Bab 9
.
opinion
.
'Eh lo disuruh main ke rumah.'
No.
'Eh Bunda gue pengen ketemu sama lo.'
No.
'Eh main ke rumah gue yuk, Bunda gue pengen ngobrol sama lo.'
Big no, apaan si lo, Ga, sok asik banget.
Pemikiran-pemikiran konyol itu tercipta saat Rega tengah mengendarai motornya, bingung dengan ajakan yang akan dia lontarkan karena sejujurnya dia belum pernah membawa teman main ke rumah apalagi seorang perempuan.
Rega memutar-mutar kunci motornya, masih setia dengan pemikiran bagaimana cara mengajak Deluna mau ke rumahnya tanpa membuat dia merasa malu, sebelum kemudian tubuhnya bertubrukan dengan seseorang yang Rega tidak kenal di belokan koridor.
"Eh maaf, maaf, gue nggak sengaja," ucap gadis itu cepat, dia menatap cemas ke arah Rega, lalu setelahnya tertegun.
Sial.
"Lo...?"
"Gue permisi ya, maaf sekali lagi." Angelia berkata cepat, menghindari ucapan si Penemu dompetnya kala itu.
"Aneh banget tu cewek," Rega bergumam pelan, kemudian seolah tersadar, "eh dia bukannya..."
Matanya melirik ke atas, berpikir hal yang tidak penting karena dia butuh berpikir saat ini untuk mengenyahkan bayangan cara-mengajak-Deluna-kerumahnya, tetapi memang sial karena yang terbayang dalam kepalanya justru mimik muka Deluna yang terlihat mengangkat alis.
"Duh pusing banget," Rega mengacak-acak rambutnya, terlampau frustasi karena tidak menemukan jawabannya sampai dia tidak memperhatikan jalan, membuat lagi-lagi tubuhnya bertubrukan.
"Aduhh kalo jalan hati-hati dong," si korban berkata kesal.
Sepersekian detik setelah mendengar suaranya, Rega langsung tertegun, tertegun melihat orang yang tengah dipikirkannya malah muncul didepannya dengan tanpa aba-aba.
Rega meringis sebentar, "maaf."
Deluna bersungut, lalu setelahnya menarik nafas perlahan, memasang mimik muka kalem seperti biasa.
"Lain kali ati-ati." lalu tanpa menunggu jawaban, si gadis berbalik, meninggalkan Rega disana.
"Deluna," tetapi sebelum empat langkah lebih jauh, Rega memangil, memaksa Deluna menghentikan langkah dan kembali berbalik.
Rega melangkah menghampiri Deluna, "bisa ngomong bentar?"
Membuat Deluna mengernyit, "yaudah."
"Kak Vina minta ketemu sama lo," kemudian Rega mengedikan dagu, sebagai isyarat untuk mengobrol seraya berjalan menuju kelas.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kalopsia
Teen FictionDeluna tidak mengerti arti sempurna, tetapi dunia memaksanya untuk menjadi yang paling sempurna. Angelia juga tidak pernah mengerti makna keluarga. Bagaimana dia bisa mengerti jika frasa keluarga bahkan menyakitinya? Lalu ada Aldebaran Regatta, fras...