Bab 20
.
distressing
.
16 jam berlalu, 16 jam sejak Deluna dan Angelia memenangkan lomba, 16 jam sejak semua masih baik-baik saja.
Sekarang jam 7 malam, dan Deluna tengah berada di rumah sakit dengan dirinya yang tengah memohon pada Braja juga dokter Agra seraya menangis.
"Dok, aku mohon, Dok, jangan sekarang, hiks," tangan Deluna menggenggam lengan Agra dengan erat.
Braja disebelahnya memegang bahu Deluna, "Deluna kamu jangan kaya gini."
Deluna menyentak tangan Braja kasar, "jangan kaya gini gimana maksud Papa?!"
"Deluna kamu tenang—”
"Nggak!" Deluna sekarang menyentak tangan Agra, seolah tadi tidak pernah memohon kepadanya.
"Kalian mau ambil Mama aku, dan kalian nyuruh aku tenang?!" Deluna memandang kedua orang itu dengan bengis, air matanya masih tersisa di pipi.
Kemudian tatapannya terpusat ke arah Braja, "Papa tau nggak si," dia berkata dengan sedih, "selama Papa nggak di rumah, selama Papa pergi ninggalin Luna itu, Luna nggak baik-baik aja."
Deluna berkata dengan sendu, membuat perasaan bersalah menyeruak dalam dada Braja.
Deluna terkekeh miris, "tapi pasti Papa nggak tau kan? Papa kan sibuk diluar."
Kemudian Deluna memandang ke arah Agra, "Dokter yang paling tau gimana aku nggak bisa kehilangan Mama, jadi.. jangan ambil Mama ya, Dok?"
Agra tetap diam, tidak tau harus menjawab apa.
Lalu air mata Deluna kembali luruh, "nanti, nanti kalo Mama kalian ambil—"
Suaranya tercekat, tetapi dia memaksa untuk melanjutkan.
"—aku jadi nggak punya siapa-siapa lagi."
Setetes air mata turun dari mata Braja, yang langsung disekanya, dia tidak menyangka, putrinya itu akan sedemikian terluka akan sikapnya.
Braja maju kearah Deluna, mengusap bahu Deluna pelan kemudian membawanya kepelukannya, "masih ada Papa, kamu masih punya Papa." Dia berkata dengan lirih.
Deluna menggeleng lirih, membalas pelukan Braja karena nyatanya dia juga merindukan dekap hangat dari Ayahnya ini, "enggak, Pa, Deluna udah kehilangan Papa dari lima tahun lalu."
Braja ikut menggelengkan kepalanya, seraya berbisik mengucapkan kata maaf berulang kali di telinga Deluna.
Kemudian Deluna melepaskan pelukannya dari Braja, memandang Agra sarat permohonan yang nyata, "Dokter, Deluna mohon, apapun boleh asal jangan ambil Mama, Dok."
Agra mengalihkan tatapannya, tidak sanggup menatap mata dengan binar terluka yang sangat kentara itu.
"Dokter, Deluna bakal kasih semua harta yang Deluna punya, tapi tolong jangan bikin Mama pergi.."
KAMU SEDANG MEMBACA
Kalopsia
Novela JuvenilDeluna tidak mengerti arti sempurna, tetapi dunia memaksanya untuk menjadi yang paling sempurna. Angelia juga tidak pernah mengerti makna keluarga. Bagaimana dia bisa mengerti jika frasa keluarga bahkan menyakitinya? Lalu ada Aldebaran Regatta, fras...