tetapi belum mendapat balasan, sial.

Oke Deluna, pokoknya kalo dia bales, lo jangan langsung bales, tunggu lima menit biar dia nungguin juga, begitu kira-kira yang sedang Deluna tanamkan dalam pikirannya.

Deluna kemudian duduk tegak dengan cepat, matanya sedikit melebar, apa ini, mengapa dia jadi seperti ini, sumpah, sebelumnya Deluna belum pernah menunggu pesan seseorang sampai meninggalkan belajarnya.

KalopsiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang