Bab 27
.sempurna
.
"Anin nggak berangkat, Nat- eh lo sakit ya?"
Deluna yang baru tiba di kelas dengan Rega bertanya heran ke arah Natha yang mengenakan jaket, juga tidak menemukan Anin yang biasanya sudah tiba dengan buku terbuka di meja, tetapi orangnya menghadap belakang, bercengkrama dengan Natha.
Natha mengangguk. "Kepala gue pusinggg."
"Mau ke UKS aja?"
Natha menggeleng, kepalanya telungkup di meja. "Enggak ah, nanti gue ketinggalan pelajaran."
Deluna menghela nafas, tidak memaksa. "Lo udah minum obat tapi?"
Natha mengangguk lemas, tidak menjawab.
"Anin kenapa nggak berangkat?"
Natha mengangkat kedua bahu, sudah terlalu lemas untuk bersuara tetapi dia tetap kekeuh ingin mengikuti pelajaran.
Beberapa saat kemudian, Bu Jola memasuki ruang kelas. Seperti biasa, pembukaan setelah berdoa selalu mengumpulkan buku tugas.
"Sini gue bawain buku lo."
Deluna khawatir, jika saja Natha tidak bisa untuk menahan beban tubuhnya sendiri lalu dia ambruk begitu saja.
Jola yang melihat dari depan, kedua muridnya yang masih di belakang lantas berseru. "Kenapa, Deluna?"
Deluna menoleh ke arah Jola berada, seketika mata-mata dalam kelas memandang dirinya yang tengah berdiri di samping meja Natha yang tengah telungkup. "Natha sakit, Bu."
Natha mengangkat kepalanya, berbisik lirih. "Kok lo ngomong si."
Murid-murid sudah duduk di tempat masing-masing, tinggal Deluna yang tetap berdiri di samping meja Natha.
"Kalo sakit silahkan ke UKS."
Natha menggeleng, meski gelengan nya tampak lemas, juga suaranya tampak lemah, dia tetap ingin mengikuti pelajaran. "Saya disini aja, Bu."
"Kalo kamu nggak ke UKS malah saya alfa. Satu..."
Natha menimang dalam hati, tetapi ketika mendengar angka dua yang terucap dari Jola dia lantas bangkit. Natha memejamkan mata, beban dunia seolah di tumpukan pada kepalanya, membuatnya terhuyung, menabrak tubuh Deluna.
"Nath!"
Natha menggeleng-gelengkan kepalanya, menunduk. "Gue nggak papa."
"Apanya sih yang nggak papa?!" Nada sebal sarat khawatir itu terdengar dengan jelas dari seruan Deluna, tidak peduli keduanya jadi sorotan di kelas, lagipula, dimana hati nurani teman sekelasnya sehingga tidak mau membantu mereka berdua?!
Lantas dia menaruh sebelah tangan Natha di pundaknya, menuntun, dan Natha pasrah, tubuhnya terlampau lemas, bebannya seolah di letakan dalam kepala semua.
Dua langkah berjalan, tubuh Natha terasa memberat dalam rangkulan Deluna, membuat Deluna tidak bisa menahan beratnya, keduanya ambruk, dengan tubuh Natha yang sebagian menimpa Deluna.
"Rega!" Deluna refleks berteriak, mengalahkan seruan-seruan teman kelasnya yang ramai. Jola dan Rega mendekat secara bersamaan, Jola membantu Deluna berdiri, dan Rega membantu mengangkat Natha.
"Bawa ke UKS, Rega."
"Saya ikut."
Tidak perlu disuruh dua kali, dan Deluna juga tidak perlu berseru dua kali, mereka sudah pergi ke UKS, Deluna dalam hati harap-harap cemas, tubuh Natha yang terasa panas jelas tidak baik-baik saja.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kalopsia
Teen FictionDeluna tidak mengerti arti sempurna, tetapi dunia memaksanya untuk menjadi yang paling sempurna. Angelia juga tidak pernah mengerti makna keluarga. Bagaimana dia bisa mengerti jika frasa keluarga bahkan menyakitinya? Lalu ada Aldebaran Regatta, fras...