Bab 24
.hang out
.
"Lo kaya makin deket aja sama Rega, Lun?"Ditengah hiruk pikuk kantin, Anin bertanya seraya menyeruput jus jeruknya, Deluna tersenyum tipis menanggapi.
Natha meletakkan hp nya ikut masuk ke dalam percakapan. "Iya kayaknya, berangkat bareng teruss."
"Bukannya gue berangkat bareng udah dari lama ya?"
Natha menggeleng, "ihh tapi sekarang tuh aura nya kaya beda gitu, tambah cerah." Natha tertawa kecil, merasa konyol.
Perkataan Natha di amini oleh Anin, dia mengangguk-angguk, "bener."
Deluna terkekeh, tetapi tidak menjawab lebih.
"Oh iya, masa ya kemarin gue kan abis belanja sama Mama, terus ada anak naik motor ugal-ugalan, dimarahin sama Mama, eh kabur."
Topik sudah melompat ke hal lain, menceritakan Natha yang berjalan-jalan dengan ibunya.
"Terus Mama lo gimana abis tu?"
Anin juga menanggapi dengan antusias.
"Ngomel lah, tapi ya kalian harus tau mukanya," Natha tertawa, "konyol banget anjir waktu dimarahin sama Mama, mana diliatin orang-orang sekitar."
"Ihh kasian tauu."
"Ya enggak lah, salah tu orang juga, ngapain ugal-ugalan."
Natha mengibaskan tangannya, menyeruput air putih yang sok-sokan dimasukan kedalam mug.
"Gue waktu itu kan ya, belanja di pasar sama Mama, soalnya Mbak Rina lagi sakit jadi Mama yang belanja," giliran Anin yang bercerita, mukanya berseri, bersiap menceritakan kebersamaannya bersama sang Mama. "Kan Mama nggak biasa belanja di pasar ya, jadi kurang tau, terus penjual nya tuh tau kalo Mama jarang belanja, di kibulin deh, masa sayur seiket harganya 20 ribu anjir."
"Anjir mahal amat."
"Nahh makanyaa," kesebalanya di utarakan lewat tangannya yang memukul meja, "terus ada ibu-ibu yang lewat kan, dia ngomong sama Mama, katanya, 'jangan mau di tipu, Bu, seiket harganya cuman lima ribu itu', Mama gue kaget kan, eh diambil tu sayur, ditimpukin ke kepala amang-amang yang jual, mampus."
Natha tertawa ngakak, kepalanya sudah membayangkan ekspresi ibu-ibu yang marah karena ditipu dan si amang-amang yang ditimpuk.
Deluna juga ikut tertawa kecil, mendengarkan keseruan teman-temannya bersama ibu masing-masing yang terdengar sungguh menyenangkan, andai saja ibunya sehat sekarang, mungkin dia bisa berbelanja bersama, memasak bersama, memilih buku mana yang akan dibaca bersama, tetapi-
Deluna menggeleng, tidak seharusnya dia bersedih hati seperti ini, Mamanya tidak akan senang jika dia sedih.
"Kalo lo, Lun?"
Pertanyaan Natha sebenarnya tidak berniat menyinggung apa-apa, tetapi entah mengapa Deluna merasa seperti tertusuk, tidak ada yang bisa dia lakukan selain tersenyum tipis, lalu menjawab, "gue terlalu sibuk belajar mungkin ya, makanya nggak ada waktu belanja sama Mama."
Tawanya terdengar, berusaha menyembunyikan getir yang sebenarnya.
Natha berdecak, "lo jangan ambis-ambis banget lah, Lun, kasih waktu sedikit buat keluarga lo, refreshing dikit."
Deluna mengangguk mengiyakan.
"Eh gimana kalo ntar kita main? Kita jarang banget lohh main bertiga, seringnya gue sama Natha mulu, lo kalo di ajakin susah sih."
KAMU SEDANG MEMBACA
Kalopsia
Teen FictionDeluna tidak mengerti arti sempurna, tetapi dunia memaksanya untuk menjadi yang paling sempurna. Angelia juga tidak pernah mengerti makna keluarga. Bagaimana dia bisa mengerti jika frasa keluarga bahkan menyakitinya? Lalu ada Aldebaran Regatta, fras...