26

548 100 32
                                    

Bab 26
.

dispiteous

.

Sekembalinya Angelia dari ruangan Xera, dia menghampiri Radit yang tengah menyiapkan mocktail disana.

Angelia berdiri di depan Radit, tersekat meja yang membuat jarak diantaranya, dia menumpukan sikunya pada meja. "Dit, anterin gue pulang yuk."

Radit yang tengah menatap fokus racikannya sedikit melirik. "Gue belum abis shift- nya."

"Sisa lima menit lagi kok."

"Tetep aja belum abis."

"Okee, gue tungguin."

Tawa terdengar dari sang laki-laki, kali ini dia menoleh sepenuhnya, lantas ikut menunduk untuk menumpukan kedua siku di meja. "Apakah Tuan Putri bersedia menunggu Tukang Ojek Gratisan ini sebentar?"

Angelia tertawa kecil, menepuk kening Radit yang hanya berjarak beberapa senti dari wajahnya.

Lima menit yang tidak terasa itu menghantarkan Angelia dan Radit pada kedai kopi di pinggir jalan. Kopi kemasan yang mereka minum di taman seolah tidak ingat jam berapa sekarang.

"Jadi lo bener mau keluar?" Suara pertama terdengar dari Radit, dirinya sedari tadi tidak tenang, takut jika gadis yang duduk disampingnya ini benar-benar akan pergi meninggalkannya.

Angelia menggeleng pelan. "Enggak. Tadi gue cuman ngomong beberapa hal aja sama beliau."

Karena Angelia belum siap bercerita yang sesungguhnya.

"Tapi tadi mata lo sembab."

Tetapi Raditya Danuarta tidak butuh Angelia untuk tidak siap, dia mengamati dengan baik bagaimana emosi yang melingkupi Angelia, didukung dengan fisik yang menunjukkan buktinya.

"Enggak, tadi kita ngobrolin hal sedih." Dia tertawa kecil, bagaimana bisa dia berkata seperti itu padahal aslinya hal yang terjadi justru sebaliknya.

Radit diam sesaat, tidak akan memaksa Angelia untuk bercerita karena itu bukan haknya.

Lalu hening, dengan tatapan Radit yang memandang lurus kedepan, seperti menimang sesuatu, juga dengan Angelia yang menunduk memperhatikan kepul yang keluar dari dalam gelas kertas, berperang dengan isi kepala.

"Gue.."

"Gue.."

Keduanya bertatapan canggung, suara keduanya yang berbarengan tadi menciptakan atmosfer tidak mengenakan disekitar mereka. Angelia merasa tidak nyaman dengan ini, dengan perasaan canggung yang menyelimuti seolah keduanya adalah dua orang asing yang baru bertemu beberapa hari.

"Lo duluan."

"Lo duluan."

Lagi-lagi suara berbarengan itu terucap, Angelia menunduk, tetapi sedikit melirik kecil ke arah Radit yang tengah mengusap tengkuknya. Lantas keduanya berpandangan, ada tawa kecil yang keluar disana.

"Apaansih, kita aneh banget." Angelia mencebik, meski senyumannya masih beradu dengan lelaki disampingnya.

"Elo sihh."

"Kok gue?"

Radit menghela nafas, tidak akan selesai jika dia mengurusi perkara ini, akhirnya dia mengangguk. "Oke gue. Jadi apa yang mau lo omongin Tuan Putri?"

Angelia terkekeh, kemudian menggeleng. "Lo dulu."

Radit nyengir. "Ladies first."

Suasana kembali berubah, Angelia kembali menunduk, menatap ujung sepatunya yang saling beradu. "Gue.. mau nanya boleh?"

KalopsiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang