30

10.3K 1.1K 47
                                    

Tubuhku menggeliat pelan dan kubuka kedua mataku secara perlahan, kulihat kearah jam dinding yang baru menunjukan pukul 6 pagi

Huammm

Dengan malas aku bangun dari tidurku dan menuju kamar mandi untuk mandi karena pagi ini aku ada kuliah pagi

Setelah mandi, kukeringkan rambut panjang ku yang basah dan aku memakai pakaianku dengan rapi lalu aku segera turun kelantai bawah

"Udah bangun Dis? Makan dulu gih"

Tatapanku menoleh kesamping dan aku melihat punggung kak Arsya yang sedang berkutat di dapur, sial...kenapa kak Arsya terlihat seksi begini saat dia sedang memasak? Beruntung banget abang punya istri yang bisa masak kayak kak Arsya

Ting tong

"Biar aku aja yang buka kak"

Aku berjalan kearah pintu dan membukakan pintu rumah utama, tubuhku seketika mematung melihat Blair yang berdiri menatapku tajam "kenapa telfonku semalam dan pagi ini gak kamu angkat?"

"Semalam aku udah tidur dan tadi pagi aku juga baru mandi"

Blair tersenyum sinis "ah jangan-jangan kamu bercinta ya sama kakak iparmu itu, bukankah orangtuamu dan abangmu ada di Jepang? Pantas saja kamu sama sekali tidak mengangkat telfonku, percuma aku mengkhawatirkan mu tapi yang ku khawatir kan rupanya lagi ngewe sama kakak iparnya"

Kedua tanganku sontak mengepal kuat dan kutatap wajah datar Blair "jaga ya omongan kamu"

Alis Blair terangkat sebelah "memang benar kan? Bukankah dulu kamu sebelum menikah denganku, kamu suka bercinta kesana kemari? Jadi gak ada kemungkinan saat ini juga kamu bercinta dengan kakak ipar kamu sendiri yang dulu pernah kamu cintai"

"Dulu ya dulu Blair, sekarang beda"

"Beda apa? Sama aja kan? Bahkan kamu pernah main sama partner sexnya tante Bella"

Deg

Sial...kenapa tante Bella malah ngadu ke Blair kalau aku pernah main sama tante Katya?

"Kenapa diam? Bener kan?"

Aku menghela nafas pelan "itu dulu, sebelum aku nikah sama kamu"

"Berarti tadi malam iya dong kalau kamu ngewe sama kakak ipar kamu dan memberikan keperawananmu untuk dia, kamu kan pinter main kucing-kucingan, kamu pergi saat aku sibuk dengan klienku dan ngewe sama kakak ipar kamu dirumah ini"

Bangsat, apa dia pikir aku semurah itu? Lagian kan aku pergi dari sana karena aku....ah lupakan, cuma bikin sesak aja

"Stop, aku capek...percuma juga aku jelasin toh kamu gak bakalan percaya, aku mau masuk aja"

Grepp

Kurasakan pergelangan tanganku di cengkeram kuat oleh Blair "aku belum selesai bicara Gadis"

"Udahlah Blair, aku capek kamu tuduh-tuduh terus, aku jalan sama temen-temen aku aja kamu nuduh aku selingkuh padahal aku sudah ngasih kamu cctv cafenya Kei, aku jemput Yuna ke hotel aja kamu nuduh aku ngewe sama orang lain padahal waktu itu aku pergi sama sopir kamu saat aku jemput Yuna, aku pulang kerumahpun kamu tuduh ngewe sama kakak iparku, sebenarnya apa sih mau kamu? Gak capek apa nuduh-nuduh aku terus? Kenapa kamu nuduh aku tapi kamu gak ada buktinya?"

Alis Blair terangkat sebelah lalu dia tersenyum miring "buktinya? Buktiya kamu pulang saat orangtuamu dan abang kamu gak ada bahkan kamu gak pamit sama aku, semalam kamu gak angkat telfonku, tadi pagi juga gak ngangkat telfonku, dan sekarang...pakaianmu ganti plus kamu mandi keramas, jadi aku perlu bukti apa lagi? Jelas-jelas kamu ngewe sama kakak ipar kamu"

"Blair....please deh, semalam aku pamit sama mommy kalau aku pulang duluan karena aku memang lagi gak enak badan, aku pulang kerumah ini karena aku butuh keramaian karena di rumah kamu sepi apalagi semuanya masih di pesta, demi Tuhan Blair...aku gak tau orangtuaku dan abang ada di Jepang, aku baru tau karena kak Arsya memberitahuku semalam, dan aku juga gak ngapa-ngapain sama kak Arsya, aku cuma tidur"

"Gila sex ya sama aja gila sex, di tuduh dengan bukti yang jelas pun kamu juga bakalan mengelak"

Aku menghela nafas pelan "ya udah lah, aku capek kamu tuduh-tuduh terus, mendingan kita cerai aja"

Plakkkk

Kurasakan pipi sebelah kiriku terasa perih dan panas, bibirku bungkam melihat kedua mata Blair yang memerah "setelah kamu ngewe sama kakak ipar kamu terus kamu minta cerai sama aku?"

