21

12.8K 1.2K 126
                                    

"Kalau seumpamanya pacar saya itu Gadis...om, tante dan kak Rai percaya gak?"

Deg

Aku sontak menoleh kearah Blair , Blair mengedipkan sebelah matanya kearahku setelah mengucapkan kalimat yang sakral itu

Sumpah...apa dia pengen aku mati saat ini juga? Apa jangan-jangan dia balas dendam padaku karena aku sudah mengambil keperawanan nya?

Mama, papa dan bang Rai kini menatap kearahku , sialnya jantung ku malah berdegup tak karuan karena ketakutan ketika mereka melihat intens kearahku

"Apa kamu pacaran sama nak Blair?",tanya mama

"Ma, itu...."

"Canda tante, kok tante serius banget sih",sahut Blair cepat saat aku hendak menjawab pertanyaan mama dan aku kini menghela nafas pelan sedangkan mama tersenyum tipis

Abang sontak menoleh kearah Blair "jadi cuma bercandaan nih?"

Blair mengangguk dan mama tertawa pelan "hahaha benar, mana mungkin nak Blair mau sama Gadis, mereka gak sepadan, tapi bercandaan nak Blair boleh juga karena berhasil membuat kami tegang, bahkan wajah Gadis juga tegang banget kayak habis di tangkep polisi"

Cih mama ngejek, asal mama tau aja nih kalau sebenarnya seluruh tubuh Blair itu sudah aku scan luar dalamnya, bahkan keperawanan Blair itu sudah kurenggut

Papa ikut tertawa "nak Blair bisa bercanda juga ya, om kira keluarga pak Orlov gak bisa bercanda, ternyata bisa ngelucu juga soalnya setiap pertemuan penting dulu pasti orangtua kamu selalu serius banget"

"Habisnya kan tante bilang kalau Gadis gak boleh pacaran, jadi ya bercanda dikit gak papa dong, hehehe maaf deh ya",sahut Blair lalu tersenyum manis

"Lagian sifat asli daddy and mommy itu suka bercanda kok, cuma didepan umum aja mereka pasang muka sok serius begitu",tambah Blair

Mereka kembali mengobrol kesana kemari dengan akrabnya bahkan kudengar mereka juga ketawa-ketawa gak jelas sedangkan aku kembali fokus ke novelku sambil bersandar di lengan mama

Setelah beberapa jam berbincang, akhirnya aku bisa bernafas lega karena Blair sudah pamit pulang dan aku sebagai tuan rumah yang baik, aku mengantarkan Blair ke mobilnya setelah Blair pamit ke papa ,mama dan abang, tapi sejujurnya aku sedikit curiga dengan gelagat mama karena gak ada angin dan gak ada air tiba-tiba mama membawakan Blair kue coklat buatan papa yang sangat spesial untuk mama

Ya...papa seminggu sekali membuat kue untuk mama, tapi kue itu malah diberikan ke Blair, sedangkan anaknya sendiri minta aja langsung gak boleh, sebenarnya anak mama itu aku atau Blair?

Blair meletakan sekotak kue itu di kursi samping kemudi lalu menutup kembali pintu mobilnya "thanks untuk hari ini, calon mertua dan calon kakak iparku ternyata orangnya asyik plus ramah-ramah"

"Sama-sama"

"Terus bagaimana kejutan ku hari ini untuk mereka? Pas aku bilang kamu pacar aku... kamu pasti kaget kan?"

Aku menghela nafas kasar "kamu mau bunuh aku? Jangan gila dan jangan di ulangi lagi"

Blair tersenyum manis "itu gak seberapa sayang, aku melakukan itu karena aku dendam padamu karena saat kakak iparmu menyentuh pipimu tapi kamu gak mengelak bahkan kamu malah menikmati sentuhannya, jadi kita impas"

Bangsat....lagian apa salahnya sih kakak ipar sendiri nyentuh keponakannya? Dan aku juga gak salah dong kalau aku menikmati sentuhan kak Arsya, tangannya itu lembut seperti kapas ulat sutra, ughhhh jadi pengen disentuh lagi

"Ingat ya, kamu itu pacar aku plus pacar pertama dan terakhirku, kamu juga sudah mengambil kehormatan ku, kamu harus bertanggungjawab untuk perbuatanmu dan suatu hari kita juga akan menikah, jadi kalau kamu berani macam-macam dibelakang aku, kamu akan tau akibatnya... ngerti?"

Not My Fault (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang