25

532 109 23
                                    

Bab 25
.

Sukha

.

Rega tengah menembus dinginnya malam saat ini, setelah pulang dari sparing basket yang dilanjutkan dengan nongkrong bersama teman-temannya.

Diperjalanan tidak sengaja matanya menangkap seorang perempuan yang berdiri di halte melambai kearahnya, dalam hati dia bergidik ngeri, tetapi setelah melihat siapa sosok itu, dia melajukan motornya ke arahnya.

Rega bahkan belum sempat untuk memutar kunci motor, atau sekedar menstandarnya, ketika tiba-tiba tubuh cewek itu menubruknya, dia tampak menangis, tetapi mau sedang dalam keadaan apapun itu, tetap tidak sopan rasanya untuk memeluk orang sembarangan saja.

Rega memegang pundak cewek tersebut, hendak melepaskannya karena sesuatu dalam hatinya terasa ada yang mengganjal.

"Bentar, Ga, gue butuh elo." Cewek itu masih menangis, sesenggukan, tetapi Rega tidak bisa bertahan barang semenit saja.

"Lo apa-apaan sih." Sentak Rega, pelukannya terlepas dengan paksa.

Yang paling menarik setelah Rega meneliti penampilan gadis itu adalah, rambutnya yang acak-acakan, lengannya yang penuh lebam, dan juga pipinya yang merah bekas tamparan. Tanpa sadar sisi kemanusiaan Rega bekerja, jengkel yang tadi dirasakannya padam oleh sumbu-sumbu kepedulian yang menyala.

Gadis itu menunduk, menutup mukanya sendiri lantas kembali menangis keras. Rega menghela nafas, turun dari motornya lalu menuntun pundak gadis itu menuju kursi yang ada di halte.

Rega sebenarnya hendak tidak peduli, tetapi gadis ini selain orang yang pernah dia tolong kala itu, selain dia teman sekelasnya, dia juga merupakan salah satu teman Deluna, dan Deluna tidak akan senang jika temannya dalam keadaan tidak baik-baik saja, sudah jadi tabiatnya menjadi orang yang berpura-pura tidak peduli padahal aslinya yang paling keras memaksakan diri untuk memprioritaskan orang lain.

"Ma-maaf, gu-gue nggak tau lagi mesti gimana," gadis itu mulai membuka percakapan dengan sesenggukan.

Rega menghela nafas. "Lo kalo butuh bantuan tinggal bilang, tapi nggak seharusnya lo meluk-meluk orang lain gitu aja."

Si gadis kembali menunduk, dia mengusap pelan air matanya supaya tangannya tidak mengenai bekas tamparan di wajah. "Maaf."

Dan karena demi rasa kemanusiaan, Rega akhirnya berdiri, mengambil obat merah serta kapas yang senantiasa ada di jok motornya. Dia menyerahkan kedua benda itu.

"Obatin luka lo."

Gadis itu menerima, mulai mengobati luka-lukanya. Ketika dia selesai mengobati luka di lengannya, dia meraba wajahnya, untuk menemukan luka yang sekiranya masih terasa.

Rega yang melihat jika gadis itu kesulitan pun mengambil kapasnya, lantas mengobati dengan pelan ujung bibir yang sedikit membiru karena tamparan itu.

"Makasih.."

Lantas diam, gadis itu menatap kosong ke depan, lagi-lagi setetes air mata jatuh ke pipinya.

"Mama gue.. dia bawa orang lain kerumah," gadis itu mulai bercerita dengan sesenggukan, entah apa yang mendorong dirinya hingga berani-beraninya menceritakan rahasia pada orang yang baru beberapa bulan dia ketahui namanya. "Dia bilang orang itu bakal jadi Ayah baru buat gue."

Rega tersentak dalam diamnya.

"Tapi gue nggak setuju.. gue bilang sama Mama, gue nggak mau punya Ayah baru, gue nggak bisa anggap orang yang bukan siapa-siapa, tiba-tiba jadi bagian keluarga."

KalopsiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang