40

10.6K 1.1K 95
                                    

Dengan kuat kudorong bahu kak Arsya hingga ciuman kak Arsya terlepas lalu ku usap dengan kasar bibirku sambil menatap kak Arsya dengan tatapan tajam "kakak gila hah? Sadar kak, aku ini adik ipar kakak"

"Kenapa emangnya kalau kamu adik ipar aku? Emangnya gak boleh cinta sama adik ipar aku sendiri? Gak ada undang-undang tentang pelarangan mencintai adik ipar sendiri kan?"

Aku menghela nafas kasar "please kak, jangan seperti ini, kita juga gak perlu melakukan pengakuan dosa didepan orangtua kita, kejadian itu sebelum aku menikah, jadi aku mohon.... lupakan saja kejadian di apartemen waktu itu"

Kak Arsya memakai seatbealt nya lagi "semua keputusan ada di tangan kamu sendiri, kamu milih bercerai dengan Blair atau kita melakukan pengakuan dosa sekarang"

"Beri aku waktu 1 minggu"

Kak Arsya menggeleng cepat "no, hari ini"

Kak Arsya menjalankan mobilnya lagi sambil tersenyum tipis "kamu itu cuma cinta sama aku, kamu itu cuma milikku dan gak boleh ada yang nyentuh kamu selain aku"

Egois, bangsat....

"Jangan gila kak, gimana kalau abang tau kalau kakak kayak gini? Abang bisa kecewa kak, dia bakalan kecewa sama aku, aku gak mau ngerusak kebahagiaan abang dan abang juga cinta banget sama kakak, aku mohon banget .... kakak jangan kayak gini, jangan buat aku bingung sama sikap kakak yang tiba-tiba berubah jadi seperti ini"

Aku menarik nafasku dalam-dalam dan menghembuskan nya secara perlahan "kakak itu normal, kakak itu beda kayak aku, dari dulu aku ini belok dan gak straight kayak kakak, please... perasaan kakak ke aku itu hanya perasaan sesaat, perasaan kakak ke aku itu hanya sebatas kekaguman, so jangan seperti ini kak, perbuatan kakak bisa menyakiti abang dan Blair"

"Aku gak peduli, yang aku peduliin hanya kamu, bukan orang lain, semua keputusan ada di tangan kamu, cepat ceraikan Blair dan kamu akan segera pergi sama aku ke Italia bersama Ellen",sahut kak Arsya santai yang membuatku langsung bersandar lemas di jok mobilnya

Aku menatap nanar kearah kak Arsya dan memejamkan kedua mataku erat-erat

Kenapa rumit sekali meyakinkan kak Arsya kalau perasaan nya untukku itu hanya sebuah kekaguman saja? Sumpah....aku gak tau harus ngomong apalagi ke kak Arsya karena kak Arsya terus menjawab omonganku dengan santai dan gamblang

Aku harus gimana Tuhan!!! Apa yang harus kukatakan pada Blair? Aku takut dengan papa dan mama akan menggantungku hidup-hidup kalau mereka tau aku pernah making love sama kak Arsya tapi aku juga gak mau cerai sama Blair, dia itu sudah sangat sempurna untukku

"Aku juga akan segera menceraikan abang kamu dan besok aku harus tau kabar terbaru dari kamu",ucap kak Arsya

Deg

Kak Arsya...kenapa kamu seperti ini? Kenapa kamu membuat pilihanku menjadi sangat sulit?

*****

Aku menatap Blair yang sedang mengetik dengan sendu, dia nampak fokus ke layar laptop nya sedangkan aku dengan pelan duduk disampingnya

Kepalaku menunduk dalam, aku harus mengatakan perceraian ini sebelum kak Arsya mengatakan kejadian di apartemen itu ke orangtuaku

"Blair....aku mau cerai"

"Hah?"

Keberanikan diri menatap kedua matanya dengan lekat "aku mau cerai Blair"

Blair sontak menutup layar laptop nya dan meletakkan nya di atas meja lalu memegang kedua bahuku sambil menatapku iba "kenapa kamu bilang seperti itu? Apa gara-gara aku sibuk? Okey sayang, gini aja.... aku gak akan bekerja lagi saat di rumah, dan aku gak akan nyuekin kamu karena pekerjaan ku, jadi jangan katakan hal itu lagi ya, aku gak suka babe"

Not My Fault (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang