10

843 147 21
                                    

Bab 10

.

Associate

.


"Eh Lun, tadi pas pelajaran Bu Jola, lo nanya ada maksud ya?"

"Gimana sih, Nin, kan Nona Jenius kita emang tukang nanya-nanya dikelas."

Natha tertawa, disusul kemudian Anin, dan Deluna hanya menanggapi dengan senyum kalem.

"Eh tapi kok bisa pas gitu ya, pertanyaan Rega juga nyambung-nyambung gitu."

Anin, gadis dengan pemikiran yang kritis itu jelas menyadari sesuatu yang ganjil dari pertanyaan Deluna dan Rega.

"Ya wajar kali, kan pokok bahasannya tentang berpendapat, masa si Rega mau nanya harga mi ayam disini berapa."

Deluna tertawa, "bener, Nin, lagian ngapain dipikirin sih."

Anin mengangkat bahu, "ya siapa tau aja kan, lo ada something."

"Something apa sih, ngaco." sembari terkekeh ringan dan mulai menyuap bakso.

Anin ragu sebenarnya, karena jujur saja selama mereka bersahabat dia tidak pernah bisa mengenal bagaimana Deluna itu sesungguhnya, selain Deluna yang kalem dan super pintar, sudah, selebihnya Anin tidak tau lagi.

"Permisi."

Sapaan yang ditunjukkan ke tempat Deluna duduk itu sontak menuai atensi, seorang perempuan pelakunya, adik kelas.

Deluna mengangkat sebelah alisnya, gesture bertanya.

"Kak Deluna ditunggu di ruang olimp sama Bu Elin."

Deluna menghembuskan nafas, mengapa dia tidak bisa di biarkan istirahat dengan tenang, astaga.

"Okay makasih ya."

"Iya Kak, sama-sama."

Lain dengan apa yang dilakukan Deluna karena dia tidak langsung bangkit, melainkan menyantap makanannya.

"Lohh, lo nggak kesana?"

"Ntar deh, sayang ini," kemudian tertawa pelan.

Beberapa saat kemudian setelah Deluna selesai menghabiskan semangkuk bakso, dia mematri langkah menuju ke ruang yang disebutkan.

Mengerutkan kening, bingung kenapa hanya ada dua orang disana.

"Assalamualaikum, Bu."

"Walaikumsalam, masuk, Nak."

Deluna masuk, kemudian duduk di sebelah satu-satunya murid disana, tepat dihadapan Bu Elin yang seperti hendak menjelaskan sesuatu.

"Begini, Ibu minta kalian kesini untuk ikut lomba Cerdas Cermat Antarbangsa, kalian mau kan?"

"Kok saya sih Bu? Kan saya udah kelas dua belas."

Yang satu memprotes, jika saja partner nya bukan orang teratas yang dia benci setelah diri sendiri mungkin dia bisa mempertimbangkan sedikit.

KalopsiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang