Bab 14
.
a hug
.
"Itu kan mobil Papa?" Deluna yang hendak mengenakan sabuk pengaman terhenti, dia menoleh ke arah Rega, mengernyitkan kening ketika melihat Rega yang terlihat sangat tegang.
"Lo kenapa?" kemudian dia menoleh ke arah Angelia-yang buru-buru membuka tas, sok sibuk.
"Gue turun dulu deh, mau nemuin Papa," Deluna hendak membuka seatbelt, dan entah kenapa semua itu terasa seperti slow motion bagi Rega dan Angelia, menambah kesan menegangkan yang merebak dalam udara.
Deluna mulai membuka pintu, menapakan kakinya satu persatu, tetapi sebelum sepatu nya yang sebelah kanan menapak, dia kembali masuk, kembali membuat Rega terhimpit oleh perasaan cemas yang bercampur dengan bingung.
"Nggak jadi deh, mungkin Papa lagi sibuk sama kerjaannya."
Kerjaannya.
Rega menghembuskan nafas lega secara perlahan, melirik kecil ke arah Angelia yang melakukan hal serupa, Rega mengangguk, langsung tancap gas meninggalkan parkiran kafe secara cepat.
"Bokap lo sering kerja diluar, Lun?"
Deluna menoleh, sedikit memutar tubuhnya untuk melihat Angelia yang bertanya, "hm? Iya, sering," banget.
"Ngapain sih, kenapa kerjanya nggak di kantor aja," Angelia mencebik, merasa repot untuk sesuatu yang bukan menjadi urusannya.
"Kan biasanya ada meeting-meeting gitu, kenapa sih?"
Rega yang tengah menyetir sedikit merasa ketar-ketir sebenarnya, takut cewek di belakangnya itu akan keceplosan.
"Nggak papa sih," Angelia menggumam, "Lo pernah ketemu sama Papa lo diluar rumah?"
Deluna menggeleng, "enggak."
Angelia mengernyit sedikit, "kok? Katanya sering kerja diluar?"
"Ya gimana, berangkat sekolah jam setengah 7, pulang jam setengah 4, abis itu gue les sampe jam 6, pulang, istirahat. Mana ada kesempatan buat ketemu Papa yang mungkin meeting di kafe kaya tadi?"
"Kok lo hari ini nggak les?" Rega menyambar percakapan, ikut bergabung dalam percakapan.
"Soalnya gue udah bilang lomba nya ada partner gitu, awalnya sih disuruh les bareng sekalian cuman kalo gitu nggak bisa bebas, gue kan juga sesekali pengen belajar di suasana yang baru."
Angelia mengernyit bingung, "Emang lo belum pernah belajar di kafe kaya tadi?"
Deluna menggeleng, "tadi yang pertama."
Angelia hendak membuka mulut, kembali menimpali, entah mengapa dia sedikit penasaran dengan kehidupan Deluna yang sebenarnya, tetapi sebelum itu terjadi, dering ponsel milik Deluna berbunyi, yang seketika membuat mobil menjadi senyap.
Deluna mengernyit, tertera nama Agra disana.
"Halo,"
"Halo, Luna, kamu bisa ke rumah sakit sekarang?"
Deluna diam sejenak kala perasaan cemas merebak di tubuhnya, "Bisa, kenapa emang, Dok?"
"Nanti saya beritahu, kamu cepat kesini ya."

KAMU SEDANG MEMBACA
Kalopsia
Teen FictionDeluna tidak mengerti arti sempurna, tetapi dunia memaksanya untuk menjadi yang paling sempurna. Angelia juga tidak pernah mengerti makna keluarga. Bagaimana dia bisa mengerti jika frasa keluarga bahkan menyakitinya? Lalu ada Aldebaran Regatta, fras...