"Siapa yang ngewe sama aku?"

Aku dan Blair menoleh kesamping , kulihat kak Arsya baru saja membuka celemeknya, dia menatap kearah kami dengan tatapan yang sulit aku artikan "aku sudah dengar percakapan kalian dari awal, dan Blair...aku tegaskan ya, semalam Gadis datang kemari juga dia tidak tau kalau orangtuanya dan abangnya ke Jepang, semalam aku cuma buatin dia mie instan karena dia kelaperan, habis itu aku masuk kekamarku dan gak keluar dari kamarku sampai pagi karena Ellen lagi demam, gara-gara Ellen demam pun aku juga jadi gak ikut orangtua Gadis dan abangnya ke Jepang, jadi jangan menuduh sembarangan, kalau ada masalah ... selesaikan dengan kepala dingin, jangan main kasar kayak gini, yang kamu tampar itu anak orang dan adik iparku, kamu belum cukup bukti tapi sudah berani nampar adik iparku"

"Alah...alasan, kalian pasti kerja sama kan"

Kudengar kak Arsya menghela nafas kasar "kerja sama? Ikut aku keruang cctv dan kita kekamar Ellen supaya kamu tau aku berbohong atau enggak"

"Ayok, siapa takut"

Blair berjalan mengikuti kak Arsya pergi entah kemana sedangkan aku memilih membelai pipiku yang terasa perih

Tapi sejak kapan rumah ini ada cctvnya?

Aku memilih duduk di sofa dan bersandar dengan tenang, jujur aja...aku juga capek di tuduh-tuduh Blair terus, kenapa saat aku mencoba setia tapi malah di tuduh-tuduh kayak gini? Mendingan dari dulu aku selingkuh beneran aja biar aku gak capek di tuduh

"Ayo pulang"

Kepalaku mendongak dan melihat Blair menatapku datar

"Gak, biar Gadis disini, aku sudah menunjukan buktinya padamu tapi setelah kamu menampar nya dengan enteng, aku gak yakin kamu akan menamparnya lagi atau tidak"

Blair berpangku tangan menatap kak Arsya "kenapa? Kamu gak rela kalau adik iparmu kutampar? Hak ku dong, dia istri aku"

"Istri? Kamu bilang kamu cinta dia, tapi kamu tampar dia, sebenarnya cintamu itu tulus atau cuma main-main? Cmon Blair...kalian sudah menikah, tidak bisakah kalian saling percaya satu sama lain? Gimana coba kalau orangtua Gadis tau alasan kamu nampar dia karena kamu cemburu padaku?"

"Karena sekali player ya tetap aja player"

Cukup sudah kesabaran ku

Aku sontak berdiri dari dudukku dan menatap kedua mata Blair dengan tajam "kenapa kamu mau nikah denganku setelah kamu tau aku player? Bukankah kamu dulu juga tau aku player? Kenapa kamu masih mau nikah denganku hah? Apa aku salah kalau aku mau berubah demi pernikahan kita? Mungkin saat kita pacaran aku memang suka bermain di belakangmu, tapi demi Tuhan....dari awal pernikahanku denganmu, aku tidak pernah sekalipun berselingkuh di belakangmu, aku mencoba mencintaimu mati-matian Blair, tapi kamu terus menerus menuduhku seperti ini"

Aku menghela nafas kasar "udahlah Blair...aku capek sama tuduhan kamu, mendingan kita cerai aja supaya kamu bisa bebas mau berdansa sama siapa saja, mengobrol sama siapa saja, atau bertemu klienmu sampai pagi, aku tau kok alasan kamu menikah denganku dan alasan kamu memberikan keperawanamu padaku"

"Supaya kamu bisa bebas bermain dengan klien bule yang kamu ajak dansa bersama tanpa di curigai olehku dan orangtua kamu"

Kulihat tubuh Blair tersentak kaget dan dengan santai kutepuk-tepuk bahu Blair "ceraikan aku, aku sudah muak sama keromantisan dan perhatianmu yang palsu itu"

Kedua mata Blair membulat sempurna "cerai? Kenapa....ahhh jadi rupanya kamu cemburu dengan kakak sepupu aku sendiri? Makanya kamu jadi nuduh-nuduh aku kayak gitu hum?"

Cemburu? Tunggu ...jadi bule itu kakak sepupunya? Dan aku cemburu sama kakak sepupunya sendiri?

Voted?
Komen?

Not My Fault (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang