29

533 99 35
                                    

Bab 29
.

inmarcesible

.


Beberapa detik setelah pasangan yang menguras tenaga Angelia lewat pertanyaan-pertanyaan kritis itu pergi, Angelia menarik nafas, seolah benar-benar melepaskan tegang yang menderanya. Beruntung sebab meskipun dirinya tau Deluna dan Rega tidak percaya begitu saja, setidaknya mereka tidak membuatnya bercerita. Atau semuanya akan hancur saat itu juga.

Angelia memejamkan mata, belum berniat membereskan gelas bekas tamunya ketika dia mendengar bel apartemen berbunyi. Dalam hati harap-harap cemas, semoga bukan orang yang baru menginjakan kaki disini.

"Haii."

Wajah konyol seorang lelaki adalah hal pertama yang Angelia lihat. Dia tampak rapi, dengan hoodie abu yang dilapisi jaket jeans.

"Radit? Ngapain?"

"Disuruh masuk dulu kek."

Angelia mendelik kecil, tetapi tetap mempersilahkan Radit untuk masuk.

"Abis ada tamu ya?"

"Hooh. Deluna sama Rega."

Radit menoleh cepat. "Ngapain?"

Tangan Angelia bekerja merapikan gelas, meletakkannya di nampan. "Tadi mereka nganter gue pulang, terus yaudah gue suruh mampir aja."

"Tapi.. mereka nggak tau kan?"

Kepala Angelia berputar, dirinya kembali mengingat kejadian empat hari lalu. Angelia menggeleng pelan. "Enggak."

Radit menghela nafas lega, dia sudah diceritakan perihal kejadian dimana Maria hendak menghabisinya.

Raditya tau semua. Minus tentang siapa Angelia yang ternyata anak dari Xera, atasan mereka. Angelia tidak ingin, atau belum ingin bercerita, sebab dia tidak ingin membuat hubungannya dengan Radit menjadi canggung karena Radit yang tau kalo dia ternyata anak bos di tempatnya bekerja.

Malam itu, ketika dirinya memutuskan untuk melompat, Angelia tidak tau jika ternyata Raditya Danuarta ada dibawahnya, melihatnya dari ketika dirinya mulai merapatkan diri pada jendela yang masih terbuka.

Dalam udara, Angelia berharap, semoga dirinya tetap selamat dengan apa saja yang tersisa. Persis sebelum tubuhnya menyentuh tanah, dia merasa, ditangkap, lantas jatuh terguling hingga menabrak gerobak bekas yang entah milik siapa.

"Aduhh."

Dalam bayangan ketika di udara, Angelia bahkan tidak berani melintaskan bayangan jika dirinya akan dapat mengaduh dengan tubuh yang hanya baret-baret.

Sepersekian detik setelah mengumpulkan kesadaran yang seharusnya masih penuh, Angelia buru-buru bangkit dari tubuh yang saat ini juga tengah mengaduh.

"Radit?"

Angelia belum sepenuhnya beranjak dari pelukan Radit ketika dia bertanya dengan nada paling heran.

"Aduhh, bangun dulu, Ngel. Sakit ini."

Angelia bangkit, duduk di sebelah Radit yang kemudian menyusul duduk. Radit mengusap punggung juga bahunya, terasa sangat sakit juga ngilu karena terhantam gerobak kayu hingga membuat gerobak itu hancur sebelah.

Tetapi Angelia seolah lupa rasa sakit yang ada ditubuhnya, meski punggungnya juga sakit lantaran sempat tertimpa tubuh Radit ketika mereka terguling sekali. Dia menatap Radit, separuh khawatir, separuh berterimakasih, lebih banyaknya penasaran.

KalopsiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang