Bab 41
.destroyed
.
Empat hari berlalu, setelah semua yang sudah terjadi, dan selama itu Deluna belum bisa benar-benar sembuh dari lukanya. Tiga hari terakhir dirinya terserang demam tinggi, baru reda setelah tadi pagi. Sabtu pagi, hari libur di akhir pekan. Gadis itu menuruni tangga, sarapan bersama setelah sekian lama. Masih ada Braja dan Ily di sana.
"Kamu sudah sehat, Luna?" Tangan Braja mengusap kepala Deluna, bertanya lembut.
Deluna menanggapi dengan menganggukkan kepalanya. Rasanya benar-benar aneh, karena ternyata menatap sudut setiap dinding rumahnya membuatnya mengingat semua luka yang saat ini belum menemukan peredanya.
"Pa.." Gadis itu memanggil pelan. Sarapan sudah dimulai sejak Deluna mendudukkan dirinya pada kursi di sana.
Braja menoleh, mengangkat kedua alisnya.
Deluna terdiam beberapa saat, ragu. "Deluna..." Dia menelan ludahnya. ".. enggak betah di sini."
Hening. Bahkan suara perpaduan antara sendok dan piring saja tiba-tiba lenyap dari sana.
Braja terdiam, untuk beberapa saat dia mencoba menelaah. Dan dia tau jika mungkin Deluna memang benar-benar tidak siap untuk baik-baik saja ketika semuanya masih melingkupinya.
"Kamu.. mau pindah?"
"Boleh?"
Sekali itu Braja mengangguk. Dia sudah memutuskan untuk menyerahkan semuanya yang menurut anaknya baik untuk dirinya sendiri, karena ternyata kekerasannya selama ini hanya menghantarkan dia pada hilangnya kepercayaan anaknya.
"Kamu maunya kemana?"
Mata Deluna menerawang. "Yang jauh. Yang dimana aku nggak nemuin orang yang benar-benar aku kenal."
Karena Deluna ingin benar-benar memulainya dari awal.
"Luar negeri?"
"Apa mau ikut aku?" Ily menyambar, dan semoga Deluna menyetujuinya.
Tetapi ternyata harapan Ily patah karena Deluna tampak menggeleng.
"Deluna pengen New York." Suaranya terdengar lugas, dan Deluna memantapkan diri untuk itu.
Braja menatap ragu padanya. "Kamu yakin? Nggak mau nyelesain SMA di sini dulu?"
Dengan mantap satu-satunya gadis di sana mengangguk.
Braja menghela nafas, apapun keputusan yang Deluna pilih, dia tau Deluna sudah mempertimbangkan semuanya dengan amat sangat baik. Untuk itu dia mengangguk, karena meski berat, dia tidak bisa untuk menolak.
"Nanti Papa hubungi Paman Sam di sana. Kamu tinggal di sana ya? Biar Papa tenang."
Paman Sam. Nama aslinya Samuel, Kakak dari Mentari. Deluna cukup akrab dengan keluarga itu, istrinya bernama Fiera, dan saat ini mempunyai anak berumur 19 tahun, seumuran dengan Ily.
Deluna mengiyakan, karena tentu saja bisa-bisa Ily dan Braja merubah pikirannya karena dirinya menolak tinggal bersama mereka. Tidak apa-apa jika keinginannya untuk tinggal di lingkungan yang benar-benar asing baginya tidak tercapai, karena setidaknya, dia tau jika keluarga Paman Sam tidak akan melukainya.
"Kamu mau pindah kapan?"
Deluna mengambil air putih, menenggaknya. "Secepatnya. Kalo bisa besok."
"Yaudah, nanti Papa urus, sekalian sama kepindahan kamu."
KAMU SEDANG MEMBACA
Kalopsia
Teen FictionDeluna tidak mengerti arti sempurna, tetapi dunia memaksanya untuk menjadi yang paling sempurna. Angelia juga tidak pernah mengerti makna keluarga. Bagaimana dia bisa mengerti jika frasa keluarga bahkan menyakitinya? Lalu ada Aldebaran Regatta, fras